Pulang sekolah, Andi tidak langsung ke rumah. Dia harus ke pasar, membeli ikan dan keperluan dapur lainnya, atau kadang juga beras. Hampir setiap hari dia ke pasar, sehingga pedagang ikan di pasar mengenalnya. Kalau hari Minggu dia juga akan ke pasar tapi bukan untuk belanja melainkan menjaga parkir, tidak ada yang tau apa yang di kerjakan Andi setiap week end itu, kecuali sang kakak, Aris yang sering minta uang kepadanya. Mamanya Andi selalu ada di rumah, duduk di kursi roda, beliau lumpuh sebelah akibat stroke ketika Andi masih kelas Lima SD.
" Assalamualaikuuum,,,Andi pulang" Sambil meletakkan sepeda gunung dan membawa bawaannya.
" Waalaikumsalamm " Jawab Mama tersenyum, beliau duduk di sofa sambil nonton televisi, kadang tertidur disana saking bosannya.
Andi mendorong kursi roda mama ke dapur, mengajak mama melakukan rutinitas sehari-hari. Andi menyerahkan bumbu-bumbu dan ulekan kepada mama agar dihaluskan oleh beliau untuk dibalurkan ke ikan yang sudah dibersihkan sedangkan dia mencuci beras dan memasaknya di rice coocker.
Sebelum menggoreng ikan, Andi mandi terlebih dahulu, itung-itung sambil menunggu bumbu ikan meresap. Setelah selesai menggoreng ikan, nasi pun matang. Mama dengan setia menunggu Andi bekerja, kadang memberikan tips memasak. Membuat pepes ikan atau masak sambel, tumis-tumisan sambil mendengarkan tips dari mama, mama juga yang icip-icip rasa, sudah pas atau belum. Rutinitas harian ini membuat beliau bahagia setelah sepagian nganggur tidak ada kerjaan dirumah selain nonton televisi.
" Bapak mana Ma " Tanya Andi sambil menyiapkan piring makan.
" Pergi mengantar ibunya bapak Mahmud, katanya ada pengajian dirumah mertua beliau" Jawab mama seraya menerima piring berisi nasi yang disodorkan anaknya.
" Aris belum pulang juga, apakah dia sudah makan, ya" Ujar mama mengingat Aris, anak sulungnya.
" Kakak ada dipasar tadi Ma, nongkrong di langgar" Jawab Andi singkat.
" Kalau tidak ada kamu Ndi, Mama mu ini bakal kelaparan seharian. Lihat saja kakakmu, pulang malam, bapakmu juga seharian tidak ada dirumah" Omel mama , mengeluarkan unek-unek dihatinya.
" Sudahlah ma,, nanti bapak pulang juga bakal bawa uang" Ujar Andi bercanda di iringi tawa mama, kemudian menyantapnya dengan nikmat. Ikan papuyu dicolek cacapan mangga.
Memang tadi Andi melihat kakaknya dekat langgar dipasar, merokok dengan teman-temannya. Pernah Andi mendapati kakaknya mabuk-mabukan dipasar, ditegur tidak mempan. Mau lapor kepada mama atau bapak, tidak sanggup terucap sepatah katapun ketika sudah berhadapan dengan mereka. Umur mereka cuma beda 3,8 tahun. Aris bersekolah di SMAN1 Kandangan,kelas 3. Sekolah beken dikota itu, terkenal dengan atletnya yang hebat-hebat. Sangat berbeda dengan Andi yang cerdas, Aris tipe anak yang masa bodoh dan cuek, tidak mau susah, masuk ke sekolah itupun karena dia atlet basket yang bisa diandalkan dan menjadi murid kesayangan guru olahraganya.
Aris sangat iri kepada Andi yang menurutnya beruntung bisa bersekolah disekolah internasional, apa yang Aris inginkan selalu bisa didapatkan Andi, bapak pun selalu mengusahakan keperluan Andi. Sedangkan Andi juga iri dengan kakaknya yang supel, mudah bergaul, banyak teman, dan mempunyai kemampuan. Dua bersaudara itu kurang akur, dirumah jarang bertemu karena Aris selalu pulang malam, sedangkan paginya Aris selalu kesiangan.
Setelah selesai makan dan membereskan piring-piring, Andi akan membersihkan mamanya dan membantu mama berwudu lalu kemudian shalat berjamaah. Rutinitas harian Andi seperti itulah setiap hari.
Waktu kecil sebelum mama sakit, Andi itu sebenarnya anak yang super aktif, susah diam, mama sampai kewalahan menegurnya. Sedangkan Aris anak jalanan, suka bersepeda jauh dengan teman-temannya. Main bareng Andi ketika sama-sama mengejar layangan, akurnya tuh disitu.
Setelah mama stroke, semuanya berubah. Bapak mengambil pensiun dini, padahal masih 5 tahun lagi bertugas. Niat beliau pensiun ingin menemani mama yang sakit, dan membawa mama berobat dan pijat tiap bulan, tapi kenyataannya malah beliau mencari uang tambahan dengan menjadi sopir panggilan dan kadang kernet taksi. Bapak tuh orangnya kaya Aris yang tidak bisa diam disatu tempat, orang yang gampang bosan.
Sebelum mama sakit, uang tidak masalah buat mereka, walau bukan orang kaya, tapi mereka tidak kelaparan dan mampu membelikan keperluan anak. Bapak yang PNS dan kadang menjadi sopir untuk orang yang malas berkendara mobil sendiri. Mama yang juga ikutan nyari uang tambahan dengan membuka warung khusus menu sarapan.
Akhirnya Andi yang merasa kasihan sama mama, merasa bertanggung jawab, mengurus keperluan mama dan membersihkan rumah. Paman dan bibi alias adik-adiknya mama berperan penting kenapa Andi sempat berpikir seperti itu, karena dia pernah mendengar perbincangan mereka, bagaimana mengurus mama, anak-anak mama yang masih kecil dan juga mempunyai suami yang tidak panjang akal. Sementara mereka masing-masing juga punya suami atau istri, tidak mungkin mengurusi kakak mereka yang sakit ( mereka sudah lupa mungkin kalau waktu kecil itu mama yang mengurus mereka karena mama anak tertua sedangkan almarhum nenek punya 10 anak dengan rentang umur 1 tahun atau 2 tahun perbedaan usianya).
Setelah rutinitas harian itu, Andi akan pergi ke warnet Hendra di depan komplek rumahnya. Membantu menjaga kasir disana sekaligus mengupgrade game-game yang ada disitu, lumayan untuk menambah tabungan. Untung Andi anak yang cerdas, meski tidak belajar dan mengulang pelajaran, dia tetap menjadi anak nomor Satu disekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments