Eliziane

Eliziane

Bab 1

"Jika mabuk perjalanan seharusnya berdiam diri di dalam rumahmu Nona, bukan melakukan perjalanan panjang ini." Ucap seorang laki-laki tampan yang kini sedang menyodorkan sapu tangan pada Ziane

"Terimakasih." Ucap Zia lalu meraih sapu tangan putih itu kemudian membersihkan sisa-sisa muntahan yang masih melekat di sudut bibirnya.

Laki-laki tampan dengan stelan jas mahal yang melekat di tubuhnya kembali fokus pada benda yang berada di dalam genggamannya. Mengusap layar yang memuat berbagai informasi perusahaannya dengan perlahan agar tidak ada satupun laporan yang dia terima hari ini terlewatkan dari penglihatannya.

"Eliziane." Ucap Zia sembari mengulurkan tangannya ke arah laki-laki yang duduk di sampingnya.

Laki-laki itu menoleh meanatap wajah teduh berbalut hijab itu, namun tidak menyambut uluran tangan Zia.

"Alard." Ucapnya lalu kembali mengalihkan tatapannya pada benda pipih di tangannya.

Suasana kelas bisnis dalam pesawat yang baru saja meninggalkan ibu kota Jakarta sudah kembali hening. Tangan mungil yang tidak tersambut tadi, sudah di tarik kembali oleh pemiliknya.

Tubuh mungil itu sudah bersandar dengan nyaman, ini penerbangan pertamanya dengan perajalanan yang begitu panjang.

Hanya sesekali dia menggunakan pesawat untuk mengunjungi makam mendiang Eyang Abinya di Bandung, dan kini dia harus bersabar dengan mual yang melandanya selama lebih dari enam belas jam kedepan. Mabuk udara, sungguh itu sangat menyiksa apalagi harus duduk berdampingan dengan orang arogan seperti laki-laki yang ada di sampingnya inu.

Tatapannya mengarah pada jendela pesawat, melihat awan putih yang begitu indah di luar pesawat sayangnya benda yang begitu terlihat empuk tidak akan bisa menahan berat tubuhnya.

"Minumlah." Ucap Alard sambil menyodorkan air minum juga satu pil ke arah Zia.

"Untukku ?" Tanya Zia. Kali ini dia merasa tidak enak karena sudah menuduh pria di sampingnya ini sebagai orang arogan.

"Tentu saja, di dalam kelas bisnis ini tidak ada orang lain yang merasa mabuk selain kamu." Ujar Alard ketus.

"Terimaksih." Ucap Zia dengan wajah yang semakin cemberut karena mendengar kalimat ketus yang keluar dari mulut aki-laki yang ada di sampingnya ini. Yah dia tidak salah sudah menuduh laki-laki ini sebagai orang yang arogan karena itu memnag benar adanya.

Zia memeriksa pil yang di sodorkan Alarad terlebih dahulu sebelum meminumnya.

"Itu pil pereda mual dokter." Ucap Alard sambil menatap lekat ke arah Zia. "Aku tidak berniat meracuni orang yang sedang sekarat menahan mabuk di dalam pesawat." Sambungnya lagi lalu kembali mengalihkan tatapannya ke layar tab miliknya.

"Sekarang aku semakin curiga, dari mana kamu tahu aku seorang dokter ?" Tanya Zia kesal. Laki-laki di sampingnya ini tidak ada sopan santun berbicara, padahal mereka baru saja bertemu hari ini.

"Itu." Tunjuk Alard pada satu buah buku yang ada di atas meja di samping Zia. "Hanya seorang dokter yang memvawa buku nembisankan seperti itu di dalam pesawat." Sambungnya.

Melihat Alard sudah menyelesaikan pekerjaannya, wanita mudah dengan rok selutut datang mendekat sambil membawakan selimut untuk atasannya.

"Terimakasih Gerin" Ucap Alard lalu menyerahkan tab tersebut pada wanita kepercayaannya.

"Selamat beriatirahat Tuan." Ucap Gerin kemudian beralalu dari sana.

"Cih... apa mereka sedang syuting drama." Gumam Zia pelan lalu kembali mengalihkan tatapannya pada jendela pesawat.

Awan yang tadinya begitu terlihat putih, perlahan mulai menguning bersamaan dengan matahari yang mulai tenggelam dan akhirnya siang cerah kini berganti dengan gelapnya malam.

Laki-laki di sampingnya sudah terlelap. Zia tersenyum sambil menatap wajah rupawan yang ada di sampingnya. Sungguh ini pertama kalinya dia merasa terpengaruh dengan sikap dari kaum Adam.

Perlahan matanya pun ikut terlelap bersamaan dengan do'a yang dia lafadzkan di dalam hatinya. Meminta pada sang pemilik kehidupan untuk menjaga dan melindungi perjalanan panjangnya hari ini.

