Arga teringat lagi kejadian tadi malam, yang membuatnya sampai harus bangun pagi-pagi dan mencari seseorang itu.
Duk! Duk!
Asha mendribble bola lalu menghindari dua penghadang dan ... Shoot!! Bola masuk ke keranjang.
"Bagus Sha!!" teriak Andre kegirangan. Asha mengangkat kedua alisnya. Seperti berkata 'itu sudah biasa'. Lalu dia tersenyum senang.
"Tos dulu." Andre memberikan lima jarinya. Asha menerimanya. Tap! Andre tertawa bangga dapat partner main basket seperti Asha.
"Eh, stop dulu. Capek," kata Deni.
"Alasan kau, Den. Bilang aja nyerah!" Andre tidak terima. Deni tidak menggubris ejekan Andre Lalu merebahkan tubuhnya di lantai lapangan basket begitu aja karena memang lagi capek.
"Selesai nih?" tanya Cakra.
"Ya berhenti dah. Deni capek," kata Asha sambil ikutan duduk di sebelah Deni yang rebahan.
"Sha, jangan berhenti. Kita bisa kalahin mereka lagi." Andre masih semangat.
"Udah! Aku capek! Karena tenagamu masih ada ambilin air, gih!" Asha mengibaskan tangannya menyuruh Andre mengambil botol air di dekat tasnya.
"Nih," Cakra melempar botol air ke Asha lalu ke Deni. Dengan sigap Asha menangkapnya
"Kapan kamu mengambilnya?" tanya Asha heran.
"Kamu ribut sama Andre jadi enggak liat aku kesana." Asha manggut-manggut. Ponsel di tangan Cakra berdering.
"Halo ...," sapa Cakra menerima panggilan telepon itu. lalu dia berjalan agak menjauh sambil terus menjawab telepon. Deni malah menutup matanya di lantai. Andre ikutan merebahkan tubuhnya disana. Asha berdiri mendekati tasnya yang ada di pinggir lap. Tangannya mencari-cari handphone di dalam tas.
20.22 wib.
Kurang 1 jam-an lagi harus pulang.
"Sha. Aku keluar bentar!" teriak Cakra, Asha mengangkat tangan tanda oke. Lalu Cakra keluar. Malam ini mereka berempat lagi main basket di lapangan basket tempat sekolah dulu. Cakra yang merupakan anak kepala sekolah, meminta ijin ke satpam untuk meminjam lapangan basket.
Sebelum Cakra keluar dari gedung sekolah, muncul seseorang. Asha mendelik melihat siapa yang datang. Segera Asha meraih ranselnya dengan cepat dan bergegas pergi untuk menghindar, tapi tidak ada jalan lain selain pintu yang di lewati Cakra.
Asha mendongak untuk melihat siapa yang datang sebagai tamu Cakra. Mata Asha terbelalak panik melihat lelaki itu semakin mendekat dan masuk ke Lapangan Basket. Dia muncul dengan pakaian biasa. Kaos oblong dan celana pendek. Tapi karena dasarnya adalah Tuan Muda, dia terlihat mencolok di antara yang lain. Walaupun tidak sering bertemu dengan anak majikannya itu, Asha pernah bertemu sekitar dua kali.
Bagaimana bisa ada Tuan Muda disini?
Asha hendak kabur, tidak mungkin. Lapangan basket outdoor ini hanya punya satu pintu. Yaitu pintu di belakang Lelaki itu. Dia di temani Rendra Sekretaris setianya. Begitu yang di dengar dari Bik Sumi.
"Hai," Cakra menyapa dengan santai saat menyambut Tuan Muda.
"Hai. Gimana klub basketmu?" tanya laki-laki itu setengah mengejek karena Cakra sangat menyukai basket. Cakra tertawa mendengar ejekan si Tuan Muda.
"Lancar ... Gimana kalau kita main-main sebentar. Mumpung kamu ada di sini. Jarang jarang melihat tuan muda ini muncul." Cakra menepuk dada Tuan Muda pelan
"Aku hanya melihat-lihat. Ajak sekretaris ku Rendra saja." Arga menolak.
"Ayolah Ga ... Teman lama ngajak main jangan di tolak," kata Cakra merajuk. Sekretaris Ren, diam. Tentu saja dia diam bagaimana mungkin dia menolak perintah tuannya. Arga juga diam. Sebenarnya dia malas bergerak hari ini.
"Baiklah ...," kata Arga malas.
"Sha!" Panggil Cakra membuat Asha meringis kesel. Aduh! Asha diam. Pura-pura tidak dengar.
"Ngapain di situ?" tanya Cakra. Asha berdiri di pojok sambil bawa ransel. "Kok bawa ransel? Kamu sudah mau pulang?" tanya Cakra lagi.
"Iya." Akhirnya Asha membalikkan tubuhnya sambil menunduk.
"Ga, kenalin temenku ...," Cakra mencoba memperkenalkan. Laki-laki bernama Arga menatap Asha lurus. Merasa pernah lihat.
"Kenapa Ga?" tanya Cakra heran. Arga diam, "Kamu kenal sama dia?"
"Tidak." Arga menjawabnya dengan yakin. Asha diam saja.
"Kenalin gih ...," Arga mengulurkan tangannya. Dengan ragu Asha menyambut tangan besar itu.
"Arga." Kedua mata itu menatapnya tajam. Asha yakin laki-laki di depannya itu tidak akan mengetahuinya dengan segera. Tapi tetap saja Asha merasa tidak nyaman.
"A-Ash....," Asha jadi terbata karena gemetar.
