Saat ini di kediaman keluarga Hendarto, majikan Asha...
.
Asha masih saja memanfaatkan jam malam bebas pelayan dengan baik untuk keluar rumah. Kalau harus terus menerus di dalam rumah rasanya tidak sanggup. Asha menyetujui bekerja di sini selain karena gaji yang memang menggiurkan juga adanya jam malam seperti ini. Meskipun hanya dari sekitar jam enam sampai jam sepuluh itu sangat bermanfaat.
Kali ini Rike ikut. Gadis yang masih umur lima belas tahunan ini sangat bersemangat untuk ikut Asha.
"Hati-hati ya kalian berdua," pesan Bik sumi sebelum mereka berangkat.
"Iya. Pasti Bik." jawab Asha pasti. Mereka berangkat naik mobil online. Tapi bukan di tujukan ke kediaman nyonya Wardah, tapi ke jalan agak jauh dari rumah. Supaya orang-orang itu tidak tahu kalau mereka keluar dari rumah mewah itu.
Rike merasa sangat bergembira ria di ajak jalan-jalan sama Asha. Kalau biasanya dia diam saja di dalam rumah pelayan karena tidak ada yang mengajaknya. Dan juga karena tidak ada pelayan yang sebaya dengannya. Hampir semua pelayan tua.
Mereka sampai di depan outlet-outlet beraneka ragam yang berada di pusat keramaian di dekat Mall terbesar di kota ini.
"Mbak ... aku seneng banget lihat lihat begini," ujar Rike senang. Asha mengajaknya berjalan menyusuri cafe-cafe yang berjajar sepanjang jalan. Mata gadis muda itu berbinar indah. Asha ikut merasa senang melihat gadis itu menyukai tempat yang di pilihnya.
"Ayo kita beli sesuatu untuk di makan di rumah." Asha memberi ide. Rumah bagi mereka yang bekerja ini adalah rumah keluarga Hendarto. Asha dan Rike bolak-balik masuk toko buat nyari barang murah. Sebenarnya Asha mau ngajak Rike untuk coba makan di cafe, tapi tidak jadi, karena ingat tabungan harus banyak isinya.
"Ada telur gulung. Beli yok," ajak Asha girang.
"Aku beli cilok aja, Mbak," tunjuk Rike di sebelah gerobak orang jual telur gulung. Jadi mereka sama-sama mengantri di depan gerobak cemilan murah meriah yang sangat di sukai rakyat di level bawah seperti mereka. Sebelum pulang mereka jalan-jalan dulu sambil menunggu angkot lewat.
Di sudut jalan, Asha melihat bayangan orang. Lalu terdengar dentuman yang sangat di pahami Asha itu apa. Sedang ada perkelahian di gang itu. Asha mempercepat jalannya di ikuti Rike yang agak kewalahan. Seorang cewek sedang melawan dua orang cowok. Sepertinya cewek itu mulai kewalahan.
"Rike, diam di sini. Sembunyi. Jangan muncul kalau aku enggak mengajakmu." Mendengar peringatan seperti itu Rike malah mengencangkan pegangan ke lengan Asha.
"Takut mbak...,"
"Jangan takut. Kamu pokoknya di sini saja. Tetap bersembunyi, ya...," Asha mencoba meyakinkan. Perlahan Rike melepaskan pegangannya. Lalu dia segera melesat mendekati perkelahian itu. Jelas perkelahian yang berat sebelah. Asha menendang salah satu cowok yang paling dekat dengannya. Karena tak ada persiapan akan di serang dari belakang, cowok itu terguling ke depan.
"Hei, apa-apaan kau?!" teriak temen satunya kaget. Tapi kemudian dia sedikit ragu meneruskan perlawanan. Karena dengan sekali tendangan saja, temannya jatuh terguling.
Waduh, dia lebih kuat. Mungkin seperti itu pikiran cowok itu saat ini. Jadi setelah membantu temannya bangun dari jatuh tadi, mereka lari. Cewek yang tengah di serang tadi tersenyum menyambut kedatangan Asha.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Asha.
"Tidak apa-apa. Aman kok," kata gadis cantik itu memberi kode dia bahwa dia baik-baik saja. Asha mengangguk paham. Selang beberapa menit setelah orang-orang itu pergi, muncul Rike. Ternyata Rike membuntuti Asha dari belakang.
"Mbak....," katanya merajuk. Karena sempat khawatir dan takut tadi melihat perkelahian ini dia malah mendekati Asha.
