Bab 16

***Selamat membaca ***

Alard keluar dari dalam mobil saat sekertarisnya sudah berhenti di depan kantor. Beberapa petinggi perusahaan menunduk hormat saat Alard di ikuti Gerin memasuki lobi perusahaan miliknya.

Ini pertama kali sejak kecelakaan dia kembali melangkahkan kakinya ke dalam perusahaan dan mulai mengelola kembali setelah beberapa tahun ini hanya dia percayakan pada asisten sekaligus sekertarisnya yang terus melangkah di belakangnya ini.

"Selamat datang kembali pak." Ucap seorang petinggi prusahaan menyambut kedatangan Alard kembali. Alard mengangguk menlmbalas sapaan dari laki-laki tua yang kini datang menyambutnya.

Ruang rapat begitu hening saat Alard masuk di ikuti oleh beberapa petinggi perusahaan dan juga sekertaris pribadinya. Hari ini Alard mulai melakukan rutinitasnya seperti dulu. Mengadakan rapat di pagi hari untuk menerima laporan dari masing-masing bidang. Beberapa penanggung jawab dari berbagai divisi sudah berada di dalam ruang rapat itu, siap dengan laporan mereka masing-masing.

Semua berjalan sebagaimana biasanya, sekertaris sekaligus asistennya ini memang sangat bisa di andalkan.

Usai mengucapkan kata terimakasih untuk karayawannya karena sudah bekerja keras tanpa dirinya, Alard keluar dari ruang rapat menuju ruangannya.

Gerin ikut masuk kedalam ruang kerja atasannya untuk menata meja kerja atasannya itu. Satu pigura kecil yang ada di atas meja kaca itu di ganti dengan foto yang sudah dia siapkan atas perintah Alard.

"Buang saja Gerin." Perintah Alard saat melihat sekertarisnya itu memasukkan kembali pigur kecil yang dia keluarkan dari atas meja ke dalam laci meja kerjanya.

Gerin mengangguk mengerti, lalu meminta izin keluar dari ruangan itu bersama pigura kecil untukndia buang di tempat sampah yang ada di depan ruangan Alard.

Alard mendudukan tubuhnya di kursi kebesarannya yang sudah beberapa tahun ini tidak dia gunakan. Senyum hangat terlihat di wajahnya saat melihat foto wanita yang terbalut kebaya putih, juga hijab putih di hiasi dengan untaian melati itu. Tangannya terulur mengusap lembut bagian wajah yang terlihat sangat cantik dengan balutan hijab itu.

"Kamu akan menjadi penyemangatku mulai sekarang." Ucap Alard pada pigura kecil yang terisi foto Zia saat pernikahan mereka. lalu mulai mengalihkan fokusnya pada tumpukan dokumen yang ada di meja kerjanya.

Satu demi satu berkas dia periksa lalu membubuhkan tanda tangannya dengan hati-hati.

"Permisi pak, ada yang tamu yang ingin berkunjung." Izin Gerin.

"Siapa Gerin ?" Tanya Alard namun masih fokus pada tumpukan berkas di hadapannya. Dia ingin segera menyelesaikan tumpukan dokumen ini, namun kini sudah ada yang datang bertamu, padahal ini baru hari pertama dia mulai bekerja kembali.

"Aku Alard." Ucap seorang wanita yang kini sudah berdiri di pintu ruangannya yang terbuka.

Alard mengalihkan tatapannya dari tumpukan dokumen yang ada di atas meja kerjanya menuju wanita yang masih dia hafal suaranya.

Alard menatap wanita yang kini berdiri di depan pintu ruangan. Alisnya bertaut, sedikit terkejut namun juga tidak suka. Dia berharap untuk tidak lagi bertemu dengan masa lalunya ini saat dia memutuskan untuk memulai masa depannya bersama Zia.

"Ada perlu apa ?" Tanya Alard. Laki-laki itu masih duduk di kursi kebesarannya dan tidak berniat untuk beranjak dari sana.

Karen tersenyum miris kala mendapati ekspersi tidak suka dari wajah Alard saat melihatnya.

"Boleh aku masuk ?" Tanya Karen.

"Masuklah." Jawab Alard. "Jangan di tutup pintunya Gerin, dan kamu juga masuk." Perintah Alard.

Gerin yang hendak menutup pintu saat wanita yang dia tahu dekat dengan bosnya dulu sudah masuk, kembali mengurunglan niatnya lalu ikut masuk ke dalam ruangan dan memilih untuk duduk di sofa yang ada di dalam ruangan luas itu. Diapun banyak pekerjaan, beberapa laporan yang di kirim dari beberapa cabang harus segera dia periksa, dan kini dia mulai fokus mengusap layar tab yang ada di tangannya tanpa berminat untuk menyimak apa yang menjadi pembicaraan atasannya dengan mantan kekasih ini.

"Aku sudah menikah, dan aku tidak ingin berdua dengan wanita lain di dalam ruanganku." Ucap Alard saat melihat tatapan heran dari wanita yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Tapi ada hal penting yang ingin aku katakan padamu Alard." Ucap Karen.

"Katakan saja." Balas Alard santai lalu kembali mengalihkan tatapannya pada tumpukan dokumen yang ada di meja kerjanya.

"Tapi..

"Gerin sudah seperti diriku sendiri Karen, jika itu menyangkut aku dia pasti juga akan mengetahuinya. Jadi kamu tidak perlu merahasiakan apapun jika itu menyangkut aku, toh Gerin juga pasti akan mengetahuinya nanti."Ujar Alard.

Karen menatap sendu ke arah Alard, lalu menatap satu buah foto yang ada di atas meja. Ah Alard benar-benar sudah menggantikan posisinya dengan orang lain.

"Apakah dia gadis yang baik ?" Tanya Karen pelan sambil menatap satu pigura kecil yang ada di atas meja kerja Alard. Dulu foto dirinya yang ada di sana, namun kini sudah tergantikan.

"Siapa ?" Tanya Alard singkat.

"Gadis yang ada di dalam foto itu." Ucap Karen.

"Iya, dia gadis yang sangat baik." Jawab Alard santai. "Langsung saja Karen, aku masih banyak pekerjaan." Sambungnya.

"Apa kamu bahagia ?"

"Bukan urusan kamu untuk tahu hal itu Karen, cepat katakan apa yang ingin kamu katakan." Ucap Alard kesal. Kini dia sudah menatap datar ke arah mantan kekasihnya yang entah ada urusan apa tiba-tiba saja datang berkunjung ke kantornya ini.

Karen terkejut mendengar suara Alard yang terdengar kesal padanya. Ini pertama kalinya laki-laki ini berbicara se ketus ini padanya. Bahkan saat dia meminta menyudahi hubungan mereka dulu, Alard tidak membentaknya seperti ini.

"Romi selingkuh, sahabatmu itu punya wanita lain." Ucap Karen pelan.

Alard melihat ke arah Gerin yang sedang duduk di sofa di dalam ruangannya sambil mengusap layar tab tanpa berminat menyimak pembicaraan mereka. Kini tatapanya sudah kembali pada Karen yang masih berdiri di depan meja kerjanya.

"Apapun yang terjadi dengan kalian bukan lagi urusanku." Ucap Alard datar.

"Dia sering memukulku Alard." Ucap Karen

"Maka laporkan ke pihak berwajib bukan padaku." Sela Alard cepat.

"Kenapa kamu begitu cepat berubah ?" Lirih Karen bersamaan dengan tetesan air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Kita tidak lagi punya hubungan untuk saling mencampuri urusan masing-masing Karen. Kamu memilih untuk menikah dengannya, dan akupun sudah menikah sekarang." Ucap Alard pelan. Dia sedikit iba mendengar kalimat yang entah benar atau tidak dari Karen, namun mereka tidak lagi bisa untuk saling mencampuri urusan sekarang.

"Setidaknya sebagai seorang teman ku mohon bantu aku." Ucap Karen memohon.

Alard menggeleng tegas.

"Kamu sangat mengenalku sejak dulu Karen, dan kamu tahu aku tidak akan mau melakukannya." Ucap Alard tegas. Meskipun terselip rasa kasihan pada mantan kekasihnya ini, dia sama sekali tidak ingin membuat masalah yang tidak penting dan akan mengagalkan rencana masa depannya bersama Zia.

"Aku tahu, baiklah aku pamit pulang. Maaf mengganggu pekerjaanmu." Ucap Karen. "Romi yang memberitahu padaku jika kamu sudah sembuh dan mulai kerja, aku turut bahagia atas pernikahanmu Alard. Sungguh aku tidak berniat untuk mengganggu kehidupanmu yang sekarang, namun aku tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan padamu." Sambungnya.

"Gerin berikan nomor Adnan padanya." Perintah Alard pada sekertarisnya lalu kembali mengalihkan tatapannya pada tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya. Suara Gerin yang mempersilahkan Karen untuk keluar dari dalam ruangannya pun tidak lagi dia perdulikan.

Setelah pintu ruangan itu kembali tertutup rapat, Alard menarik nafasnya pelan lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kebesarannya. Sebenarnya terbesit rasa iba di dalam hatinya saat melihat keadaan Karen tadi, namun dia harus mempertegas, semua tentang mereka tidak lagi tersisa dalam hidupnya. Dan Karen lah yang lebih dulu memilih mengakhiri segalanya.

Alard melihat jam mahal yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata sudah begitu banyak waktu yang terlewat. Pekerjaan yang harus segera dia selesaikan masih menumpuk, dan sebentar lagi dia harus ke Rumah Sakit untuk konsultasi dengan Dokter Kandungan yang di rekomendasikan sang Papa pagi ini.

Terpopuler

Comments

Yunior

Yunior

waktu cacat nggak mau, setelah sehat mengemis - ngemis

2023-12-31

1

Saonah Onah Nona

Saonah Onah Nona

lanjut thor, tapi tlng jangan ada konflik di pernikahan Zia dan suaminya

2022-05-30

0

ixora sllu

ixora sllu

jangan goyah dengan pendirian mu Alard,,, meskipun kasihan kamu harus punya batasannya,,, ibarat kata sedia payung sebelum hujan

2022-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!