Gita berlari cepat menuju gerbang, dia sudah sangat terlambat pagi ini. Raka sudah berangkat lebih dulu karena harus menjemput pacarnya. Dan sialnya lagi tidak ada yang bisa mengantarnya ke sekolah. Dan mau tak mau harus naik angkot.
"Yah...yah... gerbangnya udah di tutup. Gita melihat-lihat ke dalam siapa tahu ketemu Raka atau csnya yang lain dan membantunya masuk.
"Aha!" Gita mengingat jika ada pintu belakang yang sering tidak di tutup. Dan itu jalur aman untuk masuk saat terlambat.
"Ah! kenapa gue sial banget sih hari ini." Gerutu Gita melihat gerbang belakang juga di kunci. Mau tidak mau Gita harus melompati pagar. Gita melemparkan tasnya, lalu dia memanjat perlahan.
Buugh! suara tumpuan kaki Gita saat menginjak lantai. Gita membersihkan kedua telapak tangannya. Dia mengambil tasnya lalu berjalan mengendap-endap agar bisa masuk dalam barisan upacara.
"Aman nih kayaknya." ujar Gita pelan.
"Ehem." Seseorang berdehem di belakang Gita. Gita mengangkat kedua tangannya lalu berbalik ke belakang.
"Lo telat kan." Kata Gilang dengan senyum yang penuh dengan arti.
Gita mendengus lalu menurunkan kedua tangannya, "Elo, ngapain disini." kata Gina jutek.
"Gue patroli, buat menghukum orang yang nggak ikut ucapara dengan berbagai alasan seperti lo."
"Gue mau ikut upacara, cuman sekarang telat aja." Gita tidak mau di salakan.
"Oh gitu, banyak alasa ya. Kalau lo emang mau ikut upacara harusnya lo datang lebih awal dong." ceramah Gilang.
"Brisik." Gita mengabaikan omongan Gilang dan pergi begitu saja.
"Eh..mqu kemana?" Gilang menarik tas yang masih nemplek di punggung Gina.
"Lo budek apa gimana sih, gue mau kelapangan upacara." Gita kesal dia menepis tangan Gilang keras sampai tangan Gilang terlepas dari tasnya. Gilang menghela napas panjang tak bisa melaporkan Gita juga ke guru bp.
Baru saja berjalan beberapa langkah Gita kembali berlari kebelakang dia jongkok diantara pot-pot bunga yang lumayan tinggi ketika melihat Pak Rudi guru Bp. Gilang tersenyum, sepertinya ini kesempatan emas untuk bisa ngajak jalan Gita.
"Gilang aman!" seru Pak Rudi. Gilang tidak langsung menjawab dia melirik kearah Gita. Gita memohon agar dia tidak mengadu kepada Pak Rudi.
"Aman Pak." jawab Gilang dengan sedikit teriak. Gita pun bernapas lega mendengarnya.
"Makasih." Gita berdiri dan siap untuk kelapangan.
"Tunggu dulu, semua ini nggak gratis." Gilang menarik tas Gita lagi sampai dia sejajar dengannya.
"Apa lagi, keburu kelar upacara." Gita kesal.
"Lo harus mau pergi sama gue sepulang sekolah."
"Ogah, pegi aja sono sendiri." jawab Gita cepat. Dia menolak ajakan Gilang.
"Oh, ya udah kalau nggak mau gue tinggal ngomong aja sama Pak Rudi." ancam Gilang.
"Panggil aja gue nggak takut." Gita menjulurkan lidah. Dia sok-sokan nggak nggak takut dengan ancaman Gilang.
"Ok. Pak Rudi!" panggil Gilang dengan sedikit berteriak.
"Gilang..Gilang...jangan. Please." Gita memegang baju Gilang.
"Ok. Lo brati setuju kan pergi sama gue." Gilang tersenyum puas biasa mengerjai Gita dan membuat dia mau diajak pergi.
"Ya." jawab Gita ketus. Dia langsung lari ke kalapangan sebelum upacara benar-benar berakhir dan usahanya sia-sia.
♤♤♤♤♤
Gita membanting tasnya di atas meja, sampai Raka kaget. Gina menatap tajam Raka, dia kesal ingin marah, ingin sekali mengumpat. Ketika tahu alasan dia meninggalkan Gita sendirian naik angkot.
"Kesambet apaan lo Ta, pagi-pagi udah ngamuk." kata Raka enteng tak merasa bersalah sama sekali.
"Ini semua gara-gara lo, gue jadi harus pergi sama orang sinting itu." Gita manyun.
