Bab 3

Mobil yang di kendarai Zia kini berhenti di sisi jalanan, kedua kakak beradik itu bernafas lega karena bisa selamat dari maut yang baru saja menyapa mereka malam ini.

Zia menatap nanar ke arah mobil yang hampir saja bertabrakan dengan mobilnya berlalu dari sana.

Fikirannya kacau, memilih mengeluarkan adiknya dari sana, itu berarti dia sudah menyetujui permintaan dari pemilik rumah sakit tempat dia bekerja. Dan semakin membuatnya takut, dia belum membicarakan apapun tentang masalah ini pada Ayah dan Ibunya.

"Ada apa ka ?" Tanya Zidan heran. Selama mereka hidup bersama, dia belum pernah mendapati kaka perempuanya terlihat tidak konsentrasi seperti ini. Wanita terbaik setelah sang Ibu ini selalu berhati-hati dalam hal apapun, dan baru saja mereka hampir kecelekaan karena sang kaka yang tidak berkonsentrasi dalam mengemudi.

"Zidan, kaka akan menikah." Ucap Zia seketika membuat mata Zidan terbelalak. Bagaimana bisa menikah, sedangkan wanita yang kini sedang duduk di sampingnya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil dan menutup mata ini baru saja menolak lamaran dari laki-laki sebaik Rehan dalam semalam.

"Menikah sama kak Rehan ?" Tanya Zidan sambil menatap lekat ke arah Zia. Tidak ada laki-laki lain yang dia tahu pernah berteman ataupun dekat dengan kakanya ini selain seorang pengacara yang merupakan putra dari sahabat ibunya itu.

Zia menggeleng.

"Putra dari laki-laki tua yang membantumu tadi." Jawab Zia pelan.

"Apa kaka menyukainya ?" Tanya Zidan kini sudah mengalihkan tatapannya dari sang kaka munuju mobil yang kini terparkir di depan mobil mereka. Hatinya mulai merasa tidak enak, dia sangat tahu cara kerja para pebisnis, mereka akan melakukan apa saja untuk bisa mendapat target mereka dengan mudah, dan dia semakin merasa khawatir jika orang-orang tadi sengaja menjebaknya untuk mendapatkan sang kaka.

"Kaka belum pernah melihatnya." Jawab Zia membuat Zidan segera mengalihkan tatapannya dari mobil yang terparkir tepat di hadapan mobil mereka ke arah kaka perempuannya yang masih menutup matanya.

"Bagaimana bisa kaka menyetujui menikah padahal belum melihat orang itu sama sekali." Ujar Zidan frustasi. "Jangan terlalu memikirkan perkataan orang tentang usia kaka. Lebih baik menua sendirian dari pada menua bersama dengan laki-kaki yang salah. Juga jika hanya karena agar aku terbebas dari sana, aku bisa mencari jalan keluar lain tanpa harus menyerahkan kaka pada mereka." Sambungnya.

Zia membuka matanya lalu menatap Zidan yang juga masih menatap lekat ke arahnya. Bayi laki-laki yang di bawa sang ibu dari Bandung sudah sebesar ini dan begitu menyayanginya. Putra dari wanita yang pernah melukai ibunya dulu kini sangat berarti dalam kehidupan keluarganya.

"Jangan khawatir, entah mengapa kali ini kaka tidak ragu untuk menyetujui permintaan laki-laki tua itu. Rasa ragu saat ingin mengatakan iya pada lamaran Rehan, kini tidak lagi kaka rasakan." Jawab Zia masih menatap lekat pada adiknya. "Kita pulang sekarang, jika ibu bertanya katakan saja semuanya hanya salah faham. Jangan membahas apapun tentang pernikahan kaka ini." Sambung Zia lalu kembali melajukan mobil di jalanan Jakarta menuju kediaman mereka.

"Lalu bagaimana kaka akan memberitahu Ayah soal ini ?" Tanya Zidan.

"Laki-laki tua itu berjanji akan datang langsung ke rumah untuk melamar sebagaimana mestinya." Jawab Zia masih terus mengendarai mobilnya dengan hati-hati.

Lampu-lampu jalan ibu kota sudah terlihat di sepanjang jalan yang mereka lewati. Tidak ada lagi pembahasan soal apapun, Zidan kembali terdiam dengan fikirannya sendiri. Hatinya merasa tidak rela jika harus membiarkan sang kaka untuk masuk dalam kehidupan dunia bisnis seperti ini, namun semuanya sudah di luar kendalinya.

Berbeda dengan Zia yang terus berusaha mengumpulkan semua keyakinan di dadanya untuk menerima dan menjalani ini. Menguatkan hatinya, mungkin saja ini adalah jawaban dari do'a-do'a di setiap sujudnya.

***

"Apa semua baik-baik saja nak ?" Tanya Anisa saat melihat dua anaknya memasuki ruangan keluarga tempat dia berada.

