Sachio terburu buru menuju rumah Sarinah. Langkah kakinya dipercepat, matanya tak lepas dari trotor pijakan kakinya. Gerimis kecil rintik rintik berjatuhan membasahi jalanan yang dilangkahi.
singkat,
Sachio sudah berdiri didepan rumah kontrakan kecil, tangan kanan terangkat tok tok tok pintu rumah Sarina di gendor,
"siapa?" terdengar dari dalam suara penyejuk hatinya.
"Sachio!"
tak tampak Siapa siapa saat pintu terbuka. Sachio mendorong pintu perlahan dengan langkah tak bersuara. Dibalik pintu berdiri seorang gadis jelita dengan senyum tipis menerangi mata hatinya.
"pagi sayang..." suaranya pelan tertanam cinta yang dalam.
"pagi...?" balasan sapaan mata yang berbinar binar.
"mama mana?" tatap Sachio pada mata indah kekasihnya
"dikamarnya!" balasan tatapan mata Sarinah tak mau kalah.
Hanya sehari tak bertemu rasanya seperti seribu tahun terlewati. Semalam Dua duanya tak memejamkan mata, sampai pagi saling melontarkan pujian rindu lewat hand phonenya. Pagi ini bertemu mereka seperti terbebas dari belenggu rantai kerinduan.
perlahan tapi pasti tangan Sachio membelai wajah cantik didepannya. Mata Sarinah terpejam menunggu sentuhan manis bibir Sachio. Yang dinanti tiba, bibir Sachio menyentuh bibi tipis menggairahkan milik Sarinah. mereka tenggelam hanyut terbawa kerinduan yang semalan terpisah jarak.
Sachio melepaskan menarik bibirnya. ******* napas Sarinah masih terdengar, bibir indah didepan Sachio masih terbuka belum puas. Tangan Sarinah tak mau melepaskan pelukannya. akhirnya Sachiopun kembali mengulum bibir Sarinah.
Kali ini Sarinah melepaskan pelukannya dengan sinar mata binar yang puas. Sachiopun melepaskan senyum yang sangat sulit terlupakan.
"mama..." tunjuk Sarinah kearah kamar mamanya. Sachio merangkul Sarinah melangkah bergeser menuju depan kamar bu Zaripah mamanya Sarinah.
"mama..." panggil Sachio dengan lembut dan terdengar sopan.
"Sachio...masuklah!" Zaripah sudah mengenal suara Sachio.
Sarinah membuka pintu kamar mamanya. Mereka berdua masuk kedalam bilik Zaripah.
"ma...mama kenapa?" langsung Sachio duduk jongkok menghadap Zaripah yang terbaring.
"mama tak apa apa mama hanya kangen Dolangga!" ucap Zaripah sedih. matanya menatap langit langit rumahnya, raut wajah kesedihan seorang ibu yang jauh dengan anaknya.
"Dulu aku kehilangan si sulung Givano, saat berusia empat tahun. Sekarang aku kehilangan si bungsu, saat usia enam tahun." air mata Zaripah menetes kehilangan anak anaknya.
"apa! jadi Sarinah punya kakak laki laki namanya Givano?" terkejut Sachio mendengar cerita Zaripah.
"iya, sekarang sedang dicari oleh bapaknya dijakarta!"
mata Sachio melebar lebih terkejut lagi. karena bapak seorang wanita yang sangat dicintai ini ternyata juga masih ada.
"ma...aku orang jakarta! Bukannya aku sombong ma, rumah kontrakku banyak di jakarta. Jadi mama boleh pilih satu kontrakan kosong yang belum disewa."
"bukannya aku menolak Sachio, aku tak enak saja kepada orang tuamu!" jawab Zaripah.
"ma...! Itu kontrakan miliku sendiri, bukan milik orang tuaku!" tegas Sachio berharap tidak berpikiran yang memberatkan dirinya.
Sachio melakukan segala usaha dengan gigih agar Zaripah ibunya Sarinah bersedia difasilitasi dalam mencari keluarganya.
Termasuk membayar orang, tanpa sepengetahuan Sarinah dan ibunya menjaga kontrakannya. Sebagai jaga jaga apabila Dolangga kembali kerumahnya.
Sementara kita menunggu usahanya Sachio dalam usahanya membujuk Zaripah kita menuju Dolangga yang disuruh bersemedi.
Semenjak usai sarapan Wie lan kakek tua ini. Langsung menyuruh Dolangga bersemedi, untuk mengosongkan pikiranya sebagai dasar latihan pertamanya.
Sehingga ketika kakek yang kelihatan sedikit kurang waras ini, begitu mulai mengajarkan untuk mengingat sesuatu kepalanya. Dengan cepat dapat menangkap dan menguasainya, dan sekalian tidak lupa selama lamanya dalam arti ingatannya sangat kuat.
