Bab. 6 Perkelahian di gang

Saat ini di kediaman keluarga Hendarto, majikan Asha...

.

Asha masih saja memanfaatkan jam malam bebas pelayan dengan baik untuk keluar rumah. Kalau harus terus menerus di dalam rumah rasanya tidak sanggup. Asha menyetujui bekerja di sini selain karena gaji yang memang menggiurkan juga adanya jam malam seperti ini. Meskipun hanya dari sekitar jam enam sampai jam sepuluh itu sangat bermanfaat.

Kali ini Rike ikut. Gadis yang masih umur lima belas tahunan ini sangat bersemangat untuk ikut Asha.

"Hati-hati ya kalian berdua," pesan Bik sumi sebelum mereka berangkat.

"Iya. Pasti Bik." jawab Asha pasti. Mereka berangkat naik mobil online. Tapi bukan di tujukan ke kediaman nyonya Wardah, tapi ke jalan agak jauh dari rumah. Supaya orang-orang itu tidak tahu kalau mereka keluar dari rumah mewah itu.

Rike merasa sangat bergembira ria di ajak jalan-jalan sama Asha. Kalau biasanya dia diam saja di dalam rumah pelayan karena tidak ada yang mengajaknya. Dan juga karena tidak ada pelayan yang sebaya dengannya. Hampir semua pelayan tua.

Mereka sampai di depan outlet-outlet beraneka ragam yang berada di pusat keramaian di dekat Mall terbesar di kota ini.

"Mbak ... aku seneng banget lihat lihat begini," ujar Rike senang. Asha mengajaknya berjalan menyusuri cafe-cafe yang berjajar sepanjang jalan. Mata gadis muda itu berbinar indah. Asha ikut merasa senang melihat gadis itu menyukai tempat yang di pilihnya.

"Ayo kita beli sesuatu untuk di makan  di rumah." Asha memberi ide. Rumah bagi mereka yang bekerja ini adalah rumah keluarga Hendarto. Asha dan Rike bolak-balik masuk toko buat nyari barang murah. Sebenarnya Asha mau ngajak Rike untuk coba makan di cafe, tapi tidak jadi, karena ingat tabungan harus banyak isinya.

"Ada telur gulung. Beli yok," ajak Asha girang.

"Aku beli cilok aja, Mbak," tunjuk Rike di sebelah gerobak orang jual telur gulung. Jadi mereka sama-sama mengantri di depan gerobak cemilan murah meriah yang sangat di sukai rakyat di level bawah seperti mereka. Sebelum pulang mereka jalan-jalan dulu sambil menunggu angkot lewat.

Di sudut jalan, Asha melihat bayangan orang. Lalu terdengar dentuman yang sangat di pahami Asha itu apa. Sedang ada perkelahian di gang itu. Asha mempercepat jalannya di ikuti Rike yang agak kewalahan. Seorang cewek sedang melawan dua orang cowok. Sepertinya cewek itu mulai kewalahan.

"Rike, diam di sini. Sembunyi. Jangan muncul kalau aku enggak mengajakmu." Mendengar peringatan seperti itu Rike malah mengencangkan pegangan ke lengan Asha.

"Takut mbak...,"

"Jangan takut. Kamu pokoknya di sini saja. Tetap bersembunyi, ya...," Asha mencoba meyakinkan. Perlahan Rike melepaskan pegangannya. Lalu dia segera melesat mendekati perkelahian itu. Jelas perkelahian yang berat sebelah. Asha menendang salah satu cowok yang paling dekat dengannya. Karena tak ada persiapan akan di serang dari belakang, cowok itu terguling ke depan.

"Hei, apa-apaan kau?!" teriak temen satunya kaget. Tapi kemudian dia sedikit ragu meneruskan perlawanan. Karena dengan sekali tendangan saja, temannya jatuh terguling.

Waduh, dia lebih kuat. Mungkin seperti itu pikiran cowok itu saat ini. Jadi setelah membantu temannya bangun dari jatuh tadi, mereka lari. Cewek yang tengah di serang tadi tersenyum menyambut kedatangan Asha.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Asha.

"Tidak apa-apa. Aman kok," kata gadis cantik itu memberi kode dia bahwa dia baik-baik saja. Asha mengangguk paham. Selang beberapa menit setelah orang-orang itu pergi, muncul Rike. Ternyata Rike membuntuti Asha dari belakang.

"Mbak....," katanya merajuk. Karena sempat khawatir dan takut tadi melihat perkelahian ini dia malah mendekati Asha.

"Kamu bandel. Di bilang jangan ke sini."

"Tapi kan orang-orang tadi sudah gak ada," kilah Rike membuat Asha perlu menjitak kepala Rike dengan gemas. Rike hanya tersenyum manja.

"Terima kasih ya," ujar cewek itu.

"Oke."

"Kok tahu kalau mereka orang jahat?"

"Enggak. Enggak tahu. Cuma lihat pertarungan 2 lawan 1 sungguh tidak adil rasanya, makanya aku mau membantu," ucap Asha nyantai. Tapi bikin cewek itu ngakak.

"Hahaha... Beneran cuma itu alasannya?" tanya cewek itu heran.

"Memangnya ada alasan lain?"

"Hahaha.. simple banget cara pikirnya." Gadis itu ketawa lagi. "Kenalin aku Paris." Gadis itu mengulurkan tangan.

"Asha." Tangan Asha segera menyambut.

"Karena sepertinya aku lebih muda, lebih baik aku memanggil kakak." Tiba-tiba saja gadis itu menetapkan panggilan untuk Asha. Asha membiarkan gadis itu mengatur sendiri sesuka hati.

"Kelihatan ya kalau sudah tua?" pertanyaan ini membuat dia ketawa lagi.

"Iya. Dikit tapi." Gadis bernama Paris itu menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya. Mereka berdua jadi seperti orang yang sudah kenal lama. Asha berpikir cewek ini ramah juga.

"Adeknya?" tanya cewek itu saat melihat Rike di sebelah Asha.

"Bisa di bilang begitu sih. Tapi sebenarnya kita rekan kerja," jawab Asha yang di tambahi anggukan Rike.

"Rekan kerja? Kerja apaan?" Paris ingin tahu.

"Ya...gitu deh." Asha tidak menjawab secara jujur. Peraturan pekerja dari keluarga Hendarto adalah jangan memakai nama keluarga hendarto jika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Gadis itu sebenarnya masih penasaran. Tapi dia mencoba menghormati keputusan Asha. Apalagi mereka bukan orang yang sudah dekat. Mereka hanya saja tak sengaja bertemu di jalan.

"Bagaimana kalau kita bertiga makan dulu." tawar gadis itu.

"Wah.. makan kak," kata Rike semangat. Asha nyengir. Enak sih. Tapi masak iya baru kenal udah mau di ajak makan. Itu tidak nyaman.

"Sebagai tanda terima kasih," ujar cewek itu mengerti kau Asha ragu karena baru kenal.  Asha tergiur.

"Boleh deh." Lalu mereka bertiga menuju ke salah satu cafe di pertokoan tadi. Akhirnya bisa makan enak tanpa mengeluarkan uang. Jadi uang di tabungan bisa terselamatkan. Horeeee!! Di dalam cafe mereka bertiga makan dengan lahap.

"Kakak bisa bela diri?"

"Ya...seperti itulah...," Asha seperti tidak mau membahas itu. "Kamu sendiri pasti juga bisa kan?"

"Enggak terlalu sih."

"Mbk Asha tadi kayak jagoan. Hebat!" Rike mengacungkan jempol dengan bangga. Asha tersenyum.

"Terus kenapa sampai di keroyok dua cowok tadi?"

"Mereka aja kurang kerjaan," Kata Paris dengan mata ngeles. Dia merasa tidak bercerita tentang alasan di balik perkelahian tadi. Di tengah jalan tadi dia melihat dua cowok yang sedang iseng mempermainkan seorang kakek yang berjualan di kios kecil. Lalu Paris menendang kaleng kosong bekas minumannya dan mengenai mereka berdua.

Setelah kenyang mereka keluar cafe.

"Ya sudah. Kita pergi dulu. Awas ketemu mereka lagi lho. Mending segera pulang." ingat Asha khawatir.

"Oke terima kasih," katanya dengan tersenyum cantik.

"Ayo Ke, pulang. Kita naik 'go car' aja biar cepat."

"Iya wes." lalu Asha memesan lewat aplikasi.

Terpopuler

Comments

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

kali kedua baca novel mu thor

2022-12-02

1

Rokesih Esi

Rokesih Esi

mulai melebar ada paris ada yg lain jg

2022-08-03

0

MeiSudarmini Soegi

MeiSudarmini Soegi

sempol, cireng, telur gulung, cilor, cilok,
mumer, membahagiakan jiwa berdompet tipis.. 😁

2022-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!