Bab. 7 Mie instan

Sampai di rumah jam 9.10 wib. Masih banyak waktu dari jam malam. Suasana rumah sepi. Mungkin tuan besar dan nyonya sudah tidur. Namun terdengar deru mobil di pintu gerbang. Ada mobil tuan muda.

"Ayo segera masuk, Ke. Ada Tuan Muda," ajak Asha panik.

Dia tidak mau lagi ketemu Tuan yang satu itu. Bikin pusing kepala. Kalau bisa menghindari sebenarnya Asha tidak akan bertemu dengan Tuan muda, karena bagian laundry adalah area yang jarang dan hampir tidak pernah terjamah oleh Tuan Muda.

Pokoknya selama Tuan Mudanya juga jangan kelayapan kemana-mana, pasti tidak akan ketemu kok. Sampai di kamar pelayan, Asha bisa bernafas lega.

"Kenapa kalian seperti di kejar setan?" tanya bik Sumi.

"Ada Tuan Muda," sahut Rike.

"Kok, malah lari?" tanya Bik Sumi heran.

"Iya ... nanti di suruh-suruh. Padahal sudah malam," sahut Rike. Asha tersenyum geli mendengar Rike bicara. Karena itu juga kata hatinya. Namun dia tidak mau mengungkapnya. Bik Sumi melihat ke Asha seakan dia yang mengajari Rike seperti itu. Asha menggeleng keras.

"Biiikkk!" Suara Nyonya memanggil.

"Iya nyonya!" Bik sumi masuk ke rumah utama.

"Ayo kita tidur, Ke. Ngantuk nih, kebanyakan makan tadi."

"Iya mbak. Rike juga. Mbak tadi baik banget yah mau beliin kita makan."

"Karena dia ada uang lebih."

"Kok kakak tahu?"

"Buktinya bayar aja pakai kartu kredit. Limit-nya banyak berarti."

"Kapan kita punya kartu kredit seperti itu mbak?" tanya Rike dengan wajah polos.

"Kalau kita ada uang itu pasti langsung di pakai. Enggak perlu di simpan-simpan kayak orang kaya gitu. Uang yang ada di kartu itu bukan untuk kebutuhan pokok kayak kita. Itu uang lebih. Jadi enggak masalah buat beli apapun karena kebutuhan pokok udah terpenuhi semua." Asha berusaha memberi penjelasan yang masuk akal.

"Intinya berarti ... kita gak bisa punya kartu kayak gitu ya?" Rike merangkum dengan baik.

"Bener itu." Saat sudah mau tidur Bik sumi datang.

"Asha bantu bikin mie ya. Bik sumi bantuin Nyonya beres-beres kamar atas." Asha meringis. Kepalanya menoleh ke samping, Rike sudah tidur. Tidak mungkin dia membangunkan Rike dan menyuruh dia melakukannya. Akhirnya Asha beranjak bangun.

"Baik Bi." Asha melipat selimutnya lalu turun dari kasur busa. Mengikat rambutnya ke atas agar rapi. Lalu menuju dapur. Setelah sampai di dapur, Asha mencari-cari mie instan di rak atas dimana biasanya di simpan. Pernah sekali Asha di ajak masuk oleh Bik Sumi.

Mie kuah apa mi goreng ya ... Bik Sumi enggak bilang tadi. Aduh, musti nanya dulu. Bik sumi di lantai 2 lagi.

Asha keluar dari dapur dan menuju ruang tengah. Aduh, gawat! Asha mau balik ke dapur lagi.

"Hei," panggil seseorang. Langkah Asha jadi terhenti.

"Kau yang membuatkan aku mie, kan?" tanya suara itu.

"Iya, Tuan."

"Oh, itu kau." Arga baru tahu kalau itu pelayan area laundry saat Asha membalikkan badan.

Tidaakkk! Bersusah payah aku menghindar sekarang malah bertemu.

"Sudah kamu buatkan?"

"Belum Tuan."

"Kenapa belum?"

"Maaf Tuan. Saya tidak tahu, mie goreng apa mie kuah yang ingin Tuan makan." Tuan Muda beranjak berdiri mendekati pintu dapur. Asha masih menunduk. Cklek! Arga membuka pintu dapur dan masuk ke dapur. Menuju rak penyimpanan dan memilih sendiri mie instan di sana. Asha mengikuti masuk dapur dari belakang.

"Ini. Buatkan aku ini." Tuan Muda Arga meletakkan mie kuah yang masih di dalam kemasannya di atas meja dapur. "Perlu kamu ingat. Kalau aku meminta mie instan buatkan yang ini. Jangan pernah lupa," kata Arga lalu duduk di kursi ruang makan.

Jadi ini kesukaannya, Asha menghapal  dalam hati. Menyambar satu bungkus mie dan mulai mendidihkan air.