Beberapa kali Dolangga membuka mata dengan perlahan, melirik kearah Wie yang tertidur nyenyak. Begitu pula dia menerima lemparan potongan kayu kecil hampir mengenai matanya.
busyeeet, ini kakek tua tertidur atau bermimpi melempar aku. Pikir Dolangga dalam hati.
Akhirnya Dolangga mencoba untuk bertahan duduk, mengosongkan pikirannya. Sesuai arahan gurunya, serta sumpah janji setia yang sudah diikrarkan. Juga keinginannya kuat untuk bisa kungfu membuat dia bertahan.
Didalam semedinya terbayang bagaimana kakaknya hampir saja diperlakukan tidak senonoh oleh dua preman. Dan hampir mati dicekik oleh seorang wanita yang menuduhnya perebut laki orang.
wie lan tersentak kaget ketika mendengar Dolangga berteriak. Kali Wie lan yang dibikin jengkel oleh Dolangga. Begitu diselidiki, ternyata Dolangga masih dalam semedinya. Dan wie lan tahu mana yang betul betul semedi dan mana yang pura pura.
Sampai keesokan harinya Dolangga sibocah kecil ternyata masih duduk dalam semedinya. kakek wie lan gelengkan kepala kagum.
hebaaat.
"Dolangga kamu boleh buka matamu dan akhiri semedimu sekarang!" perintah wie lan dengan lantang dan keras sehingga suaranya menggema memecahkan telinga yang akhirnya Dolangga terbangun dari semedinya.
"Kakek membangunkan aku?" tanya Dolangga masih dengan mata terpejam. wajahnya tampak pucat, matanya dibuka dengan perlahan.
Tidak beberapa lama, Dolangga ambruk tak sadarkan diri. Wie lan segera menyambarnya dan memasukkannya kedalam gubuk bambu. Segera tubuh Dolangga diolesi ramuan obat obatan yang terbuat dari campuran tumbuh tumbuhan pilihan.
Sementara kita menunggu Dolangga sadar dari pingsannya. Mari kita lihat Sachio berjalan kaki menuju kediamanya bersama Sarinah dan ibunya Zaripah.
Hari ini dipagi yang cerah didepan rumah mbok Tirah tetangga Zaripah yang rumahnya percis ditepi jalan raya menyapa Sachio dan dua perempuan yang tak lain Zaripah dan putrinya Siburuk rupa (Sarinah).
"pak jemput sarinah ya...!"
"ya, bu?" jawab Sachio dengan sopan.
"kenapa tidak sekalian dengan ibunya disuruh kerja di rumah bapak!" kata mbok Tirah.
"o, jadi Sarinah kerja dirumah bapak!" tanya temannya mbok Tirah. yang kebetulan sedang bincang bincang bersama mbok Tirah ketika mereka lewat.
"betul bu...!" jawab Sachio kembali meladeni mbok Tirah dan temannya.
"Bapak tidak jijik ya!" tanya teman mbok tirah lagi.
"kenapa harus jijik mbok dia kan manusia juga seperti kita!" jawab Sachio sambil merangkul Sarinah. Sarinah tampak malu malu dirangkul didepan orang.
"iiii....pak!" tegur temam mbok tirah merinding.
Sachio melanjutkan perjalanannya kerumah Sachio yang letaknya hanya diseberang jalan. mereka bertiga masuk kerumahnya Sachio dan tidak beberapa lama kemudian keluar lagi dengan gadis anggun yang setiap mata pasti berdecak kagum.
Dari seberang jalan mbok Tirah menyapa Sachio lagi.
"pak! Sarinahnya kenapa tidak diajak? Kasihan ditinggal sendirian. Kenapa pacar dan ibu Zaripah saja yang diajak!" tanya mbok Tirah.
"Tidak apa apa mbok didalam banyak kerjaan!" jawab Sachio tersenyum.
"iya pak! tidak usah dibawa nanti orang pada jijik!" seru teman mbok Tirah.
"pacarnya mas itu benar benar cantik ya?" ucap mbok Tirah pada temannya.
"iya ya beruntung si mas itu punya pacar cantik!" jawab temannya mbok Tirah
"Dua duanya serasi cocok!" timbal mbok Tirah lagi.
Hari ini Sachio mengajak bu Zaripah dan Sarinah liburan mengunjungi beberapa tempat wisata di Surabaya untuk menghilangkan kesedihan Zaripah yang ditinggal Dolangga putra bungsunya.
💜💜💜💜💜
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
selfi
semangat kak💓
2021-12-04
0
lina
psti kngn g ketemu
2021-11-21
0
tamii
halo thor.. aku mampir nih di cerita kakak
udah ku kasi boom like juga
mampir juga yuk keceritaku "ISTRI KONTRAK PRESDIR MUDA"
2021-10-16
2