Bab 15

*** Happy reading, jangan lupa tinggalkan like dan komentar buat suntikan semangatnya ya 🤗😊😚 ***

*****

"Zia berangkat sama Papa aja." Ajak Adrian pada menantunya karena memang tujuan mereka sama.

"Zia berangkat sama Alard Pa." Jawab Alard cepat sebelum istrinya menyetujui permintaan sang papa.

Zia menoleh, melihat ke arah suaminya. Entahlah laki-laki ini sedikit bertingkah aneh hari ini. Namun dia tidak menolak rencana suaminya yang ingin mengantarnya ke rumah sakit hari ini.

"Rumah Sakit sama kantor kamu itu berlawanan arah nak, Zia sama Papa saja." Bujuk Adrian lagi. Sebenarnya ada yang ingin dia bicarakan dengan menantunya itu. Selama satu tahun ini dia belum memberitahukan soal apapun, atau meminta maaf dengan pantas pada gadis yang dia paksa masuk dalam hidup putranya, karena Zia hanya fokus pada kesembuhan Alard.

"Ngga apa-apa Pa, aku ingin mengantar Zia setiap hari." Jawab Alard menolak.

Tamara yang mendengar perdebatan dua laki-laki terbaik dalam hidupnya hanya tersenyum sambil mengusap punggung tangan menantunya yang ada di atas meja makan. Zia ikut tersenyum ke arah Tamara. Dia pun sama, tidak bisa mengatakan apapun karena laki-laki yang duduk di sampingnya ini sama keras kepalanya dengan laki-laki paruh baya yang ada di hadapannya.

"Ayo Zia kita berangkat sekarang, Gerin sudah menunggu." Ajak Alard lalu berdiri dari meja makan.

Zia mengangguk mengikuti ajakan Alard tanpa bicara, menyalami papa dan mama mertuanya terlebih dahulu, lalu ikut melangkah keluar dari ruang makan.

Alard melangkah keluar dari rumah orang tuanya sambil menggenggam tangan Zia. Mulai hari ini dia akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan sejak satu tahun ini. Dengan hati yang berdebar, dia membawa istrinya itu keluar dari dalam rumah.

Gerin, sang sekertaris sudah berdiri di samping mobil menunggu atasannya yang akan berangkat ke kantor hari ini.

Zia tersenyum saat Gerin mempersilahkan dirinya masuk lalu di ikuti Alard yang duduk di kursi belakang di samping Zia. Gadis dengan hijab andalannya itu menatap tangannya yang masih dingenggam erat oleh suaminya, jemari Alard megisi setiap sela jarinya.

Ingin sekali bertanya soal pembahasan Alard dan kedua mertuanya pagi ini, namun dia mengurungkan niatnya karena Alard hanya diam. Biarlah, hari ini mungkin belum waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini dengan Alard.

"Jam makan siang nanti aku akan ke Rumah Sakit dan kita akan menemui Dokter Diana." Ucap Alard membuyarkan lamunan Zia.

"Kamu serius dengan pembahasan pagi ini ?" Tanya Zia pelan. Alard mengangguk, memastikan jika yang mereka bicarakan pagi ini di ruang makan benar-benar serius.

"Alard...

"Aku ingin menikah dan membina rumah tangga yang sebenarnya Zia." Ucap Alard menyela sebelum Zia melanjutkan kalimatnya.

"Iya aku juga menginginkan pernikahan ini sejak awal dan kamu sangat tahu tentang hal itu. Tapi aku tidak ingin memaksamu untuk melakukannya sekarang, kamu masih boleh meminta waktu lebih padaku, agar kedepannya tidak ada lagi yang harus kamu ragukan." Ucap Zia panjang lebar. Sejujurnya dia hanya takut untuk terlalu melangkah jauh, dan akhirnya menelan kekecewaan nantinya.

"Waktu satu tahun adalah waktu yang panjang untuk memikirkan ini Zia, selama ini aku diam dan tidak pernah membahas apapun bukan karena aku tidak ingin namun aku tidak mampu melakukannya. Dan sekarang aku sudah jauh lebih mampu untuk melakukan semua itu, dan aku rasa waktu satu tahun yang kamu berikan sudah mampu mengikis segala keraguanku." Ucap Alard lalu mengecup tangan Zia yang masih berada dalam genggamannya.

Tentu saja Zia terkejut bersamaan dengan pipi yang bersemu. Gadis berhijab itu melihat ke arah sekertaris suaminya yang masih fokus dengan kemudi di tangannya. Sungguh selama pernikahan mereka, meskipun Alard selalu perhatian dan sering bersikap manis, baru kali ini bibir laki-laki itu menyentuh bagian tubuhnya.

"Alard..." Lirih Zia memelas.

Wajah malu juga bahagia terlihat jelas di wajahnya, entahlah dia merasa begitu bahagia saat laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya ini mengecup tangannya.

"Gerin tidak akan terpengaruh dengan apapun, tenang saja." Ucap Alard sambil tersenyum hangat ke arah istrinya.

