Hari minggu datang lagi. Tidak seperti biasa, Arga masih ngulet-ngulet di atas tempat tidurnya. Pagi ini Arga sudah bangun dan membersihkan diri. Lalu turun sambil sedikit canggung. Dia tak ingin pagi ini langsung berpapasan dengan Asha. Ini masih sangat pagi. Embun pagi masih ada. Semoga saja tidak bertemu
"Kenapa mengendap-endap?" tegur Paris. Membuat Arga setengah kaget.
"Tidak," jawab Arga datar.
"Ayo ke dapur."
"Aku belum mau sarapan."
"Bukan sarapan. Sarapan belum jadi. Kita mau bantuin Kak Asha."
Asha? Sepagi ini sudah akan bertemu dia?
Paris menggandeng kakak kesayangannya ke dapur. Di dapur Asha sedang menyiapkan teh hangat. Saat melihat kedatangan Arga dia membungkuk.
"Selamat pagi Tuan." sapanya seperti biasa. Sebenarnya Arga ragu. Tapi kekhawatiran Arga pudar. Asha baik-baik saja. Wajah marahnya tidak ada. Atau dia tetap menyimpannya di dalam hati?
"Bik sumi pulang kampung tadi shubuh. Ada telepon kalau ada saudaranya yang dari luar kota datang. Jadi tidak ada yang memasak," terang Paris.
"Kan ada dia," tunjuk Arga ke Asha dengan dagunya.
"Dia bukan koki. Gak bisa masak."
"Kenapa kerja di dapur?"
"Memangnya siapa yang membuat dia harus kerja di dapur padahal bukan keahliannya?" tanya Paris dengan wajah di buat polos. Dia tahu Arga yang membuat Asha terpaksa kerja di bagian dapur hanya karena keahliannya bisa masak mi instan. Semua gara-gara perkataan 'mi instan enak' itu.
"Kita makan di luar saja," jawab Arga enteng.
"Trus Kak Asha dan yang lain?"
"Ya, biarkan mereka masak sendiri di sini."
"Oke deh. Kak, ikut aku keluar ya." Arga terkejut Paris ngajak Asha. Padahal Arga tidak menyuruh Paris mengajaknya. Tapi Arga diam tak berkomentar.
"Saya di sini aja," kata Asha.
Dia pasti enggak mau ikut karena tahu aku yang ngajak. Padahal biasanya dia juga keluar berdua sama Paris. Pasti di sangat marah karena aku memperlakukannya seperti itu.
"Tidak, kita keluar aja. Coba kakak bilang sama yang lain, boleh pakai dapur selama gak ada Bi sumi." Paris pake jurus maksa lagi. Akhirnya Asha mengangguk dan keluar buat ngasih tahu pelayan yang lain. Tak lama Asha muncul lagi.
"Kak, pakai sepatu yok. Sekalian kita lari pagi." Asha ragu. Bukan karena gak punya sepatu kets tapi karena buat apa dandan seperti itu. Dia kan cuma pelayan yang nemenin majikan. Gak perlu dandan yang sama kayak majikan.
"Kak Asha jadi lemot deh. Ayo ke kamar aku." Paris menarik lengan Asha.
"Aku bisa memakai sepatuku sendiri," Sergah Asha membuat Paris berhenti menarik lengan nya.
"Oke dah. Cepetan yah." Asha berjalan ke kamarnya.
"Kakak juga pake sepatu gih. Kita bukan cuma keluar tapi olah raga juga."
"Malas."
"Kakak memang pemalas. Tapi jangan kali ini. Ayo cepet!" Arga terpaksa nurut sama adik kesayangannya itu. Jarang sekali Paris maksa-maksa manja gitu. Ada apa nih. Tak lama keduanya muncul dengan sepatu masing-masing. Asha enggak ganti kaos. Masih kaos yang tadi berwarna putih.
"Kak Asha gak ganti kaos?" Asha melihat ke arah kaos yang di pakainya.
"Aku harus ganti?" tanya Asha.
"Bawel nih. Udah ayo berangkat. Yang penting pake baju kan, gak usah yang ribet-ribet," sanggah Arga segera. Lalu Arga mendorong Paris keluar untuk masuk ke mobil. Asha mengikuti dari belakang. Paris duduk di belakang di ikuti Asha.
Bibir Arga tersenyum. Dia sadar ternyata kaosnya sama dengan Asha. Jadi mereka sama-sama pake kaos putih dan celana pendek bahan jeans berwarna biru muda. Sepatunya sama warna merah juga. Kayak jadi couple.
Kalau Asha sih karena punya itu aja. Satu-satunya sepatu kets yang dia beli pas kerja di rumah keluarga Hendarto.
"Kita ke alun-alun aja. Disana bisa olah raga sama makan," ujar Paris menyarankan. Arga mengiyakan.
Suasana Alun-alun kota sangat ramai apalagi hari minggu. Di sini kalau minggu bebas sama asap kendaraan. Karena kendaraan gak boleh kewat. Jalan utama di pakai untuk kebutuhan olah raga semua. Namanya Car Free Day. Untuk pengunjung yang bawa kendaraan juga parkirnya agak jauh dari alun-alun kota. Nyaman pokoknya disini.
"Kak, aku ada perlu sama teman." Asha panik.
Paris mau meninggalkan aku disini.
"Kamu ngajak kesini sengaja untuk kepentinganmu sendiri ya." Arga jadi tahu tujuan Paris sebenarnya. Paris nyengir.
"Sudahlah gak apa-apa. Kan aku kesininya sama Kakak bukan keluar sendiri. Sudah aku pergi dulu. Satu jam lagi aku balik. Nanti aku telpon ya..!!" teriak Paris hilang dalam kerumunan orang. Tinggal Asha berdua sama Arga. Bibir Asha komat kamit menggerutu.
Tuh bocah sialan! Tahu begini kan aku gak ikut. Di rumah aja tenang, apalagi gak ada majikan. Bisa santai. Lah ini..sama majikan gila ini.
"Kita lari dulu apa makan?" tanya Arga.
"Terserah Tuan. Saya hanya ikut."
"Emmm...ada yang perlu di koreksi nih."
Asha mengeram dalam hati. Pasti dia aneh-aneh nih.
"Bisa enggak di luar tidak perlu sebut Tuan. Cukup dengan nama saja. Arga."
"Itu tidak mungkin. Anda majikan saya, tidak mungkin saya..." tiba-tiba Arga mendekatkan wajahnya. Refleks Asha menghindar.
"Jangan bilang gak mungkin. Barusan aja aku mungkin mau menciummu lagi," kata Arga tersenyum nakal.
Deg, deg, deg! Kau benar-benar Tuan Muda yang sakit jiwa! Ini tempat umum!
Berarti kalau bukan tempat umum, boleh? Salah! Kamu gak punya hak mencium ku Tuan Muda gila! maki Asha dalam hati.
Aku benar-benar jadi liar kalau berduaan sama dia, pikir Arga sambil mengangkat alisnya.
"Lari apa makan dulu?" tanya Arga lagi.
"La-lari, Tu..." Arga noleh. No! Asha mendehem. Seperti ada yang nyangkut di tenggorokannya. Arga jadi seperti binatang buas yang siap menerkam.
"Lari dulu saja, Ar-Ar- Arga.." Asha bisa menyebut nama itu dengan canggung. Arga tersenyum puas.
"Ayo!"
Parisssss!! Ayo cepat kembali!
"Larinya jangan di belakangku. Kamu harus sejajar denganku." protes Tuan Muda.
"Anda kakinya..."
"Kamu..," ralat Arga.
"Ya, ka-kamu kakinya lebih panjang dari saya.."
"Aku...," ralat Arga lagi. Asha jadi kayak bayi. Di ajari satu persatu kata yang di ucapkan, "Ulangi. Seperti yang aku ajari." Hah? Hh.. Asha mengambil nafas panjang.
"Karena kamu kakinya lebih panjang dari aku. Jadinya aku gak bisa mengikuti." ulang Asha dengan sangat lancar karena sebal.
"Oh, gitu. Aku yang menyamakan larinya deh. Kakimu kan pendek," katanya dengan maksud meledek. Asha tersenyum terpaksa. Di tengah kerumunan orang muncul seseorang yang lama gak ketemu. Asha memekik dalam hati. Bahaya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Taengo
Gkgkgkgkg
2024-09-17
0
Vila Ahmad
senyum2 sendiri akuuuu.. asha yg digituin aku ikut baper😘😘😘
2022-12-28
2
Rokesih Esi
haaa....cape deh majikan yg nakal
2022-08-03
0