Bab. 10 Mantan

Setelah acara pertemuan pertama Asha dengan Paris di rumah ini, Paris sering menghampiri Asha mengajak ngobrol. Paris jadi seperti adik perempuan yang mengikuti kemana saja. Sekolahnya lagi libur makanya dia bisa pulang.

Siang ini Paris ngajak Asha keluar. Padahal masih jam kerja, tapi Paris memaksanya ikut. Sebagai pelayan yang tahu tanggung jawab, Asha menolak. Tapi Paris memaksakan kehendak dan merajuk ke Bundanya.

"Kak Asha aku ajak keluar, Bun" pinta Paris. Nyonya Wardah melihat Asha yang masih mencuci piring. Berpura-pura tidak dengar.

"Asha masih ada kerjaan."

"Biar Bik sumi yang gantiin." Paris tetap maksa.

"Asha, ikut Paris keluar dah," pinta Nyonya Wardah akhirnya mengalah.

"Maaf nyonya. Jam bebas saya masih nanti jam 7 malam." Jelas Asha menolak. Nona muda itu bikin pusing. Bisa bisa Tuan Mudanya bakal melayangkan surat pemecatan kalau dengar ini.

"Denger Paris? Asha itu memang pegawai yang bertanggung jawab. Jangan ngajak-ngajak seenaknya begitu," kata Bunda.

"Ah, Bunda. Yang ngajak kan Paris, bukan orang lain. Jadi kak Asha itu masih bisa di sebut kerja. Bukan pergi buat bolos kerja. Bener kan Bik Sumi?" Bik sumi

mengangguk pelan. Yang nanya majikan jadi iya aja jawabnya. Jangan tidak. Asha tetap menyelesaikan mencuci piringnya. Dia tidak mau denger ocehan Nona Muda yang masih SMA itu.

"Tuuuuhhh ... Kak Asha sudah selesai nyuci piring. Berarti bisa di ajak keluar nih." Paris girang. Aduh! Asha menyesal menyelesaikan dengan cepat. Bocah itu maksa banget mau ngajak keluar.

Dan begitulah kenapa Asha bisa keluar pada jam jam kerja. Seneng sih bisa keluar pada jam segini tapi kan tidak enak sama pelayan yang lain. Apalagi Asha tergolong baru daripada pelayan yang lain. Pasti nanti ada yang menggunjing di belakang. Ada yang ngiri atau apalah. Dikiranya Asha menjilat ke majikan. Dari pelayan area laundry jadi pelayan di dapur. Meskipun sama-sama jadi pembantu. Tapi buat mereka bisa bekerja di dalam rumah itu agak mewah.

Padahal menurut Asha sama-sama pembantu kenapa direpotkan. Entah di dalam rumah maupun di luar inti rumah. Malah lebih enak kerja di area laundry. Tidak di awasi terus sama majikan. Yah ... Nyonya wardah bukan tipe majikan yang bossy sih. Beliau ramah, baik hati dan lembut. Mungkin itu pelayan di rumah pengen deket sama Nyonya yang seperti malaikat itu.

Dari sekian tempat, kenapa harus ke sini, sih.

Ternyata Paris mengajaknya ke kantor Arga dan Asha semakin tidak tenang. Bagaimana bisa tenang. Kalau ketemu Tuan Muda bisa-bisa kalimat pemecatan tanpa dasar yang kuat akan muncul lagi.

"Kok kesini Non?" tanya Asha

"Panggil Paris aja." ralat Paris.

"Gak bisa. Saya pelayan rumah." bantah Asha datar.

"Kita di luar. Kakak gak perlu formal."

"Itu tidak sopan."

"Sopan kok. Enggak masalah," ujar Paris maksa. Paris memang gampang maksa, tapi dengan cara yang unik.

"Oke. Parisssss ..." Asha mengalah. Paris memberi jempolnya dari samping. Kaki mereka terus melangkah menuju ke dalam perusahaan. Dan Asha semakin tidak tenang. Mereka berdua bergerak ke arah lift. Asha yang sedikit takut naik lift mendekat ke dinding.

