Gita duduk selonjoran sambil minum es teh di kantong plastik, dia melihat ke arah
lapangan basket yang sedang di gunakan untuk latihan kakak kelasnya.
“Hah..” Gita menghela napas panjang dia tiba-tiba merasa bersalah sama Gilang.
“Hah.. gue harus apa ya sekarang. Apa iya gue datang dan merawat dia?” Gita tanya pada
dirinya sendiri.
Gita bangun dan membersihkan rok belakangnya, dia mendekati lapangan basket untuk
mendekati Gilang yang baru datang menonton basket.
“Astaga!” Gilang memegangi dadanya saat Gita tiba-tiba duduk di sampingnya.
“Apaan sih lo kek lihat setan aja.”
“Salah lo datang nggak ngomong.”
“Lah ini mau ngomong.”
“Mau ngapain?”
“Em.. gini gue mau minta maaf sekali lagi, sama mau tanggung jawab karena udah bikin kaki lo sakit dan takutnya nggak bisa ikut lomba minggu besok.”
“Ini semua karena Bayu kan?”
“Nggak.”
“Bohong banget lo, gue tahu pasti Bayu datang ngomel sama lo.”
“Iya sih, tapi gue rasa bukan sepenuhnya karena dia. Yah gue harus tanggung jawab
seperti yang di katakan Raka kalau tidak suka bukan berarti membencikan.” Kata
Gita.
“Raka lagi..Raka lagi.” batin Gilang kesal. “Gue pikir lo orangnya baik kenyataannya
tanggung jawab lo sama gue juga sebatas kata orang bukan dari hati lo sendiri.
Sudahlah gue nggak butuh perawatan dari lo. Gue udah ada dokter, lagian lo
bilang lo kan udah punya pacar jadi nggak usah dekat-dekat angap saja kita
nggak kenal.” Gilang putus asa. Dia meninggalkan Gita, dalam hatinya mengatakan
kalau dia akan move on dan menghapus semua cinta kepada Gita.
“Kenapa sih dia, aneh banget. Giliran mau tanggung jawab malah di kata-katain.”
Beberapa hari terakhir sebelum hari H pertandingan basket Gita mencoba mendekati Gilang
untuk merawatnya, namun Gilang mulai menghindar dia terus berkata ketus saat Gita mencoba merawatnya.
“Kak sini gue bantuin.” Gita mengulurkan tangan saat melihat Gilang mau berdiri
setelah menonton latihan basket teman-temannya. Gilang hanya melirik kearah Gita sebentar lalu
mengabaikannya.
“Bay, bantuin gue berdiri.” Kata Gilang kepada Bayu yang berlari ke arahnya.
“Ok.”
“Heran deh, udah di tawarin juga mau bantuin malah di tolak.” Gita kesal.
“Emang siapa yang minta bantuan lo!”
Bayu bengong melihat reaksi Gilang, dia tak menyangka kalau Gilang bisa kembali seperti
dulu. Cowok yang cool dan cuek sekali, kalau dia nggak suka akan menjawab
dengan ketus. Gita manyun dia di buat sangat kesal, dia sudah berusaha baik
namun di abaikan oleh Gilang.
“Wah... ada apa ini?” Bayu dengan senyum-senyum ragu antara heran sama senang melihat
perubahan drastis sahabatnya itu.
“Maksud lo?”
“Ya lo kan kemarin suka banget tuh sama si Gita kenapa sekarang cuek banget?”
“Itukan yang dia mau, mau gimana lagi. Gue nggak bisa maksa kehendak dia.” Katanya
sambil jalan pincang.
“Syukurlah lo akhirnya sadar, lo bakalan dapat yang lebih baik lagi dari dia. Noh si
Monika yang sudah ngebet sejak kita jadi murid baru.”
“Ambil aja kalau lo mau dia, gue sama sekali tidak tertarik dengan Monika bagi gue dia
itu hanya seorang teman biasa.”
+++++++
Gita mondar-mandir di kelasnya, dia merasa ada yang aneh dengan Gilang. Tiba-tiba
aja hatinya merasa was-was.
“Kenapa lo?” tanya Fara.
