Sampai di rumah jam 9.10 wib. Masih banyak waktu dari jam malam. Suasana rumah sepi. Mungkin tuan besar dan nyonya sudah tidur. Namun terdengar deru mobil di pintu gerbang. Ada mobil tuan muda.
"Ayo segera masuk, Ke. Ada Tuan Muda," ajak Asha panik.
Dia tidak mau lagi ketemu Tuan yang satu itu. Bikin pusing kepala. Kalau bisa menghindari sebenarnya Asha tidak akan bertemu dengan Tuan muda, karena bagian laundry adalah area yang jarang dan hampir tidak pernah terjamah oleh Tuan Muda.
Pokoknya selama Tuan Mudanya juga jangan kelayapan kemana-mana, pasti tidak akan ketemu kok. Sampai di kamar pelayan, Asha bisa bernafas lega.
"Kenapa kalian seperti di kejar setan?" tanya bik Sumi.
"Ada Tuan Muda," sahut Rike.
"Kok, malah lari?" tanya Bik Sumi heran.
"Iya ... nanti di suruh-suruh. Padahal sudah malam," sahut Rike. Asha tersenyum geli mendengar Rike bicara. Karena itu juga kata hatinya. Namun dia tidak mau mengungkapnya. Bik Sumi melihat ke Asha seakan dia yang mengajari Rike seperti itu. Asha menggeleng keras.
"Biiikkk!" Suara Nyonya memanggil.
"Iya nyonya!" Bik sumi masuk ke rumah utama.
"Ayo kita tidur, Ke. Ngantuk nih, kebanyakan makan tadi."
"Iya mbak. Rike juga. Mbak tadi baik banget yah mau beliin kita makan."
"Karena dia ada uang lebih."
"Kok kakak tahu?"
"Buktinya bayar aja pakai kartu kredit. Limit-nya banyak berarti."
"Kapan kita punya kartu kredit seperti itu mbak?" tanya Rike dengan wajah polos.
"Kalau kita ada uang itu pasti langsung di pakai. Enggak perlu di simpan-simpan kayak orang kaya gitu. Uang yang ada di kartu itu bukan untuk kebutuhan pokok kayak kita. Itu uang lebih. Jadi enggak masalah buat beli apapun karena kebutuhan pokok udah terpenuhi semua." Asha berusaha memberi penjelasan yang masuk akal.
"Intinya berarti ... kita gak bisa punya kartu kayak gitu ya?" Rike merangkum dengan baik.
"Bener itu." Saat sudah mau tidur Bik sumi datang.
"Asha bantu bikin mie ya. Bik sumi bantuin Nyonya beres-beres kamar atas." Asha meringis. Kepalanya menoleh ke samping, Rike sudah tidur. Tidak mungkin dia membangunkan Rike dan menyuruh dia melakukannya. Akhirnya Asha beranjak bangun.
"Baik Bi." Asha melipat selimutnya lalu turun dari kasur busa. Mengikat rambutnya ke atas agar rapi. Lalu menuju dapur. Setelah sampai di dapur, Asha mencari-cari mie instan di rak atas dimana biasanya di simpan. Pernah sekali Asha di ajak masuk oleh Bik Sumi.
Mie kuah apa mi goreng ya ... Bik Sumi enggak bilang tadi. Aduh, musti nanya dulu. Bik sumi di lantai 2 lagi.
Asha keluar dari dapur dan menuju ruang tengah. Aduh, gawat! Asha mau balik ke dapur lagi.
"Hei," panggil seseorang. Langkah Asha jadi terhenti.
"Kau yang membuatkan aku mie, kan?" tanya suara itu.
"Iya, Tuan."
"Oh, itu kau." Arga baru tahu kalau itu pelayan area laundry saat Asha membalikkan badan.
Tidaakkk! Bersusah payah aku menghindar sekarang malah bertemu.
"Sudah kamu buatkan?"
"Belum Tuan."
"Kenapa belum?"
"Maaf Tuan. Saya tidak tahu, mie goreng apa mie kuah yang ingin Tuan makan." Tuan Muda beranjak berdiri mendekati pintu dapur. Asha masih menunduk. Cklek! Arga membuka pintu dapur dan masuk ke dapur. Menuju rak penyimpanan dan memilih sendiri mie instan di sana. Asha mengikuti masuk dapur dari belakang.
"Ini. Buatkan aku ini." Tuan Muda Arga meletakkan mie kuah yang masih di dalam kemasannya di atas meja dapur. "Perlu kamu ingat. Kalau aku meminta mie instan buatkan yang ini. Jangan pernah lupa," kata Arga lalu duduk di kursi ruang makan.
Jadi ini kesukaannya, Asha menghapal dalam hati. Menyambar satu bungkus mie dan mulai mendidihkan air.
