“Woi teman-teman! Kita dapat undangan dari Kak Monika.” Seru Arvian sambil membagikan
kartu undangan ulang tahu. Satu kelas bersorak heboh karena mendapatkan
undangan dari cewek terpopuler di sekolah.
“Git..”Fara mencolek-colek tangan Gita.
“Apa?”jawab Gita datar, dia sedang sibuk menyalin jawaban milik Anita yang di
kumpulkan sebelum bel pulang sekolah.
“Datang nggak?” tanya Fara.
“Datang kemana?” tanya Gita namun dia masih fokus dengan kertas dan bolpointnya.
“Ck! Lo dengar nggak sih Arvian barusan bilang apa." Fara berdetak kesal.
“Nggak dengar.” Jawabnya santai.
“Makanya kalau ada pengumuman tuh dengarin dulu, jangan malah sibuk sendiri.”
“Ya kalau pengumumannya nggak lebih penting dari tugas ini buat apa, ya nggak Ka.”
Gita melirik kearah Raka.
Raka mengajak tos Gita, “Yoi.” Jawab Raka.
“Lo salah cara ngajak ngobrol mereka berdua.” Kata Arvian lalu duduk di meja.
Gita mengangkat kepalanya, matanya melotot “Turun nggak lo!” kata Gita pelan namun mengandung unsur kemarahan.
“Ok..ok. Nanti malam ada pesta ulang tahun Kak Monika. Ah.. salah. Nanti malam
makan-makan gratis ke rumah Kak Monika.” Celoteh Arvian.
“Ka...makan-makan.” Gita sumringah.
“Boleh juga tuh, makan gratisan.”
“Kenapa lo nggak ngomong dari tadi Far.” Gita menepuk pelan lengan Fara.
“Auah!.” Fara ngambek.
“Kenapa sih lo?” Gita bingung.
“Bete sama lo berdua, gue ngomong dari tadi di cuekin.” Fara manyun. Gita berdiri
lalu merangkul Fara.
“Sorry,”
“Fara..Fara kayak nggak tahu Gita aja kalau lagi nyontek.” Anita menggelengkan kepala.
“Lo datang kan?”
“Iya datang cantik!” Gita menyentuh dagu Fara genit.
“Udah ah, gue mau menyelesaikan ini dulu. Ntar mau pakai baju apa wa.” Gita kembali
duduk meneruskan menyalin.
Karena Gita selesai terakhir dia kebagihan untuk mengumpulkan tugas ke kantor. Gita
membawa setumpuk buku, dia berjalan sambil nyanyi-nyanyi tidak jelas dari lagu
indonesia sampai lagu india. Gita menarik mundur kakinya melirik ke kelas IX
melihat dua orang di kelas.
“Siapa tuh, meraka sedang apa?” Gita kepo. Dia mendempel ke pintu lalu mengintip.
“Wah, seru nih.” Gumamnya melihat kakak kelasnya yang sedang mencoba menyatakan
cinta. Terlalu asyik mengintip sampai tidak tahu ada Gilang yang berdiri di sampingnya.
Gila menengok ke dalam, kemudian melihat Gita yang senyam-senyum. “Lo lihat apa?”
Senyum di bibir Gita pudar, dia melihat kearah suara dia menggaruk kepalanya kemudian menjatuhkan satu bukunya.
“Gue, ambil buku yang jatuh.” Gita tersenyum malu ketahuan sedang mengintip.
“Oo,” Gilang mengangguk, Gita mengetuk keningnya pelan. Dia hendak kabur tapi sayangtangan Gilang menghalanginya.
“Minggir dong, gue mau lewat.” Bisiknya.
“Nggak mau.”
“Ih, rese banget sih.”Gita manyun lalu menoleh ke dalam kelas. Mulutnya melongo,
dengan cepat Gilang membalikan tubuh Gita hingga menghadap ke tubuhnya dan
tidak melihat yang di lakukan dua pasangan di dalam kelas.
Gita menggigit kuku ibu jarinya, “Kak, Gita ke kantor dulu.” Dia melepaskan diri
lalu kabur.
Gilang menatap Gita yang mulai menjauh darinya, dia memegangi dadanya yang berdenyut keras setelah memeluk Gita tanpa sengaja.
“Jantung gue kenapa bisa sekeras ini ya berdetaknya. Padahal dia saja biasa aja, masa cinta gue bertepuk sebelah tangan. Tragis banget sih, giliran suka sama orang
dia nggak suka.” Keluh Gilang sambil meneruskan perjalannya.
Raka,Arvian, Fara dan Anita menunggu Gita yang ngumpulin tugas nggak datang-datang
ke parkiran.
“Git, ngapain aja sih lo di kantor,” teriak Anita saat Gita muncul dari lorong. Gita
menyuruh Fara dan Anita mendekat.
“Apa?” kata Anita.
“Tadi gue pas mau ke kantor nggak sengaja lihat kakak kelas kita, dia nembak dan..” Gita menggantungkan ucapannya.
“Apa-apa..” kata Anita dan Fara bersamaan mereka semakin penasaran.
“Mereka ciuman?” Fara menatap Gita.
