Bab. 13 Pagi ini

Hari minggu datang lagi. Tidak seperti biasa, Arga masih ngulet-ngulet di atas tempat tidurnya. Pagi ini Arga sudah bangun dan membersihkan diri. Lalu turun sambil sedikit canggung. Dia tak ingin pagi ini langsung berpapasan dengan Asha. Ini masih sangat pagi. Embun pagi masih ada. Semoga saja tidak bertemu

"Kenapa mengendap-endap?" tegur Paris. Membuat Arga setengah kaget.

"Tidak," jawab Arga datar.

"Ayo ke dapur."

"Aku belum mau sarapan."

"Bukan sarapan. Sarapan belum jadi. Kita mau bantuin Kak Asha."

Asha? Sepagi ini sudah akan bertemu dia?

Paris menggandeng kakak kesayangannya ke dapur. Di dapur Asha sedang menyiapkan teh hangat. Saat melihat kedatangan Arga dia membungkuk.

"Selamat pagi Tuan." sapanya seperti biasa. Sebenarnya Arga ragu. Tapi kekhawatiran Arga pudar. Asha baik-baik saja. Wajah marahnya tidak ada. Atau dia tetap menyimpannya di dalam hati?

"Bik sumi pulang kampung tadi shubuh. Ada telepon kalau ada saudaranya yang dari luar kota datang. Jadi tidak ada yang memasak," terang Paris.

"Kan ada dia," tunjuk Arga ke Asha dengan dagunya.

"Dia bukan koki. Gak bisa masak."

"Kenapa kerja di dapur?"

"Memangnya siapa yang membuat dia harus kerja di dapur padahal bukan keahliannya?" tanya Paris dengan wajah di buat polos. Dia tahu Arga yang membuat  Asha terpaksa kerja di bagian dapur hanya karena keahliannya bisa masak mi instan. Semua gara-gara perkataan 'mi instan enak' itu.

"Kita makan di luar saja," jawab Arga enteng.

"Trus Kak Asha dan yang lain?"

"Ya, biarkan mereka masak sendiri di sini."

"Oke deh. Kak, ikut aku keluar ya." Arga terkejut Paris ngajak Asha. Padahal Arga tidak menyuruh Paris mengajaknya. Tapi Arga diam tak berkomentar.

"Saya di sini aja," kata Asha.

Dia pasti enggak mau ikut karena tahu aku yang ngajak. Padahal biasanya dia juga keluar berdua sama Paris. Pasti di sangat marah karena aku memperlakukannya seperti itu.

"Tidak, kita keluar aja. Coba kakak bilang sama yang lain, boleh pakai dapur selama gak ada Bi sumi." Paris pake jurus maksa lagi. Akhirnya Asha mengangguk dan keluar buat ngasih tahu pelayan yang lain. Tak lama Asha muncul lagi.

"Kak, pakai sepatu yok. Sekalian kita lari pagi." Asha ragu. Bukan karena gak punya sepatu kets tapi karena buat apa dandan seperti itu. Dia kan cuma pelayan yang nemenin majikan. Gak perlu dandan yang sama kayak majikan.

"Kak Asha jadi lemot deh. Ayo ke kamar aku." Paris menarik lengan Asha.

"Aku bisa memakai sepatuku sendiri," Sergah Asha membuat Paris berhenti menarik lengan nya.

"Oke dah. Cepetan yah." Asha berjalan ke kamarnya.

"Kakak juga pake sepatu gih. Kita bukan cuma keluar tapi olah raga juga."

"Malas."

"Kakak memang pemalas. Tapi jangan kali ini. Ayo cepet!" Arga terpaksa nurut sama adik kesayangannya itu. Jarang sekali Paris maksa-maksa manja gitu. Ada apa nih. Tak lama keduanya muncul dengan sepatu masing-masing. Asha enggak ganti kaos. Masih kaos yang tadi berwarna putih.

"Kak Asha gak ganti kaos?" Asha melihat ke arah kaos yang di pakainya.

"Aku harus ganti?" tanya Asha.

"Bawel nih. Udah ayo berangkat. Yang penting pake baju kan, gak usah yang ribet-ribet," sanggah Arga segera. Lalu Arga mendorong Paris keluar untuk masuk ke mobil. Asha mengikuti dari belakang. Paris duduk di belakang di ikuti Asha.

Bibir Arga tersenyum. Dia sadar ternyata kaosnya sama dengan Asha. Jadi mereka sama-sama pake kaos putih dan celana pendek bahan jeans berwarna biru muda. Sepatunya sama warna merah juga. Kayak jadi couple.

Kalau Asha sih karena punya itu aja. Satu-satunya sepatu kets yang dia beli pas kerja di rumah keluarga Hendarto.

"Kita ke alun-alun aja. Disana bisa olah raga sama makan," ujar Paris menyarankan. Arga mengiyakan.

Suasana Alun-alun kota sangat ramai apalagi hari minggu. Di sini kalau minggu bebas sama asap kendaraan. Karena kendaraan gak boleh kewat. Jalan utama di pakai untuk kebutuhan olah raga semua. Namanya Car Free Day. Untuk pengunjung yang bawa kendaraan juga parkirnya agak jauh dari alun-alun kota. Nyaman pokoknya disini.

"Kak, aku ada perlu sama teman." Asha panik.

Paris mau meninggalkan aku disini.

"Kamu ngajak kesini sengaja untuk kepentinganmu sendiri ya." Arga jadi tahu tujuan Paris sebenarnya. Paris nyengir.

"Sudahlah gak apa-apa. Kan aku kesininya sama Kakak bukan keluar sendiri. Sudah aku pergi dulu. Satu jam lagi aku balik. Nanti aku telpon ya..!!" teriak Paris hilang dalam kerumunan orang. Tinggal Asha berdua sama Arga. Bibir Asha komat kamit menggerutu.

Tuh bocah sialan! Tahu begini kan aku gak ikut. Di rumah aja tenang, apalagi gak ada majikan. Bisa santai. Lah ini..sama majikan gila ini.

"Kita lari dulu apa makan?" tanya Arga.

"Terserah Tuan. Saya hanya ikut."

"Emmm...ada yang perlu di koreksi nih."

Asha mengeram dalam hati. Pasti dia aneh-aneh nih.

"Bisa enggak di luar tidak perlu sebut Tuan. Cukup dengan nama saja. Arga."

"Itu tidak mungkin. Anda majikan saya, tidak mungkin saya..." tiba-tiba Arga mendekatkan wajahnya. Refleks Asha menghindar.

"Jangan bilang gak mungkin. Barusan aja aku mungkin mau menciummu lagi," kata Arga tersenyum nakal.

Deg, deg, deg! Kau benar-benar Tuan Muda yang sakit jiwa! Ini tempat umum!

Berarti kalau bukan tempat umum, boleh? Salah! Kamu gak punya hak mencium ku Tuan Muda gila! maki Asha dalam hati.

Aku benar-benar jadi liar kalau berduaan sama dia, pikir Arga sambil mengangkat alisnya.

"Lari apa makan dulu?" tanya Arga lagi.

"La-lari, Tu..." Arga noleh. No! Asha mendehem. Seperti ada yang nyangkut di tenggorokannya. Arga jadi seperti binatang buas yang siap menerkam.

"Lari dulu saja, Ar-Ar- Arga.." Asha bisa menyebut nama itu dengan canggung. Arga tersenyum puas.

"Ayo!"

Parisssss!! Ayo cepat kembali!

"Larinya jangan di belakangku. Kamu harus sejajar denganku." protes Tuan Muda.

"Anda kakinya..."

"Kamu..," ralat Arga.

"Ya, ka-kamu kakinya lebih panjang dari saya.."

"Aku...," ralat Arga lagi. Asha jadi kayak bayi. Di ajari satu persatu kata yang di ucapkan, "Ulangi. Seperti yang aku ajari." Hah? Hh.. Asha mengambil nafas panjang.

"Karena kamu kakinya lebih panjang dari aku. Jadinya aku gak bisa mengikuti." ulang Asha dengan sangat lancar karena sebal.

"Oh, gitu. Aku yang menyamakan larinya deh. Kakimu kan pendek," katanya dengan maksud meledek. Asha tersenyum terpaksa. Di tengah kerumunan orang muncul seseorang yang lama gak ketemu. Asha memekik dalam hati. Bahaya!!!

Terpopuler

Comments

Vila Ahmad

Vila Ahmad

senyum2 sendiri akuuuu.. asha yg digituin aku ikut baper😘😘😘

2022-12-28

2

Rokesih Esi

Rokesih Esi

haaa....cape deh majikan yg nakal

2022-08-03

0

❣@Sha_Putrie❣

❣@Sha_Putrie❣

aku bacanya kisah paris dulu udah end langsung cuzz ke sini karena penasaran kisah asha & arga😍

2022-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!