Chelsea muncul dari balik pintu dengan tampilan yang masih memukau. Dan yang tidak bisa tertandingi mencoloknya adalah cup D yang menonjol dengan indah itu. Sangat mengintimidasi. Apalagi bagi pemilik tubuh 'lurus' seperti Asha yang hanya berukuran cup A. Tanpa sadar tangannya membenarkan letak kemejanya dan meringkuk menutupi kekurangannya.
Tubuh sintal itu juga seperti tanpa sadar telah menggilas tubuh tak berlekuk milik Asha, dengan kuat. Semua penampilan Chelsea mampu membuat peradaban makhluk perempuan seperti Asha, menekan diri mereka untuk tidak menjerit.
Mata Chelsea langsung melihat kearah kursi kerja Arga yang kosong. Lalu mengangkat dagu seperti paham bahwa pemilik kursi itu sedang tidak ada di tempat. Kemudian mengedarkan pandangan dan akan mulai duduk di sofa. Tapi tertahan dengan keberadaan Asha yang membuatnya berhenti melangkah.
"Selamat siang," sapa Asha berusaha ramah sambil berdiri. Mata Chelsea masih melihat Asha dengan heran. Siapa dia?
"Kamu sedang membersihkan sesuatu?" tanya Chelsea sambil tersenyum mengira Asha adalah pegawai kantor, office girl. Asha tidak ada pilihan selain tersenyum. Tidak perlu menjelaskan dia siapa. Karena entah office girl atau pelayan rumah, intinya sama tidak jauh beda.
"Maaf aku mengganggu, silahkan teruskan pekerjaanmu," kata Chelsea sambil tersenyum layaknya nyonya rumah yang sedang melaksanakan waktu bersantainya. Asha mengangguk. Namun tidak tahu mau melakukan apa selanjutnya. Chelsea meletakkan tas mewah di sebelahnya. Duduk sambil bersila kaki dan mulai mengeluarkan ponsel. Menggeser-geser layar ponsel untuk melihat-lihat sesuatu. Matanya bersirobok melihat suatu benda di atas meja.
"Ini bekal punyamu?" tanya Chelsea sambil menunjuk ke arah tempat bekal yang di bawa dari rumah. Asha mengangguk lalu mendekati dan memungut bekal itu.
"Iya, maaf,"
"Kamu membawanya ke sini karena akan memakan bekalmu di sini?" tanya Chelsea dengan kerutan samar di dahinya.
"Tidak. Saya hanya tak sengaja membawanya kesini," Asha masih berdiri dan menekuk tubuhnya sedikit untuk menunjukkan dia sopan. Karena dia adalah seorang bawahan. Tangannya menyatu sambil memegang tas berisikan tempat bekal. Chelsea mengangguk mengerti tapi dengan setengah hati. Matanya masih melihat ke arah Asha dengan sikap sedikit tidak suka.
Mungkin menurut dia, sungguh tidak sopan seorang office girl membawa-bawa tempat bekalnya sampai ke ruangan direktur. Tapi kemudian dia berpaling dari Asha dan kembali melihat ke ponselnya. Sekretaris perempuan yang ada di depan pintu masuk membawa minuman untuk Chelsea dan menemukan Asha yang entah sedang apa berdiri di samping rak buku. Dia tahu Asha datang dari rumah bersama adik direkturnya.
"Kamu ...," ucapnya tertahan dengan gelengan kuat dari Asha untuk tidak mengatakan apa-apa. Sekretaris itu tidak paham tapi segera diam lalu meletakkan minuman untuk Chelsea.
"Terima kasih," ucap Chelsea menerima minuman dari sekretaris perempuan itu. Sekretaris itu keluar ruangan dengan pandangan heran terhadap Asha yang tetap berdiri di depan rak buku.
Kemana si bocah kok lama?
"Aduh," seru Chelsea. Asha menoleh. Rupanya Chelsea menumpahkan minuman dan membasahi ujung rok mininya. Dia langsung berdiri mengibaskan air yang ada di atas roknya. Tapi untung hanya sedikit jadi tidak membasahi lantainya.
Lalu Chelsea duduk lagi menyilakan kaki.
