Sudah dua hari ini Andi tidak masuk sekolah, selain wajah Andi yang memar, rusuknya ternyata juga ada yang patah dan harus beristirahat menyembuhkan diri. Berobat dengan jamu-jamu tradisional dan memakan anak piak yang diblender, kemudian diminum dicampur dengan susu, untuk menyembuhkan patah tulang, sambil rutin diurut ke tukang urut khusus untuk patah tulang.
"Kalau ada yang jahil sama Lo, bilang sama Gue Ndi. Biar Gue kasih pelajaran mereka" Ujar Aris suatu hari, ketika mereka rebahan di kamar, Andi yang mendengar ucapan sang kakak, merasa tersentuh dan juga surprise dengan perubahan sifat kakaknya. Kemudian dia putuskan kalau kakaknya sedang teler waktu itu, karena kemudian kakaknya menyuruh Andi melihat tali jemuran diluar, yang terlihat di jendela kamar mereka.
"Lo liat ngga Ndi, tuyul di jemuran itu. Telanjang bulet melompat-lompat kayak pocong hihihi, kepalanya gundul bhahahaha" Cerocosnya tidak karuan,
Andi cuma bisa menatap kakaknya dengan prihatin. Setelah ketahuan mabuk-mabukan malam itu, kakaknya sudah berhenti minum-minuman keras, tapi dia tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan telernya, sebagai gantinya dia mengkonsumsi obat Zenit yang membuatnya berhalusinasi. 10 tablet sekaligus langsung diminumnya, kadang Andi memergokinya meminum langsung 2 keping Zenit, membuatnya percaya diri dan sedikit berani katanya, saat ditanya oleh Andi kenapa harus seperti itu, tapi efek sampingnya, dia akan sering bicara ngelantur dan jadi banyak omong, sementara Aris termasuk orang yang sedikit bicaranya dan cuek. Andi sering mengingatkan kalau dia adalah seorang atlet, jangan merusak tubuh dengan miras dan obat-obatan, masa depannya tergantung pada basket, kalau tubuhnya hancur gara-gara mengkonsumsi Dua jenis barang itu, cita-citanya juga akan hancur. Disekolah Aris tidak termasuk murid yang pandai, gurunya mempertahankan Aris semata-mata karena dia sering mempersembahkan piala untuk sekolahnya.
Tapi tidak berapa lama kebiasaan baru Aris itu ketahuan juga oleh bapak, beliau begitu murka sehingga menampar pipi Aris, mama yang melihat itu berteriak histeris, sambil memanggil anak sulungnya, ketika melihat Aris beranjak pergi tanpa kata-kata. Tidak ada yang bisa mengatakan siapa yang lebih marah saat itu, ketika melihat muka bapak dan Aris, mereka berdua sama-sama keras kepala.
Andi yang menyaksikan itu juga tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa mengejar kakaknya, bangun dari duduknya saja masih kesulitan, hanya bisa menghibur mamanya yang terus menangis, sedangkan bapak tidak bisa diajak kompromi, uring-uringan kesitu kemari, kadang keluar,kemudian ke dapur lalu ke kamar. Selang tidak begitu lama, terdengar ketukan dipintu, dengan tertatih-tatih Andi berjalan keluar dan membuka pintu.
" Assalamualaikum" Sapa orang yang mengetuk tadi.
" Waalaikaum salam " Sahut Andi, lama mereka berdua saling memandang, orang itu berpakaian santai tapi auranya berbeda, seakan orang itu adalah orang yang penting. Kemudian orang itu tersenyum dan menyapa menanyakan bapak, wajah keduanya tampak mirip, Andi terkesiap lalu masuk kedalam memanggil bapak.
"Siapa Ndi?" Tanya mama ketika Andi masuk kedalam sementara Andi memanggil bapak.
" Ngga tau ma, Andi ngga nanya" Jawab Andi seraya duduk disamping mama, sementara bapak dan orang itu ngobrol di teras.
Setelah bicara sebentar di luar, bapak mengajak orang itu masuk. Mama terkesiap melihat orang itu, menutup mulutnya yang terbuka, kemudian menatap Andi dengan penuh arti. Andi yang melihat tingkah mama jadi bingung, merasa ada sesuatu yang disembunyikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments