*** Mungkin cerita receh aku ini belum pantas buat dapat vote dari teman-teman semua, tapi kuu mohon jangan lupa tinggalkan like buat suntikan semangat 😔***
** Happy Reading semuanya**
****
"Alard pelan-pelan aku takut" Teriak Zia saat kursi roda mulai melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah mewah di depan sana. Sungguh dia ketakutan, kedua tangannya bahkan sudah melingkar erat di leher suaminya.
"Nanti kita jatuh Alard, aku ga akan kuat buat angkat kamu sendirian." Ucap Zia lagi.
Alard hanya terus tertawa renyah melihat raut ketakutan dari wajah istrinya.
"Buka pintunya." Ucap Alard sambil menyodorkan satu buah kunci kepada Zia. "Ga usah turun." Sambungnya sambil melingkarkan tangannya di pinggang Zia.
Zia tersenyum manis pada suaminya, jantungnya semakin berdetak cepat seakan keluar dari tempatnya saat tangan Alard melingkar sempurnah di pinggangnya.
Pintu rumah yang terbuat dari kayu dengan ukiran mewah itu terbuka lebar. Alard kembali menjalankan kursi rodanya otomatis. Zia masih duduk di pangkuannya dengan jantung yang semakin memompa tidak karuan.
"Kita mau kemana ?" Tanya Zia sembari mengelilingi setiap ruangan yang mereka lewati dengan pandangannya.
"Kamar kita." Jawab Alard membuat Zia semakin salah tingkah.
Zia semakin salah tingkah, dia tahu mereka sudah menjadi suami iatri namun selepas status yang baru berganti hari ini mereka hanyalah sebatas orang asing yang kembali di pertemukan oleh takdir dengan ikatan pernikahan.
"Hei, apa yang sedang kamu fikirkan ?" Tanya Alard heran karena melihat Zia yang terdiam sambil menatap ke arahnya.
Zia menggeleng dengan wajah yang sudah merah padam.
"Kamu lagi mikirin mesum ya, ayo ngaku." Goda Alard.
"Ga ya." Ucap Zia tegas sambil mendelik kesal dengan wajah yang semakin memerah.
"Itu terlihat jelas." Ucap Alard masih terus menjalankan kursi rodanya menuju ruangan yang dia siapkan sejak lama untuk istrinya nanti.
"Emang iya ya ?" Tanya Zia polos sambil menatap lekat ke arah Alard membuat laki-laki itu tertawa lucu.
"Umur kamu benaran sudah 29 tahun ? kok sepwrti remaja sih." Ucap Alard di sela-sela tawanya.
Zia semakin cemberut dengan pipi yang memerah karena Alard terus saja mengejeknya.
Cup..
Kecup Alard di pipi Zia.
"Hei, bilang-bilang dong." Ucap Zia tidak terima.
"Kamu istri aku sekarang kalau kamu lupa, semua yang ada padamu adalah milikku sekarang. Dan jangan salahkan aku, kamu yang meminta kita untuk menikah sungguhan." Ucap Alard sembari mengusap pipi istrinya.
"Tentu saja, semua adalah milikmu termasuk cinta juga pengabdianku." Jawab Zia sambil ersenyum dengan pipi yang bersemu juga jantung yang sejak tadi tidak berhenti berdetak dengan cepat.
"Kita sudah sampai, selamat datang di kamar kita." Ucap Alard sambil mendorong pintu ruangan yang menjadi tujuan mereka.
Zia menatap takjub pada kamar tempat mereka berada sekarang, interior yang terlihat sangat memukau, juga perabotan yang ada di dalamnya seakan di pilih dengan sangat hati-hati oleh pemiliknya.
"Kamu menyiapkan ini untuk siapa ?" Tanya Zia. Gadia itu sudah turun dari pangkuan Alard. Langkahnya menyusuri kamar yang hampir empat kali lebih luas dari kamar miliknya yang ada di rumah sang Ayah.
"Untuk istriku." Jawab Alard.
Zia duduk di atas ranjang mewah yang ada disana, lalu menatap lekat ke arah suaminya.
"Apa semua ini kamu siapkan untuk kekasihmu ?" Tanya Zia pelan. Sungguh jika benar begitu adanya, dia tidak akan mau tinggal dan menjadi bayang-bayang wanita itu disini. Tidak masalah jika mereka harua tinggal dirumah yang tidak semewah ini.
"Tidak, ini aku siapkan untuk siapapun yang akan menjadi istriku kelak." Jawab Alard yakin. Dulu dia menyiapkan ini memang tujuannya untuk istrinya, meskipun dia tidak menapik jika dulu dia mengharapkan Karenlah yang akan menjadi istrinya.
