Gilang menyeret Bayu agar mau minta maaf kepada Gita, dia nggak mau tahu kalau Bayu masih mau jadi sahabat Gilang dia harus nurut kepadanya. Dan alhasil dengan ngedumel Bayu mengikuti Gilang.
“Buruan samperin” Gilang mendorong Bayu.
“Iya santai aja bisa nggak sih.” Bayu manyun. Dia berjalan mendekati Gita lalu duduk
di samping Gita. Gita yang tadi sedang sibuk mengusap tangannya yang tersiram kuah bakso langsung menarik tangannya ke bawah dan menyembunyikannya.
“Ada apa?” tanya Gita.
“Gue mau minta maaf.” Katanya dengan nada sewot.
“Minta maaf kayak ngajak perang, gue ngak mau maafin lo.” Gita menjulurkan lidah lalu berdiri. Dia hendak pergi namun melihat Gilang langsung menyembunyikan tangannya.
“Bay..”
“Gita gue minta maaf karena omongan gue yang kemarin, seharusnya gue nggak ngomong
seperti itu.” Kata Bayu lebih halus.
“Ok, gue maafin lo. Tapi sekali lagi gue tahu lo merendahkan gue ataupun orang lain
gue nggak akan pernah mau kenal lo.” Kata Gita langsung berlalu.
Gilang berjalan di belakang Gita, dia sejak tadi memperhatikan tangan Gita yang terus
di sembunyikan.
“Fara...Anita, tungguin.” Panggil Gita sambil lari.
“Dari mana aja gue cariin lo juga.” Kata Fara.
“Dari sono, tadi habis ngobrol sama Bayu.”
“Dia bikin ulah lagi?” tanya Fara.
“Nggak, dia minta maaf sama gue.”
“Bagus deh, oiya.. tangan lo udah sembuh belum?” Anita menarik tangan Gita ke atas.
“Lumayan, tapi masih sakit.”
“Kenapa lo nggak minta pertanggung jawaban dari Gilang.”
Gilang berhenti sesaat,lalu berjalan sedikit mendekat mendengar Fara menyebut namanya.
Sepertinya dia tidak melakukan apa-apa selama ini sama Gita.
“Pertanggung jawaban atas apa, suka aneh-aneh deh lo.”
“Iya, ini kan namanya nggak sengaja.” Anita setuju dengan Gita.
“Kemarin aja waktu lo nggak sengaja nabrak Gilang sampai jatuh lo di minta tanggung
jawab sama di maki-maki si Bayu. Sampai lo harus repot-repot cari tukang urut. Giliran dia yang salah diem aja. Kan sama sakitnya lo kena kuah bakso panas.” Cerocos Fara.
“Ya udahlah, dia nggak perlu tahu juga. Gue cari tukang pijat karean lukanya parah.bSedangkan ini kan Cuma luka kecil. Lagian jadi orang itu jangan suka dendam
nggak baik tahu.”
Perkataan Fara membuat Gilang
tercengang, tukang pijit yang dia pikir benar-benar dari kakaknya ternyata dari Gita. Dia tak habis pikir kenapa dia melakukan itu, bahkan dia tidak memaki
saat dia tersakiti olehnya.
Gita duduk di pinggiran lapangan nungguin Raka yang sedang tes masuk team basket sekolah. Meskipun Gilang sudah setuju namun anggota yang lain ingin melihat kemampuan Gilang.
Gilang duduk di samping Gita lalu menarik tangan Gita, dia ingin melihat jelas punggung tangan Gita yang terluka.
“Eh.. kenapa nih?” Gita menarik tangannya namun Gilang memegang erat.
“Ikut gue.” Kata Giang.
“Eh....”
Gilang membawa Gita ke ruang uks, dia memberikan salep tangan Gita.
“Kenapa lo repot-repot sih, orang gue udah obatin ini di rumah.” Ujar Gita.
“Kenapa lo diem saja tangan lo terluka.” Gilang terus mengobati Gita.
“Memangnya wajib gitu gue laporan sama lo kalau tangan gue terluka. Kita kan nggak ada
hubungan apa-apa.” Jawaban Gita menusuk jantung Gilang yang terdalam. Dia kemudian melepaskan tangan Gita dengan kesal.
“Terus kenapa lo repot-repot carikan gue tukang urut.”
“Tuu..kang urut, nggak.” Gita ngeles.