"Jangan terlalu khawatir bu, kami sudah dewasa." Ucap Zia menenangkan sang ibu yang terlihat cemas sambil mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

Zidanpun meraih tangan wanita yang sudah merawatnya dengan penuh kasih, lalu mencium punggung tangan itu sama seperti yang di lakukan Zia.

Langkah dua bersaudara itu berjalan menuju ruang kerja di mana sang Ayah berada. Laki-laki paruh baya itu pasti sangat mengkhawatirkan mereka saat ini.

"Yah.." Panggil Zia lalu masuk ke dalam ruang kerja yang terlihat berantakan. Berkas-berkas sudah berserakan di atas lantai karena penyidik yang menggeledah ruangan ini tadi.

"Apa semua baik-baik saja nak ?" Tanya Dimas khawatir pada Zia sambil beranjak dari kursi di belakang meja kerjanya lalu mendekati putrinya.

"Semua baik-baik saja Yah, mereka hanya salah faham saja." Jawab Zia dengan dada yang berdebar. Selama 29 tahun hidupnya baru kali ini dia membohongi sang ayah untuk ukuran masalah se besar ini.

"Jangan bohong nak, ini bukan lagi masalah saat kamu berbohong soal memakan permen yang bisa merusak gigimu." Ucap Dimas pelan lalu membalik tubuhnya menuju kursi sofa yang ada di dalam ruangan. Dia sangat tahu jika putrinya sedang menyembunyikan sesuatu. Gadis kecilnya ini sama sekali tidak pintar dalam berbohong.

"Ayah, semuanya sudah baik-baik saja. Jadi menurut Zia tidak ada lagi yang perlu di permasalahkan. Zidan sudah baik-baik saja, dia bisa kembali mengelolah perusahaan itu sebagaiman biasanya."Bujuk Zia pada sang Ayah. Yah dia memang tidak pintar untuk satu hal ini, menyembunyikan sesuatu dari sang ayah seperti hari ini sama sekali belum pernah dia lakukan sepanjang usianya.

Dimas memilih untuk mengerti apa yang sedang di fikirkan putrinya. Meskipun hatinya terasa menganjal, namun dia akan menunggu sampai putrinya ini bercerita padanya dengan sendirinya.

Zidan dan sang ibu yang masih berdiri di depan pintu ikut masuk ke adalam ruangan.

Anisa mulai memunguti satu per satu berkas yang sudah berserakan di atas lantai, lalu kembali merapikannya di atas meja kerja.

Zidan sudah mendekat ke arah sang kaka dan berdiri diam di samping wanita yang selalu menjadi penyelamatnya ini.

"Sini." Tepuk Dimas pada dua sisi sofa yang kosong di sampingnya. Dan dua buah hatinya yang kini sudah dewasa berjalan dengan patuh lalu duduk di sampingnya. "Ayah tahu kalian sudah dewas untuk memutuskan apa yang terbaik, namun alangkah baiknya untuk membicarakan lebih dulu pada Ibu dan Ayah." Ucap Dimas pelan.

Beberapa saat Zia terdiam, lalu kembali memberanikan dirinya untuk mengambil berkas yamg di berikan oleh pemilik rumah sakit dari dalam tasnya, lalu menyerahkan amplop besar berwarna cokelat itu pada ayahnya.

Dimas masih terlihat tenang sambil membaca setiap poin yang ada di sana. Masalah perusahaan yang wajar, tidak ada bisnis gelap yang di lakukan putranya.

"Zidan tidak bersalah dalam hal ini, semua bisnis yang dia jalankan sama seperti yang Ayah jalankan dulu." Ujar Zia. "Hanya saja, kerugian akan menimpa perusahaan jika tuntutan klien ini terus berlanjut." Sambungnya.

"Untuk itu Zia memilih untuk menerima tawaran dari pimpinan rumah sakit yang bersedia membantu Zidan, namun dengan syarat harus bersedia menikah dengan putranya." Ucap Zia pelan.

Dimas terkejut begitu pun dengn Anisa, keduanya kini menatap lekat ke arah putri mereka, memastikan jika kalimat yang baru saja mereka dengar ini tidak salah.

"Zia sudah menyetujuinya." Ucapnya membuat dua orang paruh baya yang ada di dalam ruangan semakin terkejut.

Terpopuler

Comments

amalia gati subagio

amalia gati subagio

😱jalan jodoh zia dipandu anak jalang kesayangan ayahnya yg menjandakan ibunya 😓 he he he warbinasachhh bocah terbuang diasuh nyokap zia yg dizalimi si pembual pezinah insaf yg kecewa dgn goyangan ranjang jalang absurd melecehkan nilai kemanusiaan berakhir dengan kelahiran zia akibat malam kelam menolak ibadah halal 😪

2022-08-30

0

Mbah Edhok

Mbah Edhok

pengorbanan ... demi keluarga yang dicintainya ... harus begitu ?!

2022-04-21

0

Dasih Sunarti

Dasih Sunarti

ampe bab ini di baca,, aku nangkap anak kansung dimas dan anisa cuma zia ya.. gak ada penambahan gitu

2022-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!