"Kamu bandel. Di bilang jangan ke sini."
"Tapi kan orang-orang tadi sudah gak ada," kilah Rike membuat Asha perlu menjitak kepala Rike dengan gemas. Rike hanya tersenyum manja.
"Terima kasih ya," ujar cewek itu.
"Oke."
"Kok tahu kalau mereka orang jahat?"
"Enggak. Enggak tahu. Cuma lihat pertarungan 2 lawan 1 sungguh tidak adil rasanya, makanya aku mau membantu," ucap Asha nyantai. Tapi bikin cewek itu ngakak.
"Hahaha... Beneran cuma itu alasannya?" tanya cewek itu heran.
"Memangnya ada alasan lain?"
"Hahaha.. simple banget cara pikirnya." Gadis itu ketawa lagi. "Kenalin aku Paris." Gadis itu mengulurkan tangan.
"Asha." Tangan Asha segera menyambut.
"Karena sepertinya aku lebih muda, lebih baik aku memanggil kakak." Tiba-tiba saja gadis itu menetapkan panggilan untuk Asha. Asha membiarkan gadis itu mengatur sendiri sesuka hati.
"Kelihatan ya kalau sudah tua?" pertanyaan ini membuat dia ketawa lagi.
"Iya. Dikit tapi." Gadis bernama Paris itu menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya. Mereka berdua jadi seperti orang yang sudah kenal lama. Asha berpikir cewek ini ramah juga.
"Adeknya?" tanya cewek itu saat melihat Rike di sebelah Asha.
"Bisa di bilang begitu sih. Tapi sebenarnya kita rekan kerja," jawab Asha yang di tambahi anggukan Rike.
"Rekan kerja? Kerja apaan?" Paris ingin tahu.
"Ya...gitu deh." Asha tidak menjawab secara jujur. Peraturan pekerja dari keluarga Hendarto adalah jangan memakai nama keluarga hendarto jika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Gadis itu sebenarnya masih penasaran. Tapi dia mencoba menghormati keputusan Asha. Apalagi mereka bukan orang yang sudah dekat. Mereka hanya saja tak sengaja bertemu di jalan.
"Bagaimana kalau kita bertiga makan dulu." tawar gadis itu.
"Wah.. makan kak," kata Rike semangat. Asha nyengir. Enak sih. Tapi masak iya baru kenal udah mau di ajak makan. Itu tidak nyaman.
"Sebagai tanda terima kasih," ujar cewek itu mengerti kau Asha ragu karena baru kenal. Asha tergiur.
"Boleh deh." Lalu mereka bertiga menuju ke salah satu cafe di pertokoan tadi. Akhirnya bisa makan enak tanpa mengeluarkan uang. Jadi uang di tabungan bisa terselamatkan. Horeeee!! Di dalam cafe mereka bertiga makan dengan lahap.
"Kakak bisa bela diri?"
"Ya...seperti itulah...," Asha seperti tidak mau membahas itu. "Kamu sendiri pasti juga bisa kan?"
"Enggak terlalu sih."
"Mbk Asha tadi kayak jagoan. Hebat!" Rike mengacungkan jempol dengan bangga. Asha tersenyum.
"Terus kenapa sampai di keroyok dua cowok tadi?"
"Mereka aja kurang kerjaan," Kata Paris dengan mata ngeles. Dia merasa tidak bercerita tentang alasan di balik perkelahian tadi. Di tengah jalan tadi dia melihat dua cowok yang sedang iseng mempermainkan seorang kakek yang berjualan di kios kecil. Lalu Paris menendang kaleng kosong bekas minumannya dan mengenai mereka berdua.
Setelah kenyang mereka keluar cafe.
"Ya sudah. Kita pergi dulu. Awas ketemu mereka lagi lho. Mending segera pulang." ingat Asha khawatir.
"Oke terima kasih," katanya dengan tersenyum cantik.
"Ayo Ke, pulang. Kita naik 'go car' aja biar cepat."
"Iya wes." lalu Asha memesan lewat aplikasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
kali kedua baca novel mu thor
2022-12-02
1
Rokesih Esi
mulai melebar ada paris ada yg lain jg
2022-08-03
0
MeiSudarmini Soegi
sempol, cireng, telur gulung, cilor, cilok,
mumer, membahagiakan jiwa berdompet tipis.. 😁
2022-06-14
0