Bab. 2 Dia tadi malam

Arga teringat lagi kejadian tadi malam, yang membuatnya sampai harus bangun pagi-pagi dan mencari seseorang itu.

Duk! Duk!

Asha mendribble bola lalu menghindari dua penghadang dan ... Shoot!! Bola masuk ke keranjang.

"Bagus Sha!!" teriak Andre kegirangan. Asha mengangkat kedua alisnya. Seperti berkata 'itu sudah biasa'. Lalu dia tersenyum senang.

"Tos dulu." Andre memberikan lima jarinya. Asha menerimanya. Tap! Andre tertawa bangga dapat partner main basket seperti Asha.

"Eh, stop dulu. Capek," kata Deni.

"Alasan kau, Den. Bilang aja nyerah!" Andre tidak terima. Deni tidak menggubris ejekan Andre Lalu merebahkan tubuhnya di lantai lapangan basket begitu aja karena memang lagi capek.

"Selesai nih?" tanya Cakra.

"Ya berhenti dah. Deni capek," kata Asha sambil ikutan duduk di sebelah Deni yang rebahan.

"Sha, jangan berhenti. Kita bisa kalahin mereka lagi." Andre masih semangat.

"Udah! Aku capek! Karena tenagamu masih ada ambilin air, gih!" Asha mengibaskan tangannya menyuruh Andre mengambil botol air di dekat tasnya.

"Nih," Cakra melempar botol air ke Asha lalu ke Deni. Dengan sigap Asha menangkapnya

"Kapan kamu mengambilnya?" tanya Asha heran.

"Kamu ribut sama Andre jadi enggak liat aku kesana." Asha manggut-manggut. Ponsel di tangan Cakra berdering.

"Halo ...," sapa Cakra menerima panggilan telepon itu. lalu dia berjalan agak menjauh sambil terus menjawab telepon. Deni malah menutup matanya di lantai. Andre ikutan merebahkan tubuhnya disana. Asha berdiri mendekati tasnya yang ada di pinggir lap. Tangannya mencari-cari handphone di dalam tas.

20.22 wib.

Kurang 1 jam-an lagi harus pulang.

"Sha. Aku keluar bentar!" teriak Cakra, Asha mengangkat tangan tanda oke. Lalu Cakra keluar. Malam ini mereka berempat lagi main basket di lapangan basket tempat sekolah dulu. Cakra yang merupakan anak kepala sekolah, meminta ijin ke satpam untuk meminjam lapangan basket.

Sebelum Cakra keluar dari gedung sekolah, muncul seseorang. Asha mendelik melihat siapa yang datang. Segera Asha meraih ranselnya dengan cepat dan bergegas pergi untuk menghindar, tapi tidak ada jalan lain selain pintu yang di lewati Cakra.

Asha mendongak untuk melihat siapa yang datang sebagai tamu Cakra. Mata Asha terbelalak panik melihat lelaki itu semakin mendekat dan masuk ke Lapangan Basket. Dia muncul dengan pakaian biasa. Kaos oblong dan celana pendek. Tapi karena dasarnya adalah Tuan Muda, dia terlihat mencolok di antara yang lain. Walaupun tidak sering bertemu dengan anak majikannya itu, Asha pernah bertemu sekitar dua kali.

Bagaimana bisa ada Tuan Muda disini?

Asha hendak kabur, tidak mungkin. Lapangan basket outdoor ini hanya punya satu pintu. Yaitu pintu di belakang Lelaki itu. Dia di temani Rendra Sekretaris setianya. Begitu yang di dengar dari Bik Sumi.

"Hai," Cakra menyapa dengan santai saat menyambut Tuan Muda.

"Hai. Gimana klub basketmu?" tanya laki-laki itu setengah mengejek karena Cakra sangat menyukai basket. Cakra tertawa mendengar ejekan si Tuan Muda.

"Lancar ... Gimana kalau kita main-main sebentar. Mumpung kamu ada di sini. Jarang jarang melihat tuan muda ini muncul." Cakra menepuk dada Tuan Muda pelan

"Aku hanya melihat-lihat. Ajak sekretaris ku Rendra saja." Arga menolak.

"Ayolah Ga ... Teman lama ngajak main jangan di tolak," kata Cakra merajuk. Sekretaris Ren, diam. Tentu saja dia diam bagaimana mungkin dia menolak perintah tuannya. Arga juga diam. Sebenarnya dia malas bergerak hari ini.

"Baiklah ...," kata Arga malas.

"Sha!" Panggil Cakra membuat Asha meringis kesel. Aduh! Asha diam. Pura-pura tidak dengar.

"Ngapain di situ?" tanya Cakra. Asha berdiri di pojok sambil bawa ransel. "Kok bawa ransel? Kamu sudah mau pulang?" tanya Cakra lagi.

"Iya." Akhirnya Asha membalikkan tubuhnya sambil menunduk.

"Ga, kenalin temenku ...," Cakra mencoba memperkenalkan. Laki-laki bernama Arga menatap Asha lurus. Merasa pernah lihat.

"Kenapa Ga?" tanya Cakra heran. Arga diam, "Kamu kenal sama dia?"

"Tidak." Arga menjawabnya dengan yakin. Asha diam saja.

"Kenalin gih ...," Arga mengulurkan tangannya. Dengan ragu Asha menyambut tangan besar itu.

"Arga." Kedua mata itu menatapnya tajam. Asha yakin laki-laki di depannya itu tidak akan mengetahuinya dengan segera. Tapi tetap saja Asha merasa tidak nyaman.

"A-Ash....," Asha jadi terbata karena gemetar.