"Kok jadi gagap sih?" Cakra tertawa geli. Asha melirik tajam dengan tangan masih berjabat tangan.
"Aku Asha," ujar Asha akhirnya bisa menyelesaikan kalimatnya. Lalu segera melepas tangan Arga, tapi Arga sengaja tak mau melepasnya.
"Eh?" Asha panik. Arga segera melepaskan tangan Asha saat Cakra menyenggol bahunya.
"Terima kasih, Tu..." Asha segera menutup mulutnya.
Kenapa harus berterima kasih. Dia kan salah enggak mau melepaskan tanganku. Seharusnya aku marah bukan malah berterima kasih. Bodoh! Mulut ini jadi kebiasaan.
Arga mengamatinya. Asha berpaling muka. Pura-pura ngeliat ke arah lain.
Aduh, jangan menelitiku. Iya. Aku tahu. Anda pasti mengenaliku. Anda pasti tahu ini aku. Tapi aku berharap anda tidak mengenaliku.
Walaupun sebenarnya tidak dosa aku main di sini. Tapi itu tidak mungkin bagi anda.
"Dia bisa main basket?" tanya Arga meremehkan.
Ekpresimu itu ... Aku paham. Aku tahu. Jadi aku tidak sakit hati atau apapun. Silahkan meremehkan dan merendahkan. Itu memang anda yang mulia..
"Ya. Dia lumayan jago." Cakra bangga. Lalu dia menceritakan tentang bermain Asha di lapangan basket. Apalagi pertandingan tadi saat Asha men-shoot dengan baik dari jarak lumayan jauh.
Tidak perlu mendeskripsikan diriku sedetail itu, Cakra! Aku enggak butuh! Aku ingin pulang!
Namun karena semua sudah lelah, Arga tidak jadi main basket. Sebenarnya Arga bersyukur karena dia juga lelah habis dari kantor. Karena searah pulang ke rumah, Arga mau menerima tawaran bertemu dengan Cakra. Rendra juga akhirnya memutuskan pulang terlebih dahulu karena dapat telepon dari saudaranya.
Sebenarnya Arga membawa mobil sendiri, tapi memaksa Rendra tetap mengikutinya.
Walaupun waktu yang di tentukan masih kurang 1 jam-an, Asha ingin segera pulang. Tidak ingin berlama-lama di sini.
"Aku ..." Belum sempat Asha ngomong Cakra sudah menyela.
"Ayo kita makan dulu."
"Ada yang traktir kan?" tanya Deni.
"Tenang ... Malam ini dia khusus jadi bos kita. Dia mau mentraktir makanan." Cakra merangkul pundak Arga.
"Ookee!!" Andre berteriak semangat.
Tidak! Aku tidak harus ikut mereka. Aku harus pulang terlebih dahulu, Asha panik.
"Ca, aku bisa pulang dulu gak?" Semua langsung ngeliat Asha tajam.
"Kenapa?" tanya Cakra.
"Eee ..." Asha memutar bola matanya. "Aku tidak makan malam," jawab Asha sambil nyengir.
"Diet? Tubuh kurus begini masih diet?" Cakra gak percaya.
"Tumben. Biasanya juga makannya banyak," imbuh Andre dengan raut wajah heran yang bikin mendelik kesel. Deni mengangkat alis heran kenapa Asha kesel.
"Ee ... aku pulang aja. Kalian kan laki-laki semua tuh. Karena aku perempuan sendiri, lebih baik pulang. Kalian nikmati malam kalian berempat saja." Asha memberi pengertian dengan kalimat panjang.
"Memang biasanya kamu peduli, kalau perempuannya kamu aja?" di tanya Cakra gitu, Asha tutup mulut. Sedari tadi aja Asha sendirian dengan tiga cowok. Kok sekarang malah mau heboh soal begituan.
"Lebih baik kamu ikut," imbuh Cakra yang membuat Asha semakin diam. Hanya manggut-manggut saja.
"Tapi sebelum jam 10 aku harus pulang," kata Asha tegas seperti di sengaja. Karena dia tahu seseorang paham dengan aturan jam malam itu. Karena apa, karena ya dia sendiri yang bikin aturan seperti.
"Dia teman apa, Ca?" tanya Asha di dalam mobil.
"Arga maksudmu?" Asha mengangguk.
"Teman main," jawab Cakra ngambang. Karena teman main itu bisa teman masa kecil. Temen main yang ketemunya sudah gede. Teman main basket. Jadi kalau main basket janjiannya sama dia.
"O.." Asha sebenarnya penasaran tapi diurungkannya.
Bisa bahaya kalau Cakra mengadu kalau aku bertanya-tanya tentangnya. Aku gak mau ada keributan di dalam 'istana'.
Mereka sampai di cafe DIC. Andre langsung semangat pesen makan dan minuman. Asha karena tahu diri, tidak ikut memesan.
"Diet beneran, Sha?" tanya Cakra. Arga melirik. Asha nyengir aja.
***
Arga menyetir mobilnya ke arah perumahan elit Argopuro. Mobilnya berhenti agak jauh dari rumah saat di lihatnya seseorang berlari-lari kecil mendekati rumah.
"Aku seperti melihat perempuan tadi," gumam Arga yakin. Tapi mengapa masuk kedalam rumahku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
anita
lanjut
2024-06-17
0
???
baca ini 2 thn yg lalu gk nyangka like nya dah ribuan, good job Thor👍👍
2022-11-15
5
Rokesih Esi
penasaran nih
2022-08-03
0