“Gue heran aja sama sikap Gilang sama gue, dia kok tiba-tiba galak gitu ya.” Ujar Gita.
“Galak gimana?”
“Ya beberapa hari terakhir ini kan gue berusaha untuk merawat dia, tapi dia malah
cuek dan juga ketus kalau ngomong sama gue.”
“Sakit hati kali sama lo, jadi dia sekarang benci sama lo.” Kata Fara.
“Bukannya itu yang lo mau Git, dengan dia benci maka lo nggakusah repot-repot buat
menghindari dia.” Kata Anita.
“Iya sih. Tapi..ah.. tahu lah.” Gita mengacak-acak rambutnya lalu duduk dan
menerungkapkan kepalanya di atas meja. Dia menjadi galau sendiri, padahal dia
menekankan hatinya kalau dia tidak suka sama dia namun tiba-tiba di jutekin
Gilang dia merasa nggak enak.
+++
“Permisi.”
“Ya.”
“Maaf, ini siapa ya?” tanya Bik Siti saat membukakan pintu.
“Saya Mbok Yamah yang mau urut Mas Gilang.” Katanya.
“Tukang urut?” Bik Siti mengerutkan keningnya, selama ini keluarga majikannya tidak
pernah yang namanya urut. Mereka akan selalu pergi ke dokter.
“Iya, tadi ada yang datang ke tempat saya di suruh datang ke sini.”
“Ada apa Bik?” tanya Gilang mendekati Bik Siti.
“Ini katanya ada yang mau ngurut kaki Mas Gilang.”
“Saya nggak pesan tukang urut.”
“Iya, tadi katanya kakaknya Mas Gilang yang pesan.”
“Kak Andini?”
“Iya.”
“Masa sih?”
“Ya udahlah Mas, daripada kaki nggak sembuh-sembuh.” Bik Siti memberikan saran.
“Silahkan Masuk.”
Gilang pun akhirnyamau di urut demi kesembuhan kakinya, dan dia harap dua hari lagi bakalan sembuh dan bisa ikut lomba basket.
“Aaaa! Pelan-pelan Mbok sakit banget!” teriak Gilang lalu mengaduh karena sakit.
“Tahan dong Mas, masa baru di pegang aja udah teriak.”
“Ya si Mbok pegangnya pakai tenaga dalam gimana saya nggak teriak.” Keluh Gilang. Mbok Yamah cuman tersenyum tipis sambil geleng kepala.
“Siap-siap ya Mas.” Kata Mbok Yamah tiba-tiba.
“Eh.. mau di apain Mbok?”
Kleeek!
“Aaaaaaaaaa!” teriak Gilang sekeras
mungkin.
“Coba di gerakan pelan-pelan.” Kata Mbok Yamah dengan santai tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Mbok, pelan-pelan kenapa ini sakit banget.” Katanya sambil meringis menahan kelu kakinya. Dia menggerakan kakinya
perlahan.
“Gimana Mas? Udah lumayan enakan?” tanya Mbok Yaman.
“Eh.. iya Mbok lumayan enakan.”
“Ya sudah kalau gitu saya permisi dulu.” Mbok Yamah pamit.
“Berapa Mbok?” tanya Gilang sambil mengeluarkan dompetnya.
“Nggak usah Mas, udah dibayar lunas sampai Mas Gilang benar-benar sembuh. Nanti dua hari kedepan Mbok kesini lagi buat ngecek.”
“Baik Mbok. Makasih ya.”
“Iya sama-sama Mas, kalau gitu permisi dulu ya.”
“Ya Mbok.”
Gilang tersenyum sambil perlahan menggerakan kakinya, harusnya sejak kemarin dia ke tukang urut pasti hari ini
dia sudah sembuh.
“Bisa ikutan main basket kalau gini mah.” Ujarnya sambil terus tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ANDINI ATAU GITA TUH YG BAYAR TUKANG URUT
2024-02-05
0
KIA Qirana
👌👌👌👌👌👌
2021-09-10
3
France M Ati Balle
wahh Gita hebatt,, bisa ingat tukang urut.
2021-07-29
1