Pukul Empat pagi Andi sudah bangun, sementara kakaknya baru saja pulang, masuk lewat jendela kamar dan merebahkan tubuhnya ke ranjang. Sengaja jendela kamar tidak dikunci, kalau tidak si kakak bakal ngamuk-ngamuk dan membuat mama pusing dan menangis. Andi akan berpura-pura kalau Aris memang ada di kamar mereka, seakan-akan sudah pulang dari tadi malam. Rumah mereka tipe L dengan ukuran 4x6, terdiri dari 2 kamar dan kamar mandi sekaligus wc, dapur dan ruang tamu hanya disekat tripleks tipis. Dengan dibantu oleh bapak, Andi bersiap-siap memandikan mama, dan membantu beliau berwudlu, sebelum dia sendiri juga mandi dan ikut shalat berjamaah.
Pukul Tujuh pagi Andi sudah siap berangkat ke sekolah, setelah sebelumnya sarapan bersama mama dan bapak. Aris diabaikan di kamar, karena sudah beribu kali panggilan mama dan bapak tidak dihiraukannya. Dengan santai dikayuhnya sepeda gunung miliknya, hasil menang jalan santai 17 agustus kemaren. Dari kejauhan terdengar teriakan kesakitan Aris, sudah dipastikan kalau dia kena pukul oleh bapak.
Pukul 7.25 Andi sampai disekolah, sengaja berlama-lama masuk ke kelas, menghindari teman-teman yang ingin menyontek tugas yang harus diserahkan dipelajaran pertama, yaitu matematika.
Tapi ada seorang cowok dan kedua bodyguardnya yang sengaja menunggu Andi di parkiran sepeda.
" Lama amat Lo, sengaja Ya!" Ujar cowok itu sembari menendang roda depan sepeda Andi. Yang empunya buru-buru mengeluarkan kertas di dalam tas dan menyerahkan kertas itu.
" Bagus, bahkan sudah ada namanya. Budi Ramadhan" Cowok itu yang ternyata teman sekelas Andi, Rama sudah sering minta contekan, bahkan minta kerjakan langsung oleh Andi, bila menolak anak itu akan mengeroyok Andi sepulang sekolah.
Sudah jadi rahasia umum ayah Rama adalah sponsor beasiswa di sekolah Dwi Warna, otomatis yang membiayai sekolah Andi adalah ayahnya, karna itulah menurutnya, Rama merasa berhak menerima balas budi dari Andi.
Suatu hari Rama mendengar pembicaraan ayahnya ditelepon tentang mentransfer uang untuk sekolahnya, dan ayahnya juga sering terlihat mengunjungi kepala sekolah. Hal itu di elu-elukannya kepada Andi dan membuatnya semakin semangat memperoloknya.
" Hari ini uji coba ujian sejarah, awas Lo kalau menghindar lagi" Ancam Rama kemudian berlalu meninggalkan Andi yang memarkirkan sepedanya. Dengan gontai Andi menuju kelas, merasa jenuh dengan kehidupan sekolahnya. Rasanya ingin cepat dewasa dan bekerja membantu bapak dan merawat mama yang kesepian dirumah.
Saat Andi menaiki tangga, terlihat Amel dipuncak tangga celingak celinguk di depan kelas nya. Kemudian Rama keluar menghampiri, mengobrol sebentar, kemudian Amel pergi sambil dadah-dadah ke arah Rama. Cewek itu berpapasan dengan Andi di tangga, tersenyum sekilas kearah Andi yang disambutnya dengan anggukan kepala padahal jantungnya berdentum keras.
Dari kecil Andi sudah menyukai cewek itu, rumah Amel berada diseberang warnet Hendra, mereka teman dekat sebelum bersekolah di SMP Dwi Warna, sekarang pun masih, tapi tidak sedekat dulu. Andi melarang Amel dekat-dekat, takut cewek yang dia sukai akan kena imbasnya kalau nanti orang mengira mereka berteman dekat.
Sekarang Amel dan Rama resmi berpacaran dari sebulan yang lalu, rasa kecewa merasuk di hati Andi, karena dia tahu betul bagaimana Rama, sedangkan Amel cewek yang sopan.
Disekolah Andi selalu murung, tidak ada yang memperdulikan dirinya, berbeda jika berada dirumah, bersama mama yang selalu merasa ceria, tidak ada beban, karena semua yang dilakukannya dengan ketulusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments