Kakak beradik itu sekarang berada di mall D, mall yang berada di samping hotel Nuansa. Mereka akan berbelanja menggunakan kartu kredit yang Furqan berikan, sebelumnya Andi menolaknya, tetapi Aris yang baru mengetahui, bahwa Furqan sang Manager hotel ternama itu adalah paman kandung Andi, membujuk adiknya menerima kartu itu, apalagi mengingat mereka yang berpakaian lusuh dan belum sempat mandi, sementara hari sudah malam. Dia menerima usul kakaknya, asal kakaknya itu mau ikut pulang bersamanya, karena mama sangat merindukannya, dan tanpa pikir panjang Aris menerima syarat dari adiknya itu. Reaksi Aris sangat berlebihan begitu mengetahui Andi adalah anak dari Firman Hakim, pengusaha sukses yang mempunyai anak perusahaan dimana-mana, bahkan di kota tempat mereka tinggal, Studio Phone adalah tempat berbelanja handphone dan barang elektronik terbesar dikotanya yang dikelola oleh ajudan terpercaya.
"Oke,,,besok saja Kita pulangnya, Kita nginap di hotel bintang limaaaa,," Ujar Aris antusias, Furqan sudah menyuruh mereka menginap disalah satu kamar dan menyarankan mereka berbelanja, setelah itu makan malam direstoran yang ada disitu.
Andi merasa salah pilih teman seperjalanan, niat awalnya ingin mengembalikan motor itu, apalagi setelah mengetahui harganya yang fantastis. Furqan malah menawari Andi mobil, karena mengira Andi tidak menyukai motor itu, membuat Aris yang mendengar itu ingin pingsan saking terkejutnya. Andi yang tidak menduga ini, terpaksa menerima motor itu saja, tak lupa pamannya memberikan SIM untuk Andi dan juga kartu kredit yang bisa Andi gunakan semaunya, yang langsung diambil kakaknya karena Andi cuma menatap bengong kartu itu, Furqan tersenyum melihat tingkah keduanya.
"Kamu jangan segan dengan Paman mu Ndi, minggu depan ayahmu akan pulang. Paman harap kamu bersedia ikut dengan paman" Ujar Furqan
"In sya Allah Paman " Ujar Andi.
"Kalian pergilah, kalian jangan begadang" Ujar Furqan menepuk bahu keponakannya itu.
"Andi orang yang sangat rendah hati Bang, sama persis dengan Cintaku" Ujar Furqan, setelah Andi dan Aris meninggalkan ruangannya, menelepon abangnya yang tidak lain adalah ayahnya Andi, kemudian dia tersenyum geli entah apa yang dikatakan abangnya itu.
Saat menuruni teras hotel menuju parkiran, mereka berdua bertemu dengan Rama yang menaiki tangga. melihat penampilan keduanya, Rama pun menegurnya.
" Lagi cari job nih ??" Sindirnya.
"Penampilan lusuh begini, emang ada yang minaaat kasih kerjaan" Lanjutnya sambil bertopang dagu kayak berpikir.
Aris yang mendengar adiknya dihina tidak bisa diam, ingin menonjok mulut Rama, tapi dihentikan Andi dan menariknya kasar menuju pusat perbelanjaan disamping hotel yang masih satu gedung.
"Bawa kacung Lo, takut Ko" Seru Rama.
Furqan yang berada di lobi melihat adegan itu, langsung mengenali Rama, melalui foto yang dikirim oleh detektif, yang membuntuti Andi selama ini, anak asistennya yaitu bapak Bagas Dermawan, anak yang sering menindas keponakannya dan membanggakan ayahnya sebagai manager hotel, sedangkan yang sebenarnya cuma sebagai asisten manager dan suruhan Furqan, yang artinya keponakannya, Andi bisa jadi bos dari ayahnya Rama.
"Itu orang yang mukulin Elo kan Ndi?" Tanya Aris sengit.
"Biar Gue kasih pelajaran dia, mau dihajar tu Anak"
"Udah biarin aja, ntar masalahnya jadi gede, bisa kacau nanti disekolah" ucap Andi yang masuk ketoko sepatu.
Masing-masing mereka membeli 2 stel baju dan celana juga sepatu, pakaian yang sekarang mereka pakai di buang ke tempat sampah. Kedua kakak beradik itu sekarang sedang makan malam direstoran mall D, ternyata Rama juga ada disitu bersama ayahnya.
Tidak berapa lama Furqan datang dan duduk di samping Andi, menyapa sebentar sebelum kemudian beralih kemeja tempat Rama dan ayahnya duduk. Rama saat itu tidak melihat Andi, yang disapa oleh bos ayahnya, sedangkan ayahnya melihat itu dan menanyakannya.
"Keponakan Saya" Jawab Furqan singkat.
Kemudian Bagas Dermawan mengenalkan anaknya Budi Ramadhan kepada Furqan, membanggakan anaknya yang pintar, rajin dan pandai juga atlet basket sebagai kapten disekolahnya. Furqan tidak terlalu mendengarkan dan tidak berminat, karena sudah mengetahui seperti apa anak asistennya itu, tidak seperti pak Bagas, yang ulet dan dapat diandalkan dan juga orang yang penuh kasih. Mungkin Rama dibesarkan dengan cara dimanjakan pikir Furqan, berbeda dengan Andi, mungkin seandainya waktu kecil Andi tidak hilang dan dimanjakan abangnya, bisa jadi sifat Andi juga seperti Rama sekarang. Tanpa Furqan sadari, dirinya tersenyum yang dianggap pak Bagas karena ceritanya mengenai anaknya.
Andi dan Aris menikmati makanan mereka, habis tak bersisa. Mereka pergi menuju hotel dan ingin cepat merebahkan diri, melepaskan penat,apalagi setelah makan dengan kenyang, kantuk melanda mereka.
"Gue ngga ingat Ndi, masa kecil Kita waktu Gue nemu Lo nangis. Pokoknya dipikiran Gue, Lo tuh lahir dari rahim mama" Ujar Aris disela kantuknya.
"Ya iyalah, Kita kan dulu masih cilik banget" Kata Andi juga disela kantuknya. Aris sudah mendengkur disampingnya sedangkan Andi masih mengulang kejadian-kejadian belakangan ini yang seperti mimpi baginya, kemudian tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments