"Baiklah, Saya akan konfirmasi kepada bapak Firman dulu" Ujar pria yang berumur awal 30-an itu.
Ternyata orang itu mengenal ayahnya, pikir Andi. Sambungan telpon terdengar, kemudian pria itu berbicara dengan seorang perempuan yang ternyata sekretaris pak Firman.
"Bapak Firman mau bicara" Ujar pria itu menyerahkan teleponnya kepada Andi.
"Assalamualaikum" Ujar Andi gugup menyapa ayahnya.
"Wa alaikum salam" Jawab pak Firman, terdengar dari suaranya ketahuan kalau sekarang beliau sedang tersenyum .
"Kartu itu punya ibumu, gunakan lah apa yang Kamu mau. Barang-barang yang ada disitu ambil semuanya" Ujar pak Firman kepada anaknya, yang menurut Andi berlebihan.
"Tidak perlu Yah,, ini cuma ada sedikit kesalah pahaman" Jelas Andi.
"Tidak, maksud Ayah untuk mama dan bapakmu disana. Tv, kulkas, mesin cuci, apa saja angkut semua " Ujar pak Firman.
"Ayah ingin bicara lagi sama pak Bambang" Lanjut beliau kemudian, Andi menyerahkan telpon itu kepada pria yang ternyata bernama Bambang.
Kemudian, terlihat pak Bambang yang manggut-manggut dan mengiyakan ucapan-ucapan pak Firman.
"Siap laksanakan Pak!!" Ujarnya mantap dan menutup sambungan telepon.
Aris sedang asyik memainkan handphone barunya dan tidaķ terlalu memperhatikan mereka, setelah menutup teleponnya, pak Bambang langsung permisi dan menyuruh Andi menunggu, lalu mendatangi pegawainya yang yang lain, kemudian menunjuk kesana kemari memilih barang-barang terbaru.
"What,,?? Jadi maksudnya apa. Dia nyuri ato gimana?,," Protes Rama yang sedikit merasa aneh, kalau Andi memanggil 'Yah' di telepon tadi.
"Maaf dek,,,Anda akan berbelanja atau mau cari keributan disini" Ujar mbak yang sedang mencatat barang yang ditunjuk bosnya.
"Masalahnya kan belum clear,,,itu kunyuk ngga mungkin punya kartu begituan, beli sepeda butut aja harus ngutang" Protes Rama tidak terima melihat Andi menang.
"Walaupun di kartu itu tidak ada nama Andi, tapi dia sah menggunakannya, karena si pemilik nya sendiri yang menyerahkannya" Ujar Aris sambil mengacungkan handphonenya yang baru, dengan sikap menjengkelkan.
Rama pergi dengan kesal tanpa membeli apapun.
Setelah transaksi selesai, kartu itu di kembalikan lagi kepada Andi dan mereka pulang dengan mobil pick-up, yang penuh dengan barang elektronik dan juga sepeda Andi, yang dinaikkan ke atas pick-up itu. Andi memandang kartunya yang tidak sempat dia perhatikan, ternyata ada nama Laila Sari di situ, nama ibu kandungnya.
Saat tiba dirumah, mereka dikagetkan dengan renovasi rumah. Rumah bapak yang tadinya kecil sekarang terlihat sedikit lebih besar dan di bikin berlantai dua. Sekarang mereka berdua sudah punya kamar masing- masing dan punya kamar mandi dan toilet terpisah, jadi tidak berebutan lagi kalau ada yang ingin mandi, sedangkan yang lain ingin membuang hajat.
"Wow Andi,,,surprise banget." Ujar Aris terkesan.
Melihat Andi yang kebingungan, membuat Aris tau bahwa renovasi itu bukan ulah adiknya.
"Heisss,,,punya banyak uang memang sesuatu banget, keluarga mu memang hebat Ndi" ujar Aris kagum sambil menepuk bahu Andi.
"Sampai kapan pun kalian lah keluarga,,Andi belum mengenal orang-orang ini" Ujar Andi menerawang, dia membayangkan keluarga kandungnya adalah orang yang membereskan segala masalah dengan uang. Beruntung Andi dibesarkan dengan kasih sayang, dan diajarkan cara bertanggung jawab, dan dia tidak begitu suka berfoya-foya apalagi menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu.
Mereka dikagetkan oleh sopir pick-up, dan rekannya yang akan membawa masuk barang-barang yang baru mereka beli ke dalam rumah.
"Nikmatin ajalah,,,,Lo kaya mendadak, dan Kita kecipratannya" Ujar Aris menggandeng bahu Andi dan menyeretnya memasuki rumah mereka yang hampir rampung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments