"Gita berhenti!" Seru Raka. Dia menarik Gita yang masih tak mau kalah.
"Aurel, lepasin Gita." kata Monika.
Raka menarik Gita hingga melepaskan jambakan di rambut Aurel.
"Lihat Mon, lo kenapa ngundang hulk kesini sih." maki Aurel.
"Apa lo bilang," Gita hendak menyrang Aurel lagi namun di tahan sama Raka.
"Lo hulk, hulk kesurupan!" ejek Aurel.
"Mending gue hulk, dari pada lo badan kok kaya mie lidi sekali sentuh remuk. Mana wajah menor kaya tante-tante lagi." Gita balas mengejek Aurel.
"Cukup kalian berdua!" bentak Monika. "Gita, kenapa lo cari masalah sih. Lo sengaja ya mau merusak acara gue." Monika menuduh Gita biang kerusuhan.
"Kok gue, mereka teman-teman lo yang rusuh." Gita tidak mau di salahkan.
"Jangan suka membolak-balikkan fakta. Gue lihat semuanya tadi. Sekarang lo pergi dari acara gue." kata Monika.
"Ya ampun, ternyata di sini banyak manusia bermuka dua. Nggak cukup apa satu muka." Gita pergi keluar dari tempat pesta Monika.
Gita menarik tangan Raka sampai ke luar rumah Monika. Saking emosinya dia terus berjalan keluar rumah Monika. Dia lupa kalau tadinya datang naik motor bareng Raka.
"Maksud mereka apa coba, mau mempermalukan gue di depan umum. Mau bully gue." Gita marah-marah.
"Lihat aja gue bakal bales besok." kata Gita lagi.
"Ka, lo kenapa diem aja gue udah ngomong panjang le..." Gita mendelik melihat orang yang ada di belakangnya.
"Lo ngapain ngikutin gue, Raka di mana?" tanya Gita.
"Ya mana gue tahu, lo sendiri yang tarik-tarik tangan gue." Kata Gilang sambil melipat kedua tangannya di dada.
Gita mendengus kesal, dia mengambil ponsel di tasnya. Gita menempelkan ponsel di telingannya, namun panggilan tak kunjung nyambung.
"Sumpah demi apa, gue kehabisan batrai disaat seperti ini." Gita memasukan ponselnya lagi ke tas.
"Lo mau gue anterin pulang?" Gilang menawari Gita tebengan untuk pulang.
"Nggak usah, gue bisa sendiri lagian Raka juga masih di sana." Gita memutuskan untuk kembali ke rumah Monika.
Gita berjalan mencari nomer rumah Monika, dia lupa dan juga tidak tahu karena dia tadi tinggal ngikut aja. Tanpa mengenali jalan dan bentuk rumahnya.
"Duh, gimana ini. Ah.. yang penting cari yang banyak mobil, motor yang parkir pasti itu rumahnya." batin Gita.
Gita berjalan menyusuri perumahan Monika, karena malam dan jalan semua sama dia hanya berputar-putar di tempat itu.
"Ya ampun, gue udah berputar tiga kali kenapa masih disini aja." Gita panik.
"Raka tolongin gue." Teriaknya.
Gita berhenti berjalan saat ada yang memegang pundaknya, Dia menggigit bibir bawahnya mengatur napas untuk siap-siap lari.
"Satu...dua..tiga.." Gita menghitung pelan sampai keras lalu berlari sekuat tenaga. Dia lari tanpa melihat jalan setelah merasa capek dia berhenti. Gita menadahkan kepalanya dan kaget.
"Loh, kok gue masih disini." Serunya.
"Iya jelas lo disini orang lo hanya lari di tempat." Kata Gilang melepaskan kaos yang hampir setengah jam dia pegangi.
Gita menoleh sambil memukul wajah orang yang ngomong dia pikir orang yang ngomong itu orang jahat.
"Auu!" Teriak Gilang.
"Lo mau apa, lo mau jahatin gue ya." Gita mengamuk Gilang.
"Gue Gilang!" teriak Gilang.
"Gilang?" Gita menghentikan pukulannya. Gilang mengakat tubuhnya sambil mmegangi wajahnya karena sakit. Gita tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
"Lo kok ada disini." Gita meringis.
