***Selamat membaca***
Alard duduk sambil bersandar di kepala ranjang mewah miliknya, tatapannya masih tertuju pada istrinya yang sedang merapikan rambut panjangnya di depan cermin. Ingin rasanya mengutarakan yang membuatnya gundah hari ini, namun tidak tahu harus memulainya dari mana.
"Ada apa ?" Tanya Zia sambil menatap suaminya dari pantulan cermin di depannya.
Alard yang tertangkap basah sedang mengamati Zia, dengan cepat mengalihkan pandangannya di dinding kamar. Menatap foto pernikahan mereka dengan ukuran besar yang terpampang di sana.
"Boleh ngga kalau kamu di rumah saja ?" Cicit Alard pelan namun bisa di dengar jelas oleh Zia.
Zia membalik tubuhnya, alisnya mengkerut tidak mengerti. Bukan, bukan karena dia tidak mengerti arah pembicaraan Alard, namun dia bingung kenapa suaminya ini tiba-tiba saja meminta dirinya untuk tinggal di rumah setelah hari ini mulai kembali melakukan aktivitasnya yang tertunda sebelas bulan ini.
Alard mengalihkan pandangannya dari dinding kamar, dan ikut menatap wajah cantik Zia. Rambut panjang terurai yang hanya bisa dia nikmati di dalam kamar mereka itu, semakin menambah kecantikan istrinya, dan semakin membuatnya tidak rela jika ada orang lain yang ikut menikmatinya di luar sana.
Zia mengerutkan alisnya, sungguh dia tidak sabar ingin mendengar kalimat selanjutnya, namun laki-laki yang masih berselonjor di atas ranjang itu hanya diam sambil menatap lekat kearahnya. Dan semakin membuat jantungnya seakan copot dari tempatnya.
"Aku ngga suka kamu dekat dengan orang lain selain aku." Ucap Alard lalu kembali mengalihkan tatapannya dari Zia.
"Maksud kamu ?" Tanya Zia. Sungguh kali ini dia tidak mengerti tujuan dari kalimat yang di utarakan suaminya ini. Dekat dengan orang lain ? siapa ?
"Rehan...
Zia tertawa keras saat suaminya menyebut nama Putra dari sahabat ibunya itu.
"Tapi dari mana kamu kenal Rehan ?" Tanya Zia heran.
"Firma Hukum Ayahnya sudah lama menjalin kerja sama denganku." Jawab Alard.
"Maksud kamu Om Indra ?" Tanya Zia.
Alard menoleh lalu mengangguk.
Sedikit terkejut saat Zia menyebut nama Pengacara kondang itu dengan santai, seakan mereka memang sudah dekat sejak lama. Berbagai dugaan kini berkecamuk dalam benaknya, apakah Zia memang dekat dengan putra dari laki-laki itu. Ah hatinya mulai merasa tidak nyaman.
"Kamu mengenal mereka ?" Tanya Alard. Kini dia sudah menatap sendu pada istrinya, dan sebagai seorang dokter yang sudah hampir satu tahun menemani Alard, Zia tahu jika suaminya ini sedang tidak baik-baik saja.
"Kami sudah seperti keluarga, tante Nina adalah sahabat Ibu sejak dulu. Om Indra dan tante Nina sudah menganggapku seperti putri mereka." Jawab Zia sambil beranjak menuju ranjang tempat suaminya berada.
"Kenapa bisa berfikir aku dekat dengan Rehan ? selama ini bersamamu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya Kecuali hari ini." Tanya Zia lagi. Tubuhnya sudah berada di atas ranjang, masuk ke dalam selimut yang sama, sambil menunggu jawaban dari laki-laki yang masih diam di sampingnya.
"Tadi aku melihat kalian bersama." Gumam Alard namun masih bisa di dengar dengan jelas oleh Zia.
Sejenak tangan Zia terhenti lalu menatap ke arah suaminya. Dia tersenyum lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, selimut putih bersih itu sudah menutup tubuhnya sebatas pinggang.
"Dimana ?" Tanya Zia.
"Di Rumah Sakit." Jawab Alard bohong.
"Saat kamu menelfon dan bertanya aku di mana ?" Tanya Zia.
Alard mengangguk
"Kenapa ?" Tanya Zia.
"Maksudnya ?" Alard balik bertanya. Tatapannya menoleh pada Zia yang bergeming di sampingnya.
"Kamu mencurigaiku ?" Tanya Zia.
"Bukan begitu...
"Lalu kenapa tidak turun dari mobilmu dan menyapa kami." Sela Zia cepat. Sedikit kesal, namun dia berusaha untuk tetap tenang.
"Maafkan aku." Lirih Alard.
"Jangan melakukannya lagi, aku tidak suka dengan seseorang yang tanpa tahu kejelasan dan sudah berspekulasi sendiri." Tegas Zia. "Kamu tahu Alard, sebagaian besar masalah datang bukan karena kita memang benar-benar melakukan kesalahan, namun terkadang masalah basar yang menimpa hanya karena sebuah kesalah fahaman. Dan aku tidak ingin itu terjadi pada kita berdua." Sambungnya.
"Maafkan aku." Ucap Alard lagi. Sungguh dia merasa bersalah.
Zia menoleh, menatap lembut pada suaminya. Senyum manis kembali terlihat di wajah cantiknya. Sedikit tidak nyaman saat Alard mencurigainya, namun tidak bisa dia pungkiri, hatinya ikut merasa senang. Itu berarti Alard mulai menganggap dirinya penting.
"Jangan lakukan lagi, terkadang yang terlihat belum tentu benar." Ucap Zia.
"Sungguh maafkan aku dengan sikap ku hari ini. Aku menyesalinya karena sudah menuduhmu berbohong tentang makan siang bersama Zidan." Ucap Alard pelan.
"Bukan masalah besar, namun cukup hari ini saja. Sebuah hubungan tidak hanya memerlukan cinta yang menggebu, tapi juga kepercayaan." Ujar Zia. Tubuhnya sudah terbaring di ranjang mewah yang sudah hampir satu tahun ini menemani malamnya.
Mata indah itu perlahan tertutup, hingga satu buah kecupan kembali mendarat di dahinya serta ucapan maaf yang sudah dia tahu siapa pelakunya.
"Selamat malam, semoga mimpi indah" Ucap Zia sambil tersenyum namun dengan mata yang masih tertutup rapat dan pipi yang merona. Menikmati hembusan nafas Alard yang terasa menerpa wajahnya. Dia membiarkan saja apa yang ingin di lakukan suaminya itu.
"Kamu juga." Jawab Alard pelan sambil menatap lekat wajah cantik yang ada di hadapannya. Jemarinya kini berani menyentuh wajah itu dengan lembut, padahal dia tahu Zia belum terlelap.
Zia tersenyum saat merasa ada yang menyentuh wajahnya, hatinya menghangat. Beberapa bulan ini yang selalu dia rasakan di dalam mimpi indahnya menjadi nyata. Tangan laki-laki yang menjadi raja ke dua di hatinya, kini sedang menyentuh wajahnya lembut.
Sentuhan lembut di wajahnya masih terasa hingga terbawa ke dalam mimpi panjangnya di iringi kata yang masih terus dia nantikan untuk di utarakan oleh suaminya.
"Cinta kamu juga." Balas Zia dalam mimpi indahnya.
*****
Alard masih diam, menikmati kulit halus Zia yang tersentuh oleh jemarinya. Ungkapan hati yang terpendam jauh di lubuk hatinya kembali dia utarakan saat memastikan istrinya sudah terlelap di sertai dengan dengkuran halus yang terdengar.
Entah berapa lama waktu yang dia habiskan untuk menikmasti pahatan indah di hadapannya. Menatap wajah Zia dari dekat seperti ini saat istrinya itu sudah terlelap manjadi kebiasaan yang menyenangkan. Melihat wajah tenang sang istri seperti ini se akan sudah menjadi candu yang tidak bisa dia lewatkan begitu saja. di setiap malamnya.
Entah sejak kapan dia menggilai wanita yang sudah menjadi istrinya ini hingga sampai seperti ini. Bersama Karen dulu, dia tidak pernah seposesif seperti yang dia lakukan hari ini. Ketakutan di tinggalkan Zia membuatnya kesal.
Setelah berlama-lama menikmati wajah istrinya yang sedang terlelap, Alard bangkit lalu duduk bersandar di kepala ranjang mewah miliknya. Tab yang ada di atas nakas di samping ranjang di raihnya, matanya mulai fokus menerima laporan perkembangan renovasi rumah yang sudah beberapa bulan ini di lakukan. Semuanya sudah rampung, tersisa dekorasinya saja.
Beberapa hari lagi, bersabar untuk beberapa hari lagi bukanlah masalah. Benda pipih dengan lebar berapa inci itu kembali dia letakkan di atas nakas lalu kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Senyum hangat kembali terpatri di bibirnya, rencananya akan berjalan dengan lancar sesuai yang dia inginkan.
"Tunggu sebentar lagi, aku pun tidak sabar untuk memulai hidup baru bersamamu." Ucap Alard sambil mengusap pipi istrinya. Anak rambut yang sedikit menyembul di wajah Zia, dia rapikan dengan sangat hati-hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Saonah Onah Nona
cemburu tanda cinta
2022-05-30
0
Mbah Edhok
Hati ...
2022-04-22
0
Lasmi Kasman
Alard knp cepat ungkap kan
2021-10-31
0