"Baju mu itu saja?" ternyata Tuan muda ternyata tidak pergi dari sana.
Hah? kenapa malah bahas baju.
"Tidak Tuan," jawab Asha berbalik membelakangi kompor. Karena takut dianggap tidak sopan.
"Awasi airnya!" teriak Arga khawatir. Asha berbalik dan mencebik. Kali ini bukan dalam hati, tapi asli mencebik sampai bibirnya manyun. Dia berani begitu soalnya berdiri membelakangi Yang Mulia Arga. "Kenapa tiap ketemu aku, kamu selalu memakai kaos itu?"
"Maaf. Hanya kebetulan, Tuan." Akhirnya Asha bisa memahami tuannya yang sedang nyari bahan omongan.
"Jangan lupa telurnya."
Dimana letak telur itu? Pasti di dalam kulkas. Bukankah biasanya di kulkas menyediakan tempat menaruh telur. Ternyata tidak ada. Asha sedikit panik. Dia memang tidak terlalu paham area dapur. Masa nanya ke Tuan Muda sih. Asha tidak berani menanyakan. Dia mencoba mencari di rak-rak atas.
"Kau tidak tahu di mana letak telurnya ya?" Tuan Muda mulai menyadari ke-tidak-pahaman Asha.
Gawattt!!
"Maaf Tuan."
Lagi- lagi Arga harus berdiri dan mulai mencari sendiri. Asha menggeser tubuhnya saat Asha hendak membuka laci di rak bawah. Ada tempat khusus untuk telur di sana.
"Letaknya ada di sini. Di ingat. Di hapalkan."
Kelihatan Arga kesal dengan minimnya pengetahuan Asha tentang letak bahan-bahan makanan di dapur. Lalu dia menyodorkan telur ayam itu dengan kaku.
"Iya Tuan." Asha menerima telur ayam pembuat mood tuan Muda jadi menjadi tidak baik itu.
Mana bisa tahu. Aku tidak pernah berada di dapur ini lebih dari 5 menit. Kalau tanya area laundry, baru aku paham.
Mie akhirnya selesai di masak. Asha membawa mangkok berisi mie itu dan meletakkan di depan Arga.
"Ini mie instan tadi?" tanya Arga melongok untuk melihat isi dalam mangkok.
"I-iya Tuan."
Ada yang salah. Ada yang tidak benar. Kenapa dahinya mengerut. Aku pasti bakal di marahi. Asha menunduk menyiapkan hati untuk di marahi. Dia tidak pernah membuatkan mie untuk Tuan Muda. Ini pertama kalinya. Dan dia tidak tahu bagaimana Bik Sumi biasa membuatkannya.
"Kuahnya kok bening?"
"Maaf Tuan. Saya baru pertama kali membuat mie instan untuk Tuan. Maaf." Langsung Asha membungkuk meminta maaf. Daripada diomeli duru baru minta maaf, lebih baik minta maaf sekarang baru diomeli nanti.
"Memangnya aku memarahi mu?"
Gak tahu. Tapi lihat muka nya pasti nanti bakal mau memarahi.
Asha menunduk.
"Aku tidak pernah lihat mie sebening ini. Makanya heran. Biasanya Bik Sumi atau yang lain bikin mie instan itu kuahnya keruh, paham?" Tuan muda memberi penjelasan.
"Iya Tuan."
Arga memakan mienya dengan lahap. Lapar kali. Tapi muka tetap tampan kok. Whoaaammm ... Asha hendak menguap. Ups, tapi untung tangannya menutup mulut secara otomatis. Ngantuk nih.
"Pergi dan tidurlah." Rupanya Tuan Muda lihat Asha yang menahan sekuat tenaga supaya tidak menguap.
"Saya tunggu Tuan Muda sudah selesai. Lalu mencuci mangkuknya." Asha tidak berani meninggalkan mangkok kotor di dapur. Bik sumi bakal marah.
"Kau pikir aku tidak bisa mencuci mangkok sendiri?" Tuan Muda tersinggung. Asha menunduk.
Busyet. Keliru lagi ngomongnya.
"Maaf Tuan."
"Sudahlah tidur sana. Kalau kau tertidur di sini memang siapa yang mau gendong?"
Siapa pula yang mau di gendong.
"Baik. Saya akan kembali ke kamar Saya. Terima kasih." Asha undur diri dan segera ke kamar untuk tidur dengan senang hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Wani Ihwani
aqu mampir ah tor,
2024-11-12
0
Khairul Azam
emang gitu ya minta maaf nya harus berulang" 🤭🤭
2024-07-04
0
Nethy Sunny
aku mau dong d gendong 🤣😅
2022-09-14
1