"Iya tapi tetap saja rasanya tidak nyaman, disini tidak hanya ada kita berdua." Ucap Zia pelan.

"Baiklah, maafkan aku. Kedepannya aku tidak akan melakukannya jika Gerin ada di dalam mobil." Jawabnya bersungguh-sungguh. "Sudah sampai." Sambungnya.

Zia melihat keluar mobil, dan benar saja mereka sudah sampai di pelataran Rumah Sakit. Terlalu menikmati keadaan, dia bahkan tifka menyadarin jika mobil yqng membawa mereka sudah berhenti di pelataran rumah sakit.

"Aku keluar, kamu hati-hati ya." Ucap Zia dan Alard mengangguk. Namun laki-laki itu masih belum melepaskan genggaman tangan istrinya.

Zia yang hendak kelaur dari mobil mewah milik suaminya pun terhenti karena tangannya yang masih tertahan.

"Zia.." Panggil Alard ragu.

Zia pun menghentikan niatnya untuk keluar dari mobil, sedangkan Gerin sudah lebih dulu keluar dari mobil atasannya untuk memberikan waktu dan ruang buat sepasang pengantin lama itu.

Zia menunggu apa yang ingin di bicarakan oleh laki-laki yang kini menatapanya lekat.

"Ngga jadi, aku akan mengabarimu jika akan berkunjung nanti." Ucapnya.

Zia masih bergeming, dia yakin ada yang ingin di katakan oleh suaminya ini namun entah mengapa laki-laki ini mengurungkan niatnya.

"Baiklah aku pergi, selamat bekerja ya." Ucap Zia lalu mengecup punggung tangan Alard takzim.

Alard tersenyum, spontan dia mendekatkan wajahnya di wajah istrinya.

Cup...

"Semangat buat mengobati pasien baru." Kekeh Alard setelah mendaratkan kecupan pertama kalinya di pipi istrinya. "Memerah manis." sambungnya sambil mengusap pipi Zia yang semakin merona dengan ibu jarinya.

Zia berdebar namun dia tetap tersenyum walau canggung pada suaminya. Ini pertama kalinya ada laki-laki selain sang Ayah yang mencium pipinya. Bahkan sang Ayah hanya menciumnya saat dia kecil dulu.

Alard pun sama, laki-laki itu membalas senyum istrinya dengan gugup. Bukan karena belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, namun bersama Zia terasa begitu menegangkan, sama seperti remaja yang pertama kali ingin mencium pacarnya.

Dia sering melakukannya dengan Karen, bahkan mantan pacarnya itu akan menciumnya di manapun mereka berada.

"Baiklah aku turun ya. Terimakasih untuk tumpangan dan ciuman dadakannya." Ujar Zia sambil tertawa, berusaha mencairkan suasana yang terasa begitu canggunga. Alard mengangguk lalu tersenyum hangat ke arah istrinya.

Zia membuka pintu mobil lalu keluar dari sana. Ucapan terimakasih tidak lupa dia sampaikan pada sekertaris suaminya yang begitu sabar menunggu di luar mobil.

Mobil yang di kendarai Gerin mulai melaju meninggalkan pelataran Rumah Sakit di iringi lambaian tangan Zia. Ini hari yang menyenangkan menurutnya. Selama satu tahun pernikahan mereka, Alard tidak pernah menyentuhnya, kecuali menggenggam tangannya. Dan hari ini, laki-laki itu bahkan menciun pipinya. Tanpa sadar Zia menyentuh pipinya dan tersenyum.

"Kok masih disini nak ?" Tanya Adrian pada menantunya yang masih berdiri sambil melamun di depan Rumah Sakitnya.

"Eh Papa, ini mau masuk." jawabnya kelabakan.

Adrian tersenyum melihat tingkah menantunya yang terlihat canggung.

"Apa ada hal baik yang terjadi hari ini ?" Tanya Adrian.

"Semua yang terjadi selama satu tahun ini adalah yang terbaik Pa." Jawab Zia sambil tersenyum.

Yah Allah begitu baik padanya, selama satu tahun ini tidak ada hal buruk yang terjadi dalam hidupnya. Dia menikmati setiap kebahagiaan yang dia rasakan saat bersama laki-laki yang tidak lain adalah suaminya.

Meskipun hubungan mereka terlihat seperti teman, namun dia merasa cukup dengan hal itu. Untuk cinta yang belum terbalas, dia biarkan terus bersemi di dalam hatinya hingga waktunya tiba terbalas oleh orang yang sama.

Terpopuler

Comments

Saonah Onah Nona

Saonah Onah Nona

jadi senyum² ndiri baca ceritanya....😊

2022-05-30

0

Mbah Edhok

Mbah Edhok

apa yg papa andrian sembunyikan ...

2022-04-22

0

Yuli Wirnawan

Yuli Wirnawan

ayo alaard tidak tunjukkan rasan yg kau punya pd zia

2021-10-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!