"Kak, kamu sudah datang ...," Paris langsung masuk ruangan tanpa permisi. Karena dari luar saat bertanya ke karyawan di depan, mereka bilang direktur sudah datang.
Arga terkejut dengan kemunculan adiknya saat Chelsea ada di sana.
Asha senang mendengar suara Paris datang. Namun untuk berdiri sekarang, sudah terlanjur canggung. Dia masih butuh menunggu waktu yang tepat.
"Aku sudah menunggumu dari tadi, aku ..." Paris lihat ada seseorang di sofa yang tadi dia pikir itu Asha, ternyata bukan. Perempuan yang duduk di sofa menoleh pelan dan ini membuat Paris langsung menatap tajam. "Aku yakin kamu akan kesini. Ternyata benar apa yang aku pikirkan," ujar Paris menatap Chelsea dengan raut muka tidak senang dan mendengus sebal.
"Aku punya banyak waktu jika hanya datang ke sini. Apalagi untuk menemui Arga," balas Chelsea dengan ulasan senyum di bibirnya. Paris memicingkan mata lalu lihat ke Arga dengan pandangan menyelidik.
"Kamu mengundangnya?" bisik Paris dengan mata penuh curiga.
"Tidak. Dia muncul sendiri di sini," jawab Arga datar sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.
"Kenapa kamu tidak mengusirnya?" desak Paris tidak suka.
"Hh, Sudahlah ... Chelsea, kamu sudah menemukan pilihan untuk memesan apa?" tanya Arga setelah mengibaskan pertanyaan Paris. Mulut paris menggerutu sebal.
"Sebentar," jawab Chelsea.
"Kak Asha, dimana? Kok tidak ada di sini?" tanya Paris sambil celingukan. Karena di dalam ruangan kerja Arga tidak terlihat orang lain lagi selain mereka bertiga.
"Kenapa nyari dia di sini? bukankah dia di rumah?" tanya Arga heran. Asha tidak jadi berdiri. Membayangkan dirinya berdiri sambil bawa bekal yang tak di anggap, itu sungguh menyedihkan.
"Tidak. Aku mengajaknya ke sini tadi sambil bawa sesuatu untuk kakak." Paris masih saja celingukan. Arga mendongak dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
"Kau serius mengajak dia kesini?" tanya Arga.
"Kakak ini di kasih tahu. Iya, aku ke sini bareng kak Asha tadi ..." Paris geregetan. Arga lihat ke seluruh ruangan lagi. Paris melangkah.
"Mencari siapa?" tanya Chelsea yang ikut heran melihat mereka berdua seperti mencari seseorang. Paris diam. Arga juga tidak menjawab hanya melihat-lihat ke sekitar.
"Sebaiknya aku tanya Rendra," Arga hendak menelpon Rendra.
"Kalian mencari office girl yang tadi sedang bersih-bersih di sini, ya?" Paris dan Arga menoleh ke Chelsea cepat. Office girl? tanya mereka dalam hati.
"Tadi ada seseorang di sini?" tanya Arga. Chelsea mengangguk. Arga tidak jadi menelepon Rendra.
"Ya. Karyawan aneh yang seenaknya membawa-bawa tempat bekalnya ke sini. Aku rasa itu sangat tidak sopan. Karena ini ruangan mu Arga. Ruangan direktur," Chelsea menjelaskan dengan gamblang.
"Karyawan aneh?" Paris merengut ke wanita itu. Soal sikap adik Arga yang seperti itu, dia paham. Namun kalau Arga yang begitu, Chelsea merasa aneh.
"Kamu memarahinya? Dimana dia sekarang?" tanya Arga tidak sabar. Mata Chelsea mengerjap mendapat pertanyaan seperti itu.
"Tidak. Aku hanya bertanya. Dia pasti masih di sini karena aku tidak melihatnya keluar," Chelsea juga ikut melihat ke sekeliling ruangan.
"Kak, Asha!" teriak Paris sambil melangkah mendekati. Asha akhirnya menampakkan diri. Beranjak dari persembunyiannya dan berdiri dengan wajah yang tertunduk secara perlahan. "Ternyata kakak di situ?"
Paris senang sambil mendekati Asha yang masih canggung. Arga berdiri sambil memandang perempuan itu agak lama dari tempat duduknya. Arga melihat kedua tangan itu sedang menggenggam tas bekal dari rumah. Matanya mengikuti gerak-gerik Asha yang masih merasa canggung meskipun Paris menyambutnya ceria.
Asha yakin mata tuan mudanya pasti sedang melihatnya. Saat Asha mencoba mendongak untuk melihat ke arah Arga duduk, lelaki itu menatapnya tajam dengan bibir di tekuk seakan geram. Asha paham pasti tuan mudanya malu percakapan tadi terdengar olehnya yang hanya seorang pelayan. Itu mungkin di sebabkan karena status Chelsea yang sudah bersuami.