Saat memastikan gadis yang menatapnya sudah terlelap, Alard memberanikan dirinya untuk menatap gadis mungil di sampingnya.

Ini pertama kalinya dia perduli pada orang lain, terlebih lagi prang itu adalah seorang gadis. Sudut bibirnya terangkat, ada senyum yang jarang dia tunjukan kini terlihat di wajahnya.

"Maafkan aku Karen." Ucapnya pelan lalu mengalihkan pandangannya dari Zia.

****

Wellcome Berlin..

Rumah-rumah sudah mulai terlihat, pesawat yang di tumpanginya mulai turun dari ketinggian menuju landasan pendaratan.

"Aku benar-benar berhasil meninggalkan Jakarta." Ucap Zia pelan sambil menatap ke arah luar jendela pesawat. Fikirannya kembali yeringat pada laki-laki paruh baya yang selalu posesif dengannya. Butuh perjuangan yang panjang untuk bisa meyakinkan sang Ayah agar memberinya izin untuk melanjutkan spesialisnya di Negara Federasi dengan penduduk Imigran tertinggi ketiga di dunia ini.

"Aku rindu Ayah." Lirihnya. Sungguh dia merindukan laki-laki terbaiknya itu.

Suara indah dari pramugari memyadarkannya dari lamunan tentang sang Ayah. Tatapannya mengarah pada laki-laki yang masoh terlelap di sampingnya saat pramugari menyampaikan untuk memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera mendarat.

Dengan memberanikan dirinya, Zia bersuara sedikir keras untuk membangunkan laki-laki di sampingnya ini. Meskipun merasa tidak enak, namun dia harus melakukannya.

"Permisi,," Ucap Zia pada laki-laki yang masih terlelap di sampingnya.

Wajah yang masih terlihat mengantuk itu mulai membuka matanya, dan kini manik cokelat itu sudah menatap tajam ke arahnya.

"Ada apa ?" Tanya Alard sedikit kesal karena gadis di sampingnya ini begitu berani mengganggu tidur lelapnya.

"Petugas pesawat meminta kita untuk segera memasang sabuk pengaman, pesawat akan segera mendarat." Jawab Zia lalu segera memutus tatapannya dengan Alard.

Alard segera memasang sabuk pengaman pada tubuhnya, tanpa menghiraukan lagi gadis yang sudah menatap ke luar jendela pesawat.

***

Ziane sudak keluar dari pintu kedatangan, pandangannya menyusuri setiap orang yang berdiri di ruang tunggu. Melihat satu persatu papan yang ada mencari namanya tertulis di sana.

Senyum terlihat di wajahnya bersamaan dengan ucapan Alhamdulillah saat melihat laki-laki terbaik ke dua dalam hidupnya sedang melambai ke arahnya.

"Kak.." Teriak Zidan masih dengan lambaian antusias menyambut kedatangan sang kaka di Negara tempat dia menuntut ilmu.

Zia melangkah mendekat, dan tidak jauh dari tempat mereka berada laki-laki yang enam belas jam lalu bersamanya kini sedang menikmati couman panjang di depan umum bersama dengan gadis pirang.

"Selamat datang di negara bebas kak.' Ucap Zidan saat mengikuti arah tatapan sang kaka.

"Apa harus seperti itu dek ?" Tanya Zia risih.

"Ini bukan di Indonesia, acuhkan saja. Hal seperti itu sudah biasa di sini." Jawab Zidan sambil meraih koper milik Zia dan di tariknya keluar bersama dengan genggaman erat di jemari kaka tersayamganya.

"Ibu apa kabar ?" Tanya Zidan.

"Dia selalu rindu padamu." Ucap Zia cemberut dan membuat Zidan terkekeh.

"Aku juga merindukannya." Ucap Zidan sambil tersenyum. Dia merindukan wanita terbaik itu, namun cita-cita harus tetap menjadi prioritasnya saat ini.

***

Zia tersenyum, tataoannya kembali mengarah pada laki-laki yang sedang menrengkuh pinggang ramping di sampingnya. Ah hati yang sempat berdebar di dalam pesawat beberapa jam yang lalu, harus segera dia lupakan, laki-laki itu sudah memiliki wanita lain dalam hidupnya.

Takdir, kehidupan manusia tidak akan pernah luput dari kata ini, dan tentu saja setiap apa yang terjadi dalam kehidupan manusia, sudah di gariskan dengan rapi oleh sang pemilik kehidupan.

Siapa yang akan menebak, pertemuan di dalam pesawat akan menjadi awal dari takdir dua orang manusia.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

lanjut baca dari sebelumnya

2023-01-17

0

Neulis Saja

Neulis Saja

ceritanya bagus nyaman bacanya

2022-08-28

0

Runa💖💓

Runa💖💓

Mampir setelah baca Wanita. Kedua

2022-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!