"Baju mu itu saja?" ternyata Tuan muda ternyata tidak pergi dari sana.

Hah? kenapa malah bahas baju.

"Tidak Tuan," jawab Asha berbalik membelakangi kompor. Karena takut dianggap tidak sopan.

"Awasi airnya!" teriak Arga khawatir. Asha berbalik dan mencebik. Kali ini bukan dalam hati, tapi asli mencebik sampai bibirnya manyun. Dia berani begitu soalnya berdiri membelakangi Yang Mulia Arga. "Kenapa tiap ketemu aku, kamu selalu memakai kaos itu?"

"Maaf. Hanya kebetulan, Tuan." Akhirnya Asha  bisa memahami tuannya yang sedang nyari bahan omongan.

"Jangan lupa telurnya."

Dimana letak telur itu? Pasti di dalam kulkas. Bukankah biasanya di kulkas menyediakan tempat menaruh telur. Ternyata tidak ada. Asha sedikit panik. Dia memang tidak terlalu paham area dapur. Masa nanya ke Tuan Muda sih. Asha tidak berani menanyakan. Dia mencoba mencari di rak-rak atas.

"Kau tidak tahu di mana letak telurnya ya?" Tuan Muda mulai menyadari ke-tidak-pahaman Asha.

Gawattt!!

"Maaf Tuan."

Lagi- lagi Arga harus berdiri dan mulai mencari sendiri. Asha menggeser tubuhnya saat Asha hendak membuka laci di rak bawah. Ada tempat khusus untuk telur di sana.

"Letaknya ada di sini. Di ingat. Di hapalkan."

Kelihatan Arga kesal dengan minimnya pengetahuan Asha tentang letak bahan-bahan makanan di dapur. Lalu dia menyodorkan telur ayam itu dengan kaku.

"Iya Tuan." Asha menerima telur ayam pembuat mood tuan Muda jadi menjadi tidak baik itu.

Mana bisa tahu. Aku tidak pernah berada di dapur ini lebih dari 5 menit. Kalau tanya area laundry, baru aku paham.

Mie akhirnya selesai di masak. Asha membawa mangkok berisi mie itu dan meletakkan di depan Arga.

"Ini mie instan tadi?" tanya Arga melongok untuk melihat isi dalam mangkok.

"I-iya Tuan."

Ada yang salah. Ada yang tidak benar. Kenapa dahinya mengerut. Aku pasti bakal di marahi. Asha menunduk menyiapkan hati untuk di marahi. Dia tidak pernah membuatkan mie untuk Tuan Muda. Ini pertama kalinya. Dan dia tidak tahu bagaimana Bik Sumi biasa membuatkannya.

"Kuahnya kok bening?"

"Maaf Tuan. Saya baru pertama kali membuat mie instan untuk Tuan. Maaf." Langsung Asha membungkuk meminta maaf. Daripada diomeli duru baru minta maaf, lebih baik minta maaf sekarang baru diomeli nanti.

"Memangnya aku memarahi mu?"

Gak tahu. Tapi lihat muka nya pasti nanti bakal mau memarahi.

Asha menunduk.

"Aku tidak pernah lihat mie sebening ini. Makanya heran. Biasanya Bik Sumi atau yang lain bikin mie instan itu kuahnya keruh, paham?" Tuan muda memberi penjelasan.

"Iya Tuan."

Arga memakan mienya dengan lahap. Lapar kali. Tapi muka tetap tampan kok. Whoaaammm ... Asha hendak menguap. Ups, tapi untung tangannya menutup mulut secara otomatis. Ngantuk nih.

"Pergi dan tidurlah." Rupanya Tuan Muda lihat Asha yang menahan sekuat tenaga supaya tidak menguap.

"Saya tunggu Tuan Muda sudah selesai. Lalu mencuci mangkuknya." Asha tidak berani meninggalkan mangkok kotor di dapur. Bik sumi bakal marah.

"Kau pikir aku tidak bisa mencuci mangkok sendiri?" Tuan Muda tersinggung. Asha menunduk.

Busyet. Keliru lagi ngomongnya.

"Maaf Tuan."

"Sudahlah tidur sana. Kalau kau tertidur di sini memang siapa yang mau gendong?"

Siapa pula yang mau di gendong.

"Baik. Saya akan kembali ke kamar Saya. Terima kasih." Asha undur diri dan segera ke kamar untuk tidur dengan senang hati.

Terpopuler

Comments

Nethy Sunny

Nethy Sunny

aku mau dong d gendong 🤣😅

2022-09-14

1

Riska Wulandari

Riska Wulandari

🤣🤣🤣🤣 sak karepmu tuannnnn...

2022-09-05

1

Rokesih Esi

Rokesih Esi

mie itu awal semuanya...

2022-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!