"Kenapa Kak?" tanya Paris.

"Kalau berdiri di tengah, aku merasa pusing dan mual. Harus bersandar seperti ini."

"Fobia? Claustrophobia?" Paris menyebut salah satu fobia ruang sempit.

"Mungkin semacam itu, tapi gak parah." Asha menghela nafas berkali kali seperti kehabisan oksigen. Pintu lift terbuka. Mereka sampai di lantai paling atas.

"Selamat siang, nona ...," sapa karyawan yang melihat Nona Muda pemilik perusahaan datang.

Tring!

Pintu lift terbuka lagi. Semua mata memandang ke arah pintu lift. Seseorang keluar dari sana. Paris dan Asha membalikkan badan. Seseorang itu sungguh mempunyai sinar yang sangat menyilaukan mata. Tidak ada yang tidak melihat saat itu. Semua mata menatap ke arahnya.

Dia, wanita yang sangat memukau. Bodi nya coke bottle. Wajahnya cantik. Dengan tinggi yang lumayan dia layaknya model.

Wow.. cup D, batin Asha terpana.

"Hai, Paris. Lama sekali tidak jumpa," sapanya lembut.

"Ya. Sejak kamu tinggalkan kakakku seperti itu," sahut Paris dengan senyuman palsu tersungging di bibirnya. Wanita itu tersenyum juga.

"Kamu tetap Paris yang dulu rupanya." Lalu dia memeluk Paris erat. Paris menerima pelukan dengan tak bersemangat. Tapi dia tetap menerimanya. Asha melihat wanita itu agak lama.

Jadi dia adalah mantan kekasih kakaknya. Yah, memang pantas lah ... sebagai mantan Tuan Muda yang tampan itu.

"Kamu mau menemui kakakmu?" tanya wanita itu.

"Kamu?" tanya Paris tanpa menjawab pertanyaan Chelsea.

"Aku memang datang untuk menemui kakakmu."

"Memangnya masih ada perlu?" pertanyaan sinis dari Paris.

"Kalau mau di sebutkan, aku punya banyak daftar keperluan dengan dia." Chelsea tersenyum lembut. Dia tangguh melawan Paris. Dan ini membuat Paris mengangguk . Tapi sebenarnya muak. Asha melihat itu.

"Kenapa harus sendiri bukan dengan Kak Evan? Dia kan suami mu." Paris terus memaksa melontarkan pertanyaan karena tidak sukanya ke wanita di depannya itu.

"Hmm ... Aku punya alasan sendiri. Aku duluan." Wanita itu tetap menjawab semua pertanyaan Paris dengan senyuman lembut.

Asha dengar umpatan-umpatan pelan dari bibir gadis di sebelahnya. Tanpa bicara Paris balik menuju lift. Asha bernafas lega. Akhirnya dia tidak jadi bertemu Yang Mulia Arga.

Cerita tentang seorang wanita bernama Chelsea kembali menyeruak di dalam kantor. Semua tentang wanita itu muncul ke permukaan. Semua orang sedang membicarakannya.

Meskipun banyak yang membicarakan Chelsea, tapi ada juga yang enggan. Seperti Rendra sekretaris direktur. Sejak kedatangan Chelsea dia diam tak mengeluarkan perkataan apa-apa selain yang di suruh direktur Arga. Dan masih banyak lagi bawahan yang dasarnya gak kepo enggan membahas ke datangan Chelsea ke perusahaan.

Mereka menutup mulut rapat-rapat soal yang menyangkut direktur. Atau juga mereka hanya orang yang malas membicarakan orang lain karena kehidupan sendiri sudah semrawut. Jadi menjalani hidup cukup mengurusi masalah sendiri daripada menggunjing.

Terpopuler

Comments

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

hampir lupa komen

2023-06-16

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

ohhh jadi di tinggal kawin toh si Arga..

2022-09-05

1

Rokesih Esi

Rokesih Esi

ya mulai ada batuvkerikul kecil

2022-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!