"Lo cewek apa bukan sih, kasar amat. Gue disini juga karena mencri lo kenapa nggak sampai-sampai di rumah Monika." kata Gilang sambil menahan rasa sakit.
"Ya ma af, gue kan nggak tahu. Gue kira orang jahat lagian kenapa lo nggak bilang aja." Gita menyalahkan Gilang.
"Mau bilang gimana, baru gue mau ngomong lo malah kabur kayak orang kesetanan." Gilang mnyentuh pipinya.
"Ya maaf, sini deh gue obatin." Gita menarik tangan Gilang.
Gita meniup pipi Gilang yang memerah karena pukulannya, wajah Gilang berubah merah merona badannya panas dingin bisa sedekat itu dengan Gita. Gita mengambil tisu lalu menuangkan sedikit air mineral sisa minumannya.
"Sorry cuman adanya tisu sama air sisa minuman gue." Gita menyeka luka Gilang.
"Asal jangan pakai air teh aja." Kata Gilang.
"Gue juga nggak segila itu sih, tapi kalau ada sih pakai air kopi bagus."
"Bagus buat luka?" Gilang baru dengar air kopi bisa bagus buat luka.
"Buat masker wajah, gitu aja nggak tahu. Ternyata orang jenius kayak lo juga hal yang tak dimengerti." Gita melirik kearah Gilang lalu tersenyum.
"Orang jenius juga manusia bukan Tuhan, pastilah ada hal yang tidak dimengerti. Kayak lo, sulit banget gue mengerti bahkan gue juga belum bisa mempelajari." Katanya sambil menatap mata Gita lekat.
Gita memalingkan wajahnya, "Lagian lo kurang kerjaan banget, memangnya gue matematika perlu di pelajari."
"Lo lebih rumit dari matematika, gue ulang-ulang dari awal juga nggak ketemu."
"Ngomong apa sih lo nggak jelas, buruan gih tunjukin jalannya. Raka pasti udah nungguin gue." Gita menyimpan tisu dan botol bekas untuk di buang di tempat sampah.
Gilang dan Gita berjalan sejajar, Gilang mencuri pandang kepada dia bahagia meskipun bukan hal yang romantis tapi dia bahagia karena bisa dekat dengan Gita. Dia bisa perhatian dan sedikit lembut sama dirinya.
"Sini tisu sama botolnya biar gue yang buang." Gilang mengambil botol dari tangan Gita.
"Eh, mau lo buang dimana, awas ya kalau di buang sembarangan." Gita memperingatkan Gilang.
"Iya, gue juga tahu." Katanya.
Mereka berdua sampai di depan rumah Monika, rumahnya sudah sangat sepi tidak ada mobil dan motor yang parkir apalagi pesta.
"Udah selesai pestanya?" tanya Gita.
"Sepertinya sih gitu." Jawab Gilang sambil melihat sekeliling.
"Terus gue pulangnya gimana?" Gita manyun sambil melihat kearah Gilang. Gilang mengangkat ke dua pundaknya.
"Gue nggak tahu, gue pulang dulu deh." Gilan pura-pura meninggalkan Gita sendirian.
"Sumpah ini manusia jahat banget, masa iya gue di tinggalin." gumam Gita pelan.
"Hati-hati ya." Gilang berjalan menuju mobilnya.
"Jahat banget sih lo, mau ninggalin gue disini." Seru Gita.
"Lo bilang nggak mau bantuan gue, nggak mau diantar. Daripada gue nawarin terus lo tolak kan gue sakit hati mending nggak usah gue tawari lagi kan." kata Gilang sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Dasar nggak punya hati." Gita manyun sambil jalan, tiba-tiba dia menghentikan langkah kakinya.
"Kalau gue jalan nanti nyasar lagi, ah... Gita kenapa jadi orang bego banget di perumahan aja lo kesasar gimana kalau di hutan, yang ada jadi santapan hariamu." Gita ngomel pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Aghitsna Agis
yg motor raka
2023-08-15
1
Hera
ga jg gita sampe dimakan harimau
2022-03-22
0
Yuli Pujiastuti
mantul author
2022-01-20
0