Kekuatan Di Luar Tembok Keraton
Pagi hari yang cerah. Matahari mulai membagikan kehangatannya. Membelai pucuk pucuk daun pepohonan yang tumbuh di pinggiran hutan di lereng tenggara Gunung Merbabu. Kehangatan yang membawa ketenangan dan kedamaian pada seluruh makhluk di pinggiran hutan itu.
Alas Penahun. Demikian para penduduk Desa Paminggir memberi nama pada hutan tersebut. Disebut Desa Paminggir karena memang desa yang letaknya paling pinggir, paling ujung, yang berbatasan dengan hutan Alas Penahun. Itupun jaraknya Desa Paminggir dengan hutan Alas Penahun masih setengah hari berjalan kaki melewati sawah sawah dan ladang ladang yang memang sengaja dibuat dengan membabat alas dulu, untuk mata pencaharian dan penghidupan warga Desa Paminggir.
Ketenangan dan kedamaian itu, juga terasakan di sebuah gubug kayu yang terletak di dalam hutan Alas Penahun. Gubug itu menghadap ke timur dan tampak sangat sederhana, bahkan kayu kayunya sudah banyak yang lapuk. Tapi tidak mengurangi kesan bersih dan rapi keadaan gubug itu. Dengan halaman depannya yang lumayan luas, dikelilingi tanaman Metir yang berjajar rapi persis di tepian halaman, berselang seling dengan pohon pohon kelapa yang tumbuh menjulang. Sangat terasa keasriannya.
Di kanan kiri gubug ada halaman samping yang penuh dengan tanaman sayuran dan buah buahan.
Sedang di belakang gubug ada halaman belakang yang luasnya kira kira sama dengan halaman depan. Di pojok halaman belakang, ada rumpun bambu petung, yang tampak sekali sangat terawat dan selalu dibersihkan.
Pagi itu, di halaman depan, duduk seorang kakek yang usianya sudah lebih dari 70 tahunan. Tapi wajahnya masih menunjukkan kesegaran dan pancaran semangat hidup, walaupun rambut, kumis dan jenggotnya sudah dua warna dengan dominan warna putihnya.
Ki Penahun, demikian warga desa memanggilnya bila kebetulan bertemu di pinggiran hutan.
Pagi itu seperti biasa, Ki Penahun duduk di lincak bambu (kursi panjang dan agak lebar tanpa sandaran yang terbuat dari bambu), sambil dengan sabarnya melatih olah kanuragan (ilmu silat) pada Lintang Rahina cucu satu satunya yang dia miliki.
Pada masa mudanya, Ki Penahun terkenal dengan sebutan Pendekar Jagad Wulung. Dan terkenal dengan kiprahnya memberantas kejahatan dalam menegakkan keadilan dan membela yang lemah.
Lintang Rahina, meskipun masih berusia 12 tahunan, tapi fisiknya sudah seperti anak usia 15 tahunan. Hal itu dikarenakan sejak usia 5 tahun sudah berlatih fisik dalam mempelajari olah kanuragan. Apalagi dengan pembawaannya yang tenang, cerdas dan perawakan yang tegap dan berkulit kuning langsat, mengeluarkan aura dan kewibawaan yang membuat orang lain segan dan hormat.
"Thole Lintang, cukup untuk latihan jurusnya. Kamu sudah sangat bagus penguasaan jurusnya, dan latihan itu bisa diulang kapanpun. Sekarang mumpung matahari masih 'ayu', kamu latih lagi gerakan Surya Mangkuda," perintah Ki Penahun.
"Inggih Eyang," Lintang Rahina.
Lintang Rahina langsung menjalankan apa yang diperintahkan oleh Ki Penahun.
Menghadap ke timur, dengan kuda kuda dibuka selebar lengan. Lutut agak ditekuk sedikit, pandangan agak turun lurus arah hidung. telapak tangan saling bertemu di depan dada. Langsung saja Lintang Rahina terhanyut dalam irama pernafasannya yang secara teratur, menghirup udara melalui hidung pelan pelan tapi panjang, begitu paru paru sudah penuh dengan udara, ditahan satu dua denyutan nadi, lalu dihembuskan lewat mulut pelan pelan dan panjang. Sungguh sangat halus olah pernafasan yang dilakukan oleh Lintang Rahina, sehingga walaupun dilakukan berulang ulang tapi tidak tampak ada guncangan di dada.
