Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea

Tuan besar dan nyonya Wardah sudah datang dari menginap di rumah saudara. Namun Bik Sumi belum datang. Jadi saat Nyonya Wardah memasak, Lagi-lagi Asha harus bekerja keras. Karena dia sangat canggung harus berada di dapur bersama Nyonya Wardah.

"Arga ... kamu sangat rajin sarapan sekarang," seru Nyonya Wardah bahagia melihat putranya turun dan duduk di meja makan. Biasanya dia turun dan masih sibuk dengan mengancingkan lengannya, kali ini dia sudah rapi.

Arga hanya mengangkat alis menganggap itu hal biasa. Mata Arga melihat Asha yang sibuk mencuci perabot yang sudah di pakai. Untuk soal mencuci, Asha mungkin bisa dan dikatakan ahli. Namun untuk memasak, apalagi di temani Nyonya, dia dibilang amatir. Lalu dia mengambil alih membuat jus jambu untuk Paris.

"Minta garpu," pinta Arga entah sama siapa. Nyonya Wardah tidak mendengar karena konsentrasi dengan acara memasaknya. Asha yang masih membuat jus buah lalu melihat ke meja makan. Arga mengangkat alis dengan maksud menyuruh Asha segera mengambilkannya.

"Garpu buat apa? Di depan itu ada," tegur Paris yang juga sudah muncul. Di atas meja memang sudah di siapkan garpu dan sendok.

"Ini kotor, aku mau ganti," jawab Arga tenang. Asha sudah ada di dekat meja makan, menyerahkan garpu ke tuan muda. Paris mencebik lihat kakaknya seperti sedang bermanja-manja. Arga menerima garpu itu tanpa mengucapkan apa-apa.

"Kakak, jus jambu ku sudah?" tanya Paris seperti biasa selalu ceria.

"Sudah. Saya tuang dulu ke gelas ya," kata Asha sambil senyum. Kemudian ke belakang meja dapur untuk menuangkan jus.

"Oke," sahut Paris. Mata Arga melihat perempuan itu. Tidak ada nomor baru masuk di ponselnya. Perempuan itu benar-benar mengabaikannya.

Siang,

Paris yang masih liburan sengaja main ke kantor Arga untuk melihat keadaan. Dia yakin Arga ada janji dengan Chelsea hari ini. Gadis ini selalu merasa kepo dengan keberadaan perempuan itu. Setelah menyakiti kakaknya itu dia tetap berani melenggang dengan tenang mengunjungi kakaknya. Paris juga tahu, Arga masih mencintainya. Makanya dia yakin Arga pasti menerima dengan suka cita apabila perempuan itu datang mengunjunginya.

"Hari ini chelsea mau kesana gak?" tanya Paris ke Rendra lewat telepon.

"Tidak," jawab Rendra.

"Oh ya? Jangan-jangan kalian sekongkol menyembunyikan kedatangan Chelsea." Seperti biasa Paris memaksa.

"Tidak," jawab Rendra masih dengan nada yang sama.

"Kamu tahu kan kalau Chelsea itu istri orang. Kalau publik tahu mereka ada hubungan, bagaimana tentang perusahaan nanti." Paris sok tahu nasib perusahaan. Padahal dia malas kalau harus membahas perusahaan dan masa depan. Karena Paris masih sekolah. Masih pengen senang-senang. Tidak mau pusing kepala mikirin perusahaan.

"Saya rasa tidak. Karena Direktur memang tidak ada hubungan apa-apa dengan nona Chelsea." Paris menggeram kesal.

"Kasih tahu aja kenapa, Ren ..."

"Tidak ada yang perlu di beritahukan, Nona. Direktur Arga memang tidak ada janji dengan Nona Chelsea." Rendra masih kekeuh. Kayak benteng yang kuat dan kokoh. Sekretaris Kakak memang gila.

"Aku kasih tahu Bunda aja kalau Kak Arga masih berhubungan dengan Chelsea."

"Jangan Nona." Rendra mulai terpancing. Paris senang.

"Kenapa?"

"Karena mereka berdua memang tidak ada hubungan apa-apa selain mantan." Hhh ... kan sama aja kayak tadi. Percuma cari informasi ke Rendra.

"Sudah deh, aku tutup. Terima kasih sudah kasih informasi yang tidak berguna."

Dan ini bencana buat Asha. Lagi-lagi Paris mengajak Asha ke kantor Arga. Paris modus bawa-bawa bekal segala. Dia sangat semangat ingin mengganggu Arga dan Chelsea.

"Kakak yang bawa bekalnya ya."

Ya memang iya. Kapan hari juga aku yang membawa tempat bekal ini. Halo tempat bekal, selamat berjumpa lagi dengan aku Asha.

"Kalau bisa aku gak ikut," ucap Asha hati-hati.

"Kenapa?" Paris heran. Asha mengusap daun telinganya sambil mengerjap berulang-ulang.

"Bik Sumi tidak ada, aku harus lebih sering di rumah," Asha beralasan.

"Takut sama Kak Arga?" Tebak Paris tepat. Asha nyengir aja.

"Itu tidak penting karena sudah ada bunda di sini. Kalau ini lebih gawat dan genting. Karena di kantor tidak ada yang menjaga Arga dari wanita itu," imbuh Paris. "Sama aku kakak biasa aja, sama kak Arga kok begitu?"