“Kayaknya sih iya, soalnya pas mereka mulai deket.. deket banget eh.. Gilang sinting
datang. Gue nggak jadi lihat deh.” Kata Gita.
“Yah... sia-sia deh. Harusnya lo tadi siapin hp terus di video.” Kata Anita.
“Terus di sebar satu sekolah, cari masalah aja lo.”
“Ya nggak di sebar juga, tapi di simpan. Nanti kalau pas kita lagi bokek nih kita
bisa gunain untuk minta uang sama mereka.” Kata Anita sambil tertawa keras.
“Muke gila, nggak ada akhlak sama sekali lo!” Gita menonyol kepala Anita.
“Eh pada bahas apa sih lo, buruan balik yok.” Ajak Arvian.
...◇◇◇◇◇...
Jam tujuh malam Gita sudah siap di ruang tamu, tinggal menunggu Raka yang sibuk
sama rambutnya.
“Raka! Buruan keburu selesai pestanya!” Teriak Gita.
“Iya bawel!” Raka turun tangga sambil memakai jaket jeansnya.
“Lelet banget sih kayak gadis aja.” Kata Gita kesal.
“Sepatu gue mana..sepatu..”
“Nih.” Gita melempar sepatu Raka. Raka buru-buru pakai sepatu sebelum Gita ngomel lebih panjang lagi.
Raka menyetater motornya, kemudian mengemudi dengan cepat seperti permintaan Gita.
“Ka, kita datang kesana bawa kado nggak sih?” tanya Gita tiba-tiba keingat tentang kado.
Raka menaikan kaca helmnya, “Oh ya, tapi mau bawa apa?”
“Gue juga nggak tahu, masa iya mau bawa buku tulis buat dia sekolah kayak lomba tujuh belasan saja.” Celoteh Gita.
“Udahlah, nggak usah bawa apa-apa.” Raka menurunkan kaca helmnya dan mengemudi dengan cepat agar segera sampai.
Setengah jam dengan kecepatan tinggi mereka berdua sampai di depan rumah Monika, Gita membuka helmnya lalu menelpon Fara.
“Dimana? Gue di depan nih.” Kata Gita.
“Gue disini.” Teriak Anita sambil keluar dari mobil.
“Kalian berdua kenapa nggak masuk?” tanya Raka.
"Nungguin kalian lah, masa iya kita masuk berdua saja.” Kat Fara sambil mematikan sambungan telponnya.
“Vian mana?”
“Udah masuk duluan.”
Acara belum lama di mulai, mereka berempat langsung mencari tempat duduk. Gita melihat sekeliling yang sangat indah. Selama ini dia tidak pernah merayakan ulang tahun dia hanya merayakan bersama keluarga dan teman terdekat saja. Karena dia tak mau semua teman-temannya tahu kalau dia adiknya Gennta dan juga Aqila. Kadang dia juga merayakan bersama Raka saja.”
“Lo nggak ingin Ta, pesta kayak gini.” Bisik Raka.
“Nggak.” Jawabnya asal. “Ka, pingin makan gue. Gue kesana dulu ya” Gita pergi ke tempat makanan. Dia mengincar semua makanan yang ada di hadapannya.
Gilang yang hendak mengambil makanan memilih duduk memperhatikan Gita daripada dia kabur melihat dirinya. Dia senang melihat Gita yang mulai mengambili satu persatu makanan tak hanya itu dia juga memasukkan ke dalam mulut.
“Lihat deh, nggak tahu malu banget kan dia. Masa datang ke pesta pakai baju kayak gitu.” Aurel temannya Monika melihat penampilan Gita yang biasa saja.
“Lihat tuh tangannya sama mulutnya sama –sama nggak bisa lihat makanan. Kayak orang miskin saja.” Tambah Vida.
“Yah, kalau buat kaum seperti dia mah pesta kayak gini
buat ajang perbaikan gizi, mumpung gratisan.” Katanya sambil melirik kearah
Gita lalu tertawa.
“Mata Gilang buta kali ya, bisa suka sama cewek macam
dia. Padahal ada Monika yang cantiknya nggak ketulungan.”
Gita menelan makanan yang sudah dia kunyah, “Maksud
kalian ngomong kayak gitu apa?” Dia nyamperin dua kakak kelasnya yang sedang membicarakan
dirinya.
“Maksud gue, urat malu lo udah putus cewek kok maka nggak sopan, nggak punya aturan. Cewek murahan, pasti makin dukun kan lo!” Kata Aurel. Gita menaruh makanan yang ada di atas meja. Dia menjambak wanita yang terus mengatainya.
“Dasar cewek nggak waras, lepasin rambut gue!” pekik
Aurel itu.
“Nggak akan.. gue nggak akan melepaskan lo sebelum lo tarik omongan lo.” Gita tidak mau melepaskan rambut Aurel. Karena merasa sudah tidak terkondisikan Vida pergi mencari bantuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
UNTUNG GITA BKN CEWEK YG MUDAH DI BULLY & DITINDAS
2024-02-05
1
Ica
jambak terus biar rambut nya rontok semua
2022-04-16
3
ArsenioV
anita tipe teman rada prik nih, mau meras orang pakai video
2022-03-11
0