"Dia siapa? Kok Paris terlihat sangat akrab dengannya. Bukankah dia karyawan kantor ini, Ga?" tanya Chelsea heran.
"Bukan," jawab Arga singkat. Mata Chelsea menyadari mulut yang menggerutu itu. Lalu dia melihat lagi ke arah Paris dan office girl itu.
Siapa sebenarnya dia?
"Kak Asha lagi main kucing-kucingan ya ...," ledek Paris membuat Asha tersenyum kecut. Terpaksa menganggap itu lucu. Saat mendengar Paris bicara, Chelsea merasa tidak asing dengan nama yang di sebut Paris tadi. Dia merasa sempat mendengarnya.
"Kau sedang apa di sana?" tanya Arga akhirnya setelah mendiamkan Asha yang ternyata ada di ruangan ini sejak awal kedatangan Chelsea. Asha tersentak kaget.
"Kok sedang apa, sih." Paris mengerucutkan bibir tidak senang. Arga masih melihat Asha dengan kaku.
Aduh, rengek Asha dalam hati.
"Saya sedang mencari kunci saya. Kunci itu terjatuh dan masuk ke dalam celah di bawah rak buku," terang Asha sambil menunjuk rak buku di sebelahnya. Berusaha bersikap wajar meskipun sebenarnya dia gugup.
"Lalu?" tanya Arga mendesak. Asha yakin majikannya itu marah. Tatapannya masih tajam. Ya... Asha memang seperti menguping pembicaraan orang tadi.
"Saya masih tidak bisa menemukan kunci saya itu. Karena celah bawah rak buku sangat sempit. Kuncinya masih di dalam." Asha masih berdiri sambil menyatukan tangannya. Arga diam sambil terus saja memandang Asha. Chelsea jelas merasa aneh. Wanita itu melihat Arga dan Asha bergantian. Mencoba mencerna ada apa sebenarnya.
"Kunci apa itu kak?" tanya Paris.
"Kunci kamar di rumah."
"Hmmm.... Rike masih punya kan? Biarkan saja deh, nanti kita duplikat lagi kuncinya. Jangan mikirin kunci itu." Paris mengambil keputusan. Asha ragu, tapi akhirnya mengangguk setuju.
"Kita jadi memesan makanan, kan?" tanya Chelsea yang merasa suasana hati Arga keruh. Namun dia tidak mau kalau makan siangnya dengan Arga gagal hanya karena karyawan itu. Benarkah itu karyawan? Mengapa sedekat itu dengan Paris? Namun melihat tampilan Asha yang biasa, Chelsea yakin dia hanya karyawan biasa.
"Jadi dong," jawab Paris yang tujuan datang ke sini memang ingin mengganggu mereka berdua. Arga ingin mengurungkan niatnya makan siang, tapi akhirnya diam. Dia mengikuti adiknya yang ingin makan siang juga.
"Ayo kak, kita duduk juga." Paris mengajak Asha duduk di sofa di depan meja kerja Arga. Chelsea merasa aneh karyawan itu ikut duduk disini bersama dengan mereka. Mata Chelsea memindai perempuan di samping Paris.
"Kita sebaiknya makan apa ya kak?" tanya Paris sambil mengetuk dagunya dengan jari telunjuk untuk memikirkan makanan apa yang akan di pilih. Asha hanya diam mendengarkan. Tidak mungkin dia menyarankan mau memakan apa. Terlebih lagi mata wanita bertubuh bagus didepannya tidak berhenti memandangnya dengan penuh selidik dan pertanyaan.
Setelah memutuskan makan apa, Arga memanggil sekretaris perempuan di depan masuk dan mencatat pesanan yang di pesan. Chelsea dan Paris menyebutkan makanan.
"Kakak pesan apa?" tanya Paris. Asha menggeleng. Dia tidak ingin makan. Dia hanya ingin pulang. Pulang dan pulang. Lebih baik makan di rumah majikan, daripada makan disini dengan mereka.
"Kenapa tidak makan? Ini jam makan siang kak," tanya Paris heran. Asha masih menggeleng.
Tidak mau! Pulangkan aku ke rumah saja! pekik Asha dalam hati. Lihatlah ... Lelaki itu terus saja menatapku. Aku tidak mau berakhir dengan pemecatan diriku, tolong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Andri
paris egois
2025-03-20
0
Riska Wulandari
duhhhh serba salah..🤣🤣
2022-09-05
1
Rokesih Esi
yaaa...bingung deh srsha
2022-08-03
0