"Kakakmu itu selalu mengancam mau memecat ku setiap bertemu. Entah aku salah atau tidak dia selalu begitu. Ngaco gak sih. Ups, maaf." Asha menutup mulutnya karena keceplosan mengekspresikan diri. Paris cekikikan.

"Emang kakak punya salah?" tanya Paris.

"Aku gak paham."

"Kenapa kakak jadi suka ngancam begitu. Meskipun terlihat kaku, kakak tidak pernah sengaja meneror pegawai di rumah ini dengan kata akan memecatnya secara terus menerus seperti itu," ucap Paris yang memiringkan kepala karena sedang berpikir. Asha mengedikkan bahunya.

Walau menolak bagaimanapun Paris tetap memaksa mengajak Asha ke kantor kakaknya. Lalu sampailah mereka berdua di depan pintu ruangan Arga. Asha menghela nafas panjang.

"Perlu ya, ambil napas panjang begitu?" tegur Paris. Asha tersenyum sambil mengangkat alisnya pertanda setuju kalau memang apa yang di lakukannya sangat di butuhkan.

"Kayak mau masuk ke kandang macan," ujar Asha. Lagi-lagi Paris cekikikan mendengar kalimat Asha. Menurutnya Asha sangat humoris. Walaupun bukan maksud melawak.

Ternyata di ruangan kakaknya sepi tidak ada orang. Paris celingukan mencari kakaknya. Dia tidak bisa menemukan kakaknya. Ponselnya di telfon tapi masih saja tidak di terima. Arga seperti menghilangkan diri.

"Kakak tunggu di sini. Aku keluar dulu." kata Paris tapi tangan Asha langsung  mencegah bola matanya melebar.

"Aku ikut kamu. Jangan tinggalkan aku." Asha menekankan pada kata 'jangan tinggalkan aku'. Asha tidak ingin lagi di tinggal-tinggal sama anak ini.

"Aku mau ke toilet, memangnya kakak mau ikut?"

"Terserah. Mau kemana saja aku akan ikut," kata Asha sangat serius. Dia tidak perduli.

"Kakak mengerikan." Paris terbahak-bahak. Asha meringis saja.

"Sudah, kakak di sini saja. Aku tidak mau di ikuti kakak. Nanti kalau ada kak Arga, kakak bisa memberi bekalnya sambil mengawasi dia dengan Chelsea atau enggak. Oke?" Paris melenggang keluar ruangan meninggalkan Asha yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi. Dan itu bakal terjadi karena ini ruang kerjanya Tuan muda itu.

Asha hanya duduk di sofa sambil memperhatikan ruangan ini dengan seksama. Dia tidak tahu lagi mau ngapain. Tidak berani bangkit dari tempat duduknya karena bisa saja tiba-tiba empu ruangan ini datang.

Cklek!

Seseorang membuka pintu. Dada Asha sudah bergemuruh membayangkan tuan muda datang.

"Kamu disini?" tanya Rendra. Hh ... Asha menghela nafas lega. Lalu berdiri sambil memberi hormat.

"Selamat siang."

"Siang. Kamu di sini bersama Nona Paris?" tanya Rendra yang sudah tahu nona penuh dengan keingintahuan itu akan tiba di sini.

"Iya." Ternyata Rendra hanya akan mengambil dokumen di atas meja lalu kembali keluar ruangan.

"Kamu tetap di sini?" tanya Rendra ingin tahu. Ini ruang kerja direktur Arga, tidak semua orang boleh berada di sini, tidak terkecuali pelayan dari rumah ini.

"Nona Paris akan kembali dari toilet. Saya di suruh menunggu di sini," jawab Asha masih tetap berdiri. Rendra diam sejenak seraya melihat ke arah Asha.

"Baiklah. Usahakan jangan menyentuh apapun kecuali benda milikmu," tegas Rendra. Bagaimanapun ini ruangan direktur. Banyak dokumen penting yang tersimpan di sini. Bisa saja pelayan yang sedang menekuk tubuhnya itu akan berbuat curang dan merugikan perusahaan. Sementara yang melihat ada orang asing di dalam sini adalah Rendra. Kesalahan bisa langsung di arahkan ke Rendra yang punya hak keluar masuk ruang direktur ini. "Perhatikan baik-baik perkataanku," kata Rendra kaku lalu pergi keluar sambil menutup pintu.

Di luar, Rendra menitipkan pesan kepada sekretaris Arga, untuk selalu memperhatikan ruangan direktur. Selepas sekretaris itu pergi Asha bisa duduk lagi di sofa.

Dia mencurigai aku. Wajar sih ini bukan rumahku yang isinya tidak terlalu bernilai bagi orang-orang kelas atas seperti mereka.

Pintu terbuka lagi. Kali ini bukan Rendra, dia... Chelsea.

Terpopuler

Comments

Upit Fianti

Upit Fianti

😎😎

2023-11-06

0

Rokesih Esi

Rokesih Esi

hadeeeuuu biang nya datang lg

2022-08-03

0

❣@Sha_Putrie❣

❣@Sha_Putrie❣

chelsea sepertinya MERIYANG ya thor,merindukan kasih sayang😂😂

2022-07-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!