Lintang Rahina terus melakukan gerakan itu sampai sinar matahari membentuk bayangan tubuhnya sepanjang separuh tinggi tubuhnya.
Tidak terasa keringat memenuhi tubuhnya. Rambutnya yang gondrong basah semua oleh keringat. Dadanya yang tegap dan bidang sampai mengkilat penuh keringat yang terkena sinar matahari.
Sudah sejak usia 5 tahun Lintang Rahina melakukan gerakan Surya Mangkuda, sehingga badannya sudah sangat terbiasa dan gerakannya sudah mendarah daging. Bahkan penjiwaan dan pemahamannya sudah sangat tinggi mendekati sempurna.
Sehingga tanpa Lintang Rahina sadari, dia sudah punya pondasi dan simpanan tenaga dalam murni di dalam seluruh peredaran darahnya, di dalam seluruh permukaan kulitnya, seluruh otot otot, tulang, sumsum dan dagingnya. Bahkan di dalam setiap hembusan nafasnya.
Tenaga dalam itu hasil dari dia setiap pagi menyerap energi alam dari sinar matahari pagi, hembusan angin pagi, pepohonan, uap embun pagi yang menguap dan juga energi dari tanah yang mengeluarkan asap asap tipis dari pori pori tanah.
Semua energi alam itu, tanpa Lintang Rahina sadari, telah terserap dan merasuk ke dalam tubuhnya lewat olah pernafasannya. Dan itu sudah berlangsung selama lebih dari 7 tahun. Sehingga diam diam Lintang Rahina menyimpan kekuatan yang sangat besar.
"Cukup thole, sekarang kamu istirahat, kemudian mandi, setelah itu kita makan bareng bareng. Kelihatannya eyang putrimu sudah selesai memasaknya," Ki Penahun menghentikan latihan Lintang Rahina.
"Inggih eyang," jawab Lintang.
Lintang Rahina langsung ke belakang gubug untuk istirahat sebentar dan kemudian mandi.
Beberapa saat kemudian, Lintang Rahina makan bersama sama dengan kakek dan neneknya.
Sementara itu, di Desa Paminggir, pagi yang biasanya tenteram, damai, terjadi hal yang luar biasa menurut anggapan penduduk, yaitu terdengarnya gemuruh dari pangkal jalan menuju desa Paminggir.
Beberapa saat kemudian, tibalah serombongan orang, berjumlah sekitar 30 an, laki laki semua, dengan semuanya menunggang kuda. Penampilan mereka sepertinya serombongan pendekar, terlihat dari hampir semuanya membawa senjata. Ada yang mebawa pedang, ada yang membawa golok, tombak pendek, tongkat besi.
Di depan sendiri, seorang yang tinggi besar, dengan rambut dan brewok yang awut awutan. Bertelanjang dada, memakai celana hitam di bawah lutut, di bagian perutnya masih dibebat kain panjang hitam yang dikencangkan dengan sabuk kulit, sekaligus sebagai tempat menggantungkan pedangnya di samping kiri, dan menyengkelit keris di belakang.
Saat itu sebagian besar penduduk desa Paminggir yang laki laki dewasa sedang berada di sawah ataupun ladang. Yang berada di rumah hanyalah wanita wanita yang saat itu sedang memasak untuk keperluan mengirim suaminya yang sedang bekerja di sawah dan ladang, anak anak kecil dan laki laki renta yang kebetulan sedang tidak enak badan, sedang tidak ke sawah atau ladangnya.
"Berhentiiii.....!!!!" teriak sang pemimpin rombongan," kita berhenti sebentar, untuk bertanya kepada orang, sekaligus menambah perbekalan," lanjutnya.
"Prono, Karto......coba kamu panggil beberapa orang kampung itu, kamu tanyakan semua hal yang kita butuh informasinya," perintah pemimpin rombongan kepada dua orang yang selalu mendampinginya di kiri dan di kanan.