“Udah deh, lo ngaku saja kenapa lo ngirim tukang urut ke rumah gue.” Gilang tidak
sabar mendengar alasan Gita.
“Karena gue merasa bersalah, karena gue buat lo sakit padahal sebentar lagi lomba
basket.”
“Jadi karena itu saja.”
“Iya, memangnya apa?”
“Apa lo nggak bisa sedikit suka sama gue?” tanya Gilang dengan tatapan tajam namun
penuh kesedihan.
“Gue kan sudah bilang sama lo, kalau gu nggak bisa karena gue udah suka sama
seseorang. Jadi maaf, lo tahu kan kalau yang namanya perasaan tidak bisa di
paksakan.”
Gilang mengangguk, “Ok, sepertinya gue emang nggak tahu diri. Terus mengejar lo
sedangkan lo nggak suka sama gue.”
“Maaf, tapi bukan maksud gue.”
“Nggak apa-apa, gue hanya mau tahu siapa orang itu. Apa dia Raka?”
Gita menggeleng cepat, “Bukan, dia tidak ada disini.”
“Bagus lah, bisa-bisa gue bunuh orang itu kalau disini.” Batin Gilang.
"Kita bisa bersahabat kan?" Gita mengulurkan tangannya.
"Tidak ada yang murni persahabatan antara cewek dan cowok, pasti akan ada perasaan yang terselip walaupaun berapa persen doang. Gue nggak mau itu." kata Gilang.
"Lalu apa kita akan menjadi musuh?"
"Tidak juga, cukup jadi oeang asing yang seakan tak saling kenal satu sama lain." Kata Gilang.
"Orang asing, bagaimana kalau teman biasa jangan orang asing. Jadikan gue bisa menegur kalau kita papasan.
"Maka dari jangan pernah kita saling berpapasan."
"Em.. ini kan sekolah, dan kita satu sekolah bagaimana bisa tak saling ketemu."
"Hah!" Gilang mendengus kesal karena Gita menganggap enteng perasaannya.
...◇◇◇◇◇...
Gita menutup wajahnya, dia menjadi gelisah sendiri dengan penolakan terhadap Gilang.
“Ada masalah?” tanya Raka.
“Bukan masalah, tapi rasanya seperti masalah.” Kata Gita masih menutup wajahnya.
“Terus?”
“Tadi gue tolak lagi Gilang,”
“Terus masalahnya sekarang apa?” tanya Raka.
“Nggak tahu Ka, jadi tuh rasanya kok gue sedih gitu. Hati gue hancur gimana gitu?”
Gita bingung menjelaskan perasaannya saat ini.
“Lo udah mulai suka kali sama Gilang.” Raka mengambil tasnya lalu menyeret tangan
Gita aagar berdiri.
“Tentu saja tidak, gue masih suka Devan kok.” Katanya dengan cepat. Dia tidak mungkin
menghianati Devan.
“Devan lagi..Devan lagi..., tahu nggak Devan itu nggak suka sama lo.” Kata Raka seakan
ingin menyadrakan Gita meskipun sedikit mengarang cerita kalau Devan nggak suka
karena memang mereka sudah lost contak bertahun-tahun dan tidak ada kejelasan
yang pasti antara Devan sama Gita.
“Sembarangan, Devan bilang sama gue mau pacaran sama gue kalau dia pulang nanti.”
“Ta.. coba di pikir pakai logika deh. Kalau memang dia suka sama lo pastinya dia akan
terus menghubungi lo, kalian nggak akan lost contak begini. Nggak ada sejarahnaya orang nggak hubungan sekian lama tiba-tiba datang terus pacaran.
Bangun... Ta, ini bukan dunia dongeng. Ini kehidupan yang keraas.”
Gita terdiam, Raka kali ini benar tapi harapannya menekan jika ucapan Raka salah. Dia percaya Devannya itu akan seperti pangeran di negri dongeng.
“Sirik aja lo. Ngomong aja lo iri sama gue karena gue bisa sesetia ini.” Kata Gita sambil jalan duluan.
“Hah! Awas aja nanti kalau lo patahati ngerengek sama gue.” Raka menyusul Gita.
“Nggak akan.” Jawab Gita penuh dengan keyakinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PEGANG OMONGN LO GIT..
2024-02-05
1
ViNo L
contact
2023-04-09
1
Dhina ♑
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
2021-09-10
1