Gita menjatuhkan tubuhnya di kasur sebelah Raka
yang sedang rebahan sambil main game. Raka melirik ke arah Gita yang cengar-cengir sambil melihat ponselnya.
“Kesambet apaan lo Ta, senyum-senyum kayak orang gila?” tanya Raka sambil kembali fokus ke ponselnya.
“Kesambet cogan.” Jawabnya sambil cengengesan.
“Lo udah mulai ada hati sama Gilang.” Kata Raka dengan mata yang fokus ke ponselnya.
“Sembarangan!” Gita menepuk lengan Raka.
“Biasa aja kali nggak usah pakai pukul-pukul segala.” Raka meringis sambil mengelus lengannya yang terasa pedas karena pukulan Gita yang lumayan keras. “Terus cowok ganteng mana yang bikin lo gila?”
“Devan. Ya ampun makin dewasa makin ganteng banget sih lo.” Gita memuji Devan sambil
terus scroll layar ponselnya.
“Tunggu, Devan siapa nih?” Raka berhenti memainkan gamenya.
“Devan teman SMP kita dulu, lo ingat dia nggak?” Gita menunjukan foto Devan dipostingan intagram milik Devan.
“Masih aja lo ingat sama dia, belum tentu juga dia masih ingat kita.” Raka pasang posisi yang nyaman lagi lalu melanjutkan gamenya.
“Pastilah ingat, kita kan sahabatnya dulu. Lagian dia bilang kalau pulang dari luar negeri mau tembak gue menjadi pacarnya.”
“Halah, itu cuman bualan anak SMP aja lo percaya. Lagian dia nggak bakalan pulang. Mending lo sama Gilang aja lumayan juga dia.” Raka tiba-tiba memilih Gilang dari pada Devan cowok yang membuat Gita jatuh hati bahkan tidak mau menerima
siapapun.
Karena dia akan setia menunggu Devan menembaknya. Da dia percaya kalau Devan akan menepati janjinya.
“Jangan sembarangan ngomong lo, nih ya Devan posting foto dan dia bilang sedang otw ke
rumah. Lagian kenapa lo tiba-tiba memihak Gilang?” Gita mengerutkan kening sambil memanyunkan bibirnya.
“Dia pulang juga nggak ngabarin lo kan, gini ya logikanya itu manusia pergi sejak umur empat belas tahun tanpa kabar, apa yang lo harapkan coba. Lihat Gilang dia berusaha mati-matian mengejar lo dan pastinya dengan jelas dia itu cinta sama
lo. Ta gue bilangin sama lo lebih baik lo pilih yang pasti-pasti aja.” Raka menasehati Gita.
“Ngomong apa sih lo, nggak jelas.” Gita pergi meninggalkan Raka memilih pergi ke kamarnya.
“Ye.. di kasih tahu juga. Awas aja lo nanti kalau nangis-nangis kalau patah hati sama
dia!” teriak Raka.
...----------------...
“Raka.” Panggil Gita dengan nada pelan.
“Hhmm.”
“Sebelum ke sekolah kita mampir ke rumah Devan yuk.” Ajak Gita.
“Ngapain,lagian di sana cuma ada pembantunya doang.” Jawab Raka ogah-ogahan.
“Nggak, Devan itu pulang. Jadi gue mau cek dia beneran udah sampai rumah atau belum.”
Kata Gita.
“Mau minta oleh-oleh lo ya.” Raka menatap Gita dengan senyum curiga.
“Raka yang bener deh, masa iya gue datang kerumahnya mau minta oleh-oleh.”
“Terus lo mau ngapain?”
“Udah di bilang mau cek dia, beneran pulang nggak.” Kata Gita.
“Ya udah buruan siap-siap, nanti telat kena hukuman lagi kita.” Raka berdiri dan
menaikkan tali tas ke bahu kanannya.
“Iya.”
Meskipun dia nggak suka Gita mengharapkan Devan, namun dia tidak bisa menolak permintaan sepupunya itu.
Raka menghentikan motornya di depan rumah Devan yang masih satu komplek dengan mereka. Gita turun tanpa melepas helmnya, dia tengak-tengok rumah Devan yang sepi seperti biasanya.
“Sepikan, yang dia maksud pulang itu ke rumanya yang sono bukan balik e komplek ini.” Kata Raka sambil menghidupkan motornya.
“Tapi dia foto di bandara.” Katanya sambil naik di belakang Raka.
“Ya siapa tahu dia mau ke Simbabue atau Afrika, emang kalau dia ke bandara tujuannya satu doang.” Omel Raka.