Zia diam saja, dia masih tidak yakin dengan jawaban suaminya ini dan menunggu laki-laki ini menjelaskan lebih jauh. Dia ingin menjalani pernikahan sungguhan sepwrti pada umumnya, dan dia tidak ingin ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya nanti.
"Memang dulu aku menginginkan dia yang akan menjadi istriku, namun aku tidak menyiapkan ini untuknya. Jika aku meniatkan rumah ini untuknya, mungkin saja sudah sejak dulu aku memberitahu soal rumah ini padanya." Jelas Alard ketika melihat gadis di hadapannya terdiam. "Aku ingin hidup disini bersama istriku, dan itu kamu." Sambungnya lalu menjalankan kursi rodanya menuju Zia.
Zia mengangguk mengerti.
"Aku melihat kalian berciuman panjang di Bandara waktu itu." Ucap Zia lalu kembali duduk di atas pangkuan Alard.
"Dan kamu cemburu." Tanya Alard sambil tersenyum saat Zia kembali duduk di pangkuannya tanpa merasa sungkan.
"Buat apa, kita bahkan tidak saling mengenal. Dan jangan lupa, waktu itu kamu menjelma sebagai tuan arogan." Ucap Zia semakin mwmbuat Alard tertawa.
"Terimakasih Zia." Ucap Alard.
"Buat apa ?" Tanya Zia heran.
"Karena sejak dulu sudah menaruh hati padaku." Jawabnya membuat Zia menganga tidak percaya dengan kepercayaan diri suaminya ini.
"Idiih percaya diri banget kamu tuh." Ucap Zia tidak terima. Namun dia tersenyum, karena yang di katakan Alard barusan memang benar adanya.
"Terimakasih sudah mau melengkapi." Ucap Alard lagi.
"Kita akan saling melengkapi nanti, belajarlah membuka hati untukku." Ucap Zia.
Alard menyusuri wajah teduh Zia dengan jemarinya, hijab putih masih membungkus rapi menutupi rambut yang sama sekali belum pernah di lihatnya.
Sejenak tatapan mereka saling mengunci, Zia menatap lekat manik cokelat yang dulu sempat membuat dadanya berdebar.
Laki-laki yang dulu bahkan tidak menerima uluran tangannya di dalam pesawat kini megusap pipinya dengan sayang.
"Mungkin saja ini masih sebatas kagum pada kepribadianmu, namun sungguh aku sangat bersyukur karena takdir kembali mempertemukan kita Zia." Ucap Alard pelan.
Selama hampir empat tahun ini dia bahkan merutuki takdirnya yang begitu buruk, kecelakaan hingga membuatnya harus merelakan wanita yang dia cintai dulu berbahagia dengan laki-laki lain karena dia tidak lagi bisa memberi itu. Namun kini dia sadar, Allah sudah menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik.
Zia, takdir enam belas jam yang dia abaikan adalah jodoh terbaik yang sudah Allah siapkan untuknya.
Apa karena Zia akan menjadi istrinya di masa depan, sehingga dia tidak sampai hati mengabaikan gadis yang terus saja muntah di sampingnya di dalam pesawat waktu itu.
"Alard.." Panggil Zia pelan. Gadis itu menggenggam erat tangan yang terus saja mengusap wajahnya dengan sayang.
"Ada apa ?" Tanya Alard masih menatap lekat pada Zia yang kini sudah menunduk sambil menatap tangan mereka yang saling menggenggam erat.
"Apa nanti kamu juga akan mencintaiku ?" Tanya Zia pelan. Kepalanya masih menunduk dalam menanati jawaban dari suaminya.
Alard menagkup wajah Zia dengan kedua tangannya.
"Aku tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi nanti, namun aku orang yang paling konsisten dalam sebuah hubungan. Cinta itu maaih samar. Namun akan aku pastikan jika hanya kamu yang ada di hidup aku mulai sekarang." Jawab Alard tegas.
Zia menghambur memeluk Alard dengan eratnya.
Tidak ada kecanggungan di antara mereka, waktu singkat yaang mereka lalui sama sekali tidak terlihat. Dua orang yang di pertemukan oleh takdir itu seperti sudah saling mengenal sejak lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Jumadin Adin
alard romantis biar tdk bisa jalan,kursi rodapun mampu untuk menggendong ziane
2023-01-18
0
amalia gati subagio
pernikahan barter skema org tua 🙄🙄
2022-08-30
0
Ninin Primadona
👍😍
2022-07-18
0