"Loh, salah gue apaan?" Raka masih tidak mengerti dengan tuduhan yang di tujukan kepadanya.
"Salah lo kenapa nggak bilang kalau mau jemput Prisil. Kan gue bisa bangun pagi berangkat siapa gitu." Gita duduk, mulutnya masih manyun saja.
"Iya sorry, Prisil juga dadakan minta di jemputnya."
"Makanya lo buruan punya pacar jadi nggak bergantung sama Raka. Kasian kan dia nggak bisa pacaran. Lo nggak boleh egois gitu." kata Arvian menasehati Gita. Gita melirik ke arah Arvian lalu pergi gitu keluar kelas.
"Mulut lo ya, ngambekkan dia." Raka berlari mengejar Gita.
"Keterlaluan lo kalau ngomong, tersinggung kan Gita." Fara menepuk pundak Arvian keras-keras sampai dia meringis kesakitan.
Gita duduk kursi di bawah pohon rindang di samping lapangan basket. Mulutnya manyun, kakinya di hentak-hentakkan pelan.
"Jadi selama ini gue cuman ngerepotin Raka ya." batin Gita.
"Hai Mbul, ngambek lo." Raka duduk sambil merangkul Gita.
"Ngapain lo kesini, pergi jauh-jauh deh." Gita menurunkan tangan Raka dari pundaknya. Namun Raka merangkulnya lagi.
"Kenapa harus jauh-jauh, enakan juga deketan Gini." Raka melirik sambil tersenyum.
"Udah deh, dari pada gue ngerepotin lo mulu. Lo nggak bisa pacaran, nggak bisa main nggak bisa.."
"Ssstttt. kata siapa gue nggak bisa ngelakuin itu semua." Raka menaruh jari telunjukknya di bibir Gita. "Omongan Arvian jangan di pikirkan, lagian orang sinting di dengerin. Mulutnya emang suka rombeng dia."Kata Raka lagi.
"Iya, Git. Maafin mulut gue yang suka rombeng ini." Arvian jongkok untuk minta maaf sama Gita.
"Maafin lah Git, kasian tuh nanti dia nggak bisa makan. Kurus kering nggak ada yang ngurus." ujar Anita.
"Iya, udah jomblo gak ada teman. Spesies kayak dia kan cuman satu-satunya takutnya punah." celetuk Fara.
"Dasar ya kalian pada nggak punya akhlak, gue ini manusia bukan serangga." Arvian bangkit lalu duduk di sebelah Gita.
Raka, Fara dan Anita tertawa terbahak-bahak mendengar Arvian ngedumel. Gita pun tak kuasa menahan untuk tidak tertawa. Dia pun akhirnya tertawa juga.
"Lo ketawa, berarti lo udah maafin gue kan." Arvian memegang kedua tangan Gita.
"Iya gue maafin." kata Gita. Saking senangnya Arvian hendak memeluk Gita. Gita langsung menempel ke tubuh Raka.
"Eh..eh... lo mau ngapain." Raka mendorong tubuh Arvian.
"Mau peluk." Arvian merenges.
"Mau gue hajar lo." ancam Raka sambil mengangkat kepalan tangan.
"Iya ampun bos."
Dari jarak satu meter Gilang melihat Gita memeluk Raka membuat hatinya terbakar. Dia iri kepada Raka yang mendapat pelukan hangat dari Gita. Sedangakn dirinya ngobrol aja susah. Harus dengan debat dulu baru Gita akan ngoceh.
"Udah deh Lang, lo lupain saja Gita. Dia sudah sama Raka." ujar Bayu.
"Tidak Bay, gue sudah yakin dengan perasaan gue. Kalau dia adalah cewek yang tepat jadi pacar gue."
"Gilang...Gilang, muka ganteng, otak pinter selera awur-awuran." Bayu geleng-geleng kepala.
"Maksud lo selera awur-awuran." Gilang melirik tajam ke arah Arvian.
"Ya lihat saja, badan besar, muka pas-pasan mana makannya banyak pula." ejek Arvian.
"Memang, tapi hatinya tulus." Kata Gilang sambil pergi meninggalkan Arvian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Lina Semen
andai di dunia nyata ada cowok kaya gilang😢ngeliat cewe bukan dari fisik, tpi dari ketulusan hatinya
2024-02-11
1
Lya
*Bayu
2022-07-31
2
ArsenioV
huwwaaaaa raka udah punya pacar, padahal mau dipakai buat manas manasin gilang
2022-03-11
0