"Kok jadi gagap sih?" Cakra tertawa geli. Asha melirik tajam dengan tangan masih berjabat tangan.

"Aku Asha," ujar Asha akhirnya bisa menyelesaikan kalimatnya. Lalu segera melepas tangan Arga, tapi Arga sengaja tak mau melepasnya.

"Eh?" Asha panik. Arga segera melepaskan tangan Asha saat Cakra menyenggol bahunya.

"Terima kasih, Tu..." Asha segera menutup mulutnya.

Kenapa harus berterima kasih. Dia kan salah enggak mau melepaskan tanganku. Seharusnya aku marah bukan malah berterima kasih. Bodoh! Mulut ini jadi kebiasaan.

Arga mengamatinya. Asha berpaling muka. Pura-pura ngeliat ke arah lain.

Aduh, jangan menelitiku. Iya. Aku tahu. Anda pasti mengenaliku. Anda pasti tahu ini aku. Tapi aku berharap anda tidak mengenaliku.

Walaupun sebenarnya tidak dosa aku main di sini. Tapi itu tidak mungkin bagi anda.

"Dia bisa main basket?" tanya Arga meremehkan.

Ekpresimu itu ...  Aku paham. Aku tahu. Jadi aku tidak sakit hati atau apapun. Silahkan meremehkan dan merendahkan. Itu memang anda yang mulia..

"Ya. Dia lumayan jago." Cakra bangga. Lalu dia menceritakan tentang bermain Asha di lapangan basket. Apalagi pertandingan tadi saat Asha men-shoot dengan baik dari jarak lumayan jauh.

Tidak perlu mendeskripsikan diriku sedetail itu, Cakra! Aku enggak butuh! Aku ingin pulang!

Namun karena semua sudah lelah, Arga tidak jadi main basket. Sebenarnya Arga bersyukur karena dia juga lelah habis dari kantor. Karena searah pulang ke rumah, Arga mau menerima tawaran bertemu dengan Cakra. Rendra juga akhirnya memutuskan pulang terlebih dahulu karena dapat telepon dari saudaranya.

Sebenarnya Arga membawa mobil sendiri, tapi memaksa Rendra tetap mengikutinya.

Walaupun waktu yang di tentukan masih kurang 1 jam-an, Asha ingin segera pulang. Tidak ingin berlama-lama di sini.

"Aku ..." Belum sempat Asha ngomong Cakra sudah menyela.

"Ayo kita makan dulu."

"Ada yang traktir kan?" tanya Deni.

"Tenang ... Malam ini dia khusus jadi bos kita. Dia mau mentraktir makanan." Cakra merangkul pundak Arga.

"Ookee!!" Andre berteriak semangat.

Tidak! Aku tidak harus ikut mereka. Aku harus pulang terlebih dahulu, Asha panik.

"Ca, aku bisa pulang dulu gak?" Semua langsung ngeliat Asha tajam.

"Kenapa?" tanya Cakra.

"Eee ..." Asha memutar bola matanya. "Aku tidak makan malam," jawab Asha sambil nyengir.

"Diet? Tubuh kurus begini masih diet?" Cakra gak percaya.

"Tumben. Biasanya juga makannya banyak," imbuh Andre dengan raut wajah heran yang bikin mendelik kesel. Deni mengangkat alis heran kenapa Asha kesel.

"Ee ... aku pulang aja. Kalian kan laki-laki semua tuh. Karena aku perempuan sendiri, lebih baik pulang. Kalian nikmati malam kalian berempat saja." Asha memberi pengertian dengan kalimat panjang.

"Memang biasanya kamu peduli, kalau perempuannya kamu aja?" di tanya Cakra gitu, Asha tutup mulut. Sedari tadi aja Asha sendirian dengan tiga cowok. Kok sekarang malah mau heboh soal begituan.

"Lebih baik kamu ikut," imbuh Cakra yang membuat Asha semakin diam. Hanya manggut-manggut saja.

"Tapi sebelum jam 10 aku harus pulang," kata Asha tegas seperti di sengaja. Karena dia tahu seseorang paham dengan aturan jam malam itu. Karena apa, karena ya dia sendiri yang bikin aturan seperti. 

"Dia teman apa, Ca?" tanya Asha di dalam mobil.

"Arga maksudmu?" Asha mengangguk.

"Teman main," jawab Cakra ngambang. Karena teman main itu bisa teman masa kecil. Temen main yang ketemunya sudah gede. Teman main basket. Jadi kalau main basket janjiannya sama dia.

"O.." Asha sebenarnya penasaran tapi diurungkannya.

Bisa bahaya kalau Cakra mengadu kalau aku bertanya-tanya tentangnya. Aku gak mau ada keributan di dalam 'istana'.

Mereka sampai di cafe DIC. Andre langsung semangat pesen makan dan minuman. Asha karena tahu diri, tidak ikut memesan.

"Diet beneran, Sha?" tanya Cakra. Arga melirik. Asha nyengir aja.

***

Arga menyetir mobilnya ke arah perumahan elit Argopuro. Mobilnya berhenti agak jauh dari rumah saat di lihatnya seseorang berlari-lari kecil mendekati rumah.

"Aku seperti melihat perempuan tadi," gumam Arga yakin. Tapi mengapa masuk kedalam rumahku?

Terpopuler

Comments

Me ☺

Me ☺

baca ini 2 thn yg lalu gk nyangka like nya dah ribuan, good job Thor👍👍

2022-11-15

4

Rokesih Esi

Rokesih Esi

penasaran nih

2022-08-03

0

ana @ moli

ana @ moli

br mampir Aq thooor

2022-07-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!