Gita hanya manyun saja ketika Raka terus menyerocos, meskipun dia kecewa karena
harapannya yang terlalu tinggi tentang kembalinya cinta pertamanya itu. Namun ada keyakinan tersendiri di hati kecilnya kalau Devan pulang dan segera menemui dirinya.
“Oiya Ta, ngomong-ngomong gimana keadaan Gilang?” tanya Raka.
“Nggak tahu!” jawabnya jutek karena kesal sama Raka.
“Galak amat, Ta lo itu harus tanggung jawab tahu nggak karena udah buat dia sampai masuk rumah sakit.”
“Lo kerasukan apaan sih tiba-tiba membela Gilang. Lagian kemarin gue juga udah jenguk dia.”
“Kerasukan nasi satu piring, sayur bening bayam sama tempe goreng di tambah satu sendok
sambal bawang.”
“Bodo amat!” Gita turun dari motor saat Raka sudah parkir dengan rapi.
“Lo harus merawat sampai dia benar-benar
sembuh, itu baru namanya tanggung jawab. Gue nggak mau adik gue yang cantik jadi anak yang nggak bertanggung jawab. Ya meskipun lo nggak suka sama dia bukan berarti lo harus membenci kan.” Raka memegang kedua pipi Gita.
Gilang yang baru turun dari mobilnya panas melihat pemandangan di pagi hari yang membuat moodnya rusak. Dia memakai tongkatnya lalu berjalan pergi ke dalam kelasnya.
“Pagi-pagi udah sangar aja itu wajah.” Kata Bayu.
“Diem!”
“Idih.. pms lo ya? Gimana kaki lo Lang, kita seminggu lagi mau tanding nih.” Kata Bayu.
Dia cemas kalau sampai kaki Gilang nggak sembuh dia akan kehilangan pemain terbaik mereka.
“Pasti udah sembuh, kalau belum sembuh lo kan bisa ambil pemain cadangan.” Katanya santai.
“Ya nggak bisa gitu dong, lo kan pemain inti dan paling bagus diantara kita. Gue harus minta pertanggung jawaban cewek gila itu.” Katanya dengan wajah kesalnya.
“Emang lo mau minta pertanggung jawaban yang bagaimana? Lagian ini tidak sepenuhnya
salah dia kok.” Gilang masih membela Gita.
Meskipun sudah di buat kesal namun dia tidak rela kalau Bayu bakalan mengganggu Gita.
“Terus aja bela dia, bukannya dukung sahabat sendiri malah bela orang lain.” Bayu merajuk. Dia pergi keluar kelas berniat mau bertemu Gita tanpa ngomong Gilang. Nanti yang ada dia pasti tidak akan di bolehkan.
...----------------...
“Gita,” Panggil Bayu.
“Apa?”
“Lo harus tanggung jawab,”
“Tanggung jawab apaan? Emangnya Gita menghamili anak siapa?” Sambar Fara yang langsung mendapat pukulan di lengan kanan dan kiri bersamaan oleh Gita dan Anita.
“Lo udah buat Gilang cedera kakinya, seminggu lagi kita ada lomba basket jadi lo harus tanggung jawab buat dia sembuh sebelum hari H.”
“Ya nggak bisa gitu, itukan musibah bukan maksud Gita membuat Gilang cedera.” Anita membela Gita.
“Gue nggak mau tahu, semua penyebabnya itu Gita. Kalau sampai lomba ini kita kalah gara-gara Gilang nggak ikut main gue bakalan buat hidup lo nggak tenang di sini dan buat lo keluar dari sekolah ini.” Gertak Bayu sambil pergi meninggalkan Gita dan kedua temannya.
“Sekate-kate aja Bayu kalau ngomong. Sebelum lo bikin Gita keluar lo dulu yang bakalan gue depak dari sekolah!” teriak Fara.
“Jangan dengerin omongan Bayu, dia emang suka seenaknya.” Anita menenangkan Gita yang tampak gelisah.
Dia bukan takut dengan gertakan Bayu hanya saja dia menjadi tidak enak kalau sekolahnya gagal mempertahankan piala kejuaraan gara-gara dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TUH BAYU JULID AMAT MA GITA..
2024-02-05
0
miwmiuᥫ᭡
thor,ni udah nahan yah,tp gw g bisa,nih kok kata dialognya kepisah paragraf,jadi susah thor bacanya
2022-08-19
1
Dhina ♑
🌷🌷🌷🌷🌷
2021-09-10
1