"Sendiko kakang," jawab mereka berdua.
"Yang lainnya, cari apa saja yang bisa kita bawa untuk menambah perbekalan kita selama di perjalanan. Lakukan dengan cepat," perintahnya lagi.
"Siap kakang," jawab mereka serentak.
Langsung saja ke 27 orang itu menuju ke Desa Paminggir.
Sesampainya di rumah rumah penduduk, mereka menyebar.
"Heeiiii....semua yang di dalam rumah.... keluarrrr.....kalau tidak ingin diseret keluar," teriak rombongan yang paling depan, yang memimpin rombongan ke arah desa.
Dengan perasaan dan pikiran yang campur aduk, semua penduduk yang berada di dalam rumah mereka masing masing, keluar menuju rombongan yang memanggil mereka.
"Kami minta disediakan semua bahan makanan yang ada di desa ini. Beras, jagung, sayuran. Juga ayam ayam-dan kambing kambing yang kalian miliki. Cepat letakkan ditengah prapatan. Yang tidak mau menyerahkan, akan kami bunuh dan kami bakar rumahnya," teriak Wage pemimpin rombongan.
"Juga semua perhiasan dan barang berharga yang kalian miliki. Tidak boleh ada yang ketinggalan," sambungnya.
"Ampun ndoro, kami tidak punya cadangan bahan makanan dan juga perhiasan," kata seorang kakek tua mencoba menjawab.
"Kalau begitu kamu kuantar menghadap dewa kematian," saut Wage sambil langsung menusuk dan menebas perut kakek desa yang tidak mengenal ilmu bela diri itu.
Terdengar rintihan sebentar dari kakek itu yang memudian diam untuk selamanya. Disahut dengan jeritan jeritan penduduk desa yang lainnya, begitu mengetahui kakek itu langsung mati tanpa mereka bisa melihat apa yang terjadi.
"Cepat berikan apa yang kami minta, atau kalian semua akan mengalami nasib serupa," teriak Wage lagi.
Dengan tergesa gesa dan penuh rasa ketakutan, semua penduduk desa yang ada berusaha menambil apapun yang ada yang mereka anggap berharga untuk diserahkan kepada orang orang yang datang ke desa dengan menunggang kuda itu.
Beberapa saat kemudian, terkumpulah berbagai macam hasil pertanian mereka. Ada beberapa ikat padi, jagung, ketela. Juga beberapa ekor ayam.
Melihat itu semua bukannya orang orang bersenjata itu senang, tetapi malah membuat mereka naik pitam.
"Mana perhiasan dan barang berharga ?" teriak Wage dengan marah.
"Teman teman......cepat geledah rumah mereka, setelah itu bakar semua rumah yang ada. Bunuh semua yang melawan !!! Ha ha ha ha ha ha....." lanjutnya dengan tertawa terbahak bahak.
Seketika orang orang itu mengobrak abrik setiap rumah yang mereka masuki, dan kemudian membakar setiap rumah yang selesai mereka geledah.
"Ampun ndoro....jangan rusak barang barang kami.......jangan rusak rumah kami......" teriak para penduduk desa yang ketakutan.
"Aku tidak peduli. Teman teman.....bakar semua rumah yang ada dan bunuh mereka yang melawan," Wage memberi perintah kepada teman temannya.
Semua warga yang ada menjerit histeris dan menangis karena rumah dan barang barang yang ada dì dalam rumah terbakar semua. Ada yang nekat menghadang dan mendorong dorong agar para pendatang itu tidak masuk ke rumah mereka. Tapi itu semua sia sia. Karena setiap penduduk desa yang menghalang halangi mereka, langsung mati terkena tebasan pedang ataupun golok. Ada juga yang tertusuk trisula ataupun ada yang terhantam tongkat besi pada bagian kepalanya.
___ 0 ___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Ardian Uzumaki
Saya berniat membuat novel tema Nusantara, jadi mau baca novel ini buat referensi
2022-12-17
2
BaronMhk
sepertinya seru dan keren
2022-12-10
2
BaronMhk
baru Nemu cerita ini
2022-12-10
2