Asha ingin mengeluarkan ponsel dari sakunya. Tak sengaja kunci kamar pelayan di rumah majikan, ikut terangkat dan jatuh ke lantai. Terlempar masuk ke bawah rak buku yang sempit. Hanya cukup untuk ruang bagi kunci kamarnya masuk kedalamnya.
Ya, ampun ini kunci juga ingin ambil bagian dalam menyulitkanku.
Asha memasukkan ponselnya lagi ke saku dan jongkok. Dengan bertumpu pada lututnya, Asha mulai memaksa tangannya untuk merogoh ke bawah rak buku. Namun tidak bisa. Tangannya tidak bisa masuk ke bawah celah rak buku yang sempit. Asha menggerutu kesal.
Cklek! Terdengar suara pintu terbuka. Asha senang akhirnya Paris kembali dari toilet yang sudah terlampau lama pergi. Asha mengangkat tubuhnya untuk melongok, menyambut kedatangan Paris.
"Arga," ucap Chelsea menyambut kedatangan tuan mudanya. Asha mendelik dan segera menyembunyikan dirinya. Kembali menenggelamkan tubuhnya di balik sofa yang menutupinya.
"Kamu benar-benar muncul di sini lagi, Chelsea?" tanya Arga sedikit kurang senang. Namun dia tetap menerima Chelsea dengan baik. Chelsea yang tadi sempat ingin memeluk Arga, terelakkan dengan baik oleh Arga. Chelsea menipiskan bibir kecewa, karena pelukannya terelakkan dengan tegas oleh Arga. Rendra yang ada di situ melirik ke arah Chelsea. Arga menyadari reaksi itu.
"Kamu boleh mendatangi saudaramu dulu di depan, kita bisa lanjut setelah kamu bertemu dengan saudaramu," kata Arga yang sempat mendengar ada saudara yang datang ke perusahaan untuk bertemu Rendra. Namun karena masih bekerja, Rendra hanya menjawab 'nanti' lewat ponselnya. Ini juga untuk menjauhkan Rendra dari pemandangan yang tak di sukainya yaitu, Chelsea.
"Baik." Sebelum Rendra keluar ruangan, matanya sempat memindai ruangan untuk mencari sosok pelayan tadi. Namun karena tidak terlihat, Rendra berpikir perempuan itu sudah pulang bersama Paris. Dia takut akan sedikit heboh saat Paris tahu ada Chelsea di dalam ruangan ini.
"Ada apa?" tanya Arga yang mulai duduk di kursi kerjanya saat di dalam ruangan terlihat hanya ada mereka berdua. Chelsea menghela nafas sambil kembali duduk di sofa.
"Jangan terlalu kaku seperti itu. Kamu tahu keadaanku yang menyedihkan ini," Chelsea memandang ke depan dengan kosong. Arga menatapnya dengan diam. Dia mengerti hidup Chelsea yang sepi karena Evan mulai berulah. Lelaki itu tidak lagi menginginkan Chelsea seperti saat merebutnya dari sisi Arga.
"Kamu sudah makan siang?" tanya Arga. Arga mendesah lelah dengan hatinya yang masih saja memberikan celah pada Chelsea. Namun untuk langsung mencercanya setelah tahu masalah yang di hadapinya, Arga merasa tak sanggup.
Chelsea tidak punya siapa-siapa lagi. Setelah kecelakaan yang menimpa keluarganya dia hanya hidup dengan bibi pengasuh dan juga harta warisan keluarganya yang masih mampu membuatnya terlihat sedikit mewah. Namun hal seperti itu tak membuatnya hancur. Dia tetap bersikuat hidup dengan tegar.
Chelsea mampu mengembangkan butiknya menjadi terkenal dan menjadi langganan bagi para keluarga kaya. Kegigihan Chelsea yang kuat mampu membuat Arga menaruh hati dan kagum.
"Belum. Aku memang ingin mengajakmu makan siang," jawab Chelsea.
"Pilihlah makanan yang kamu suka dan aku akan menyuruh karyawanku di luar untuk memesan. Aku tidak ingin makan di luar, lebih baik kita makan di sini. Itupun kalau kamu mau. Kalau tidak, aku tidak punya pilihan lain selain maaf tidak bisa mengajakmu makan siang," kata Arga. Chelsea tersenyum.
"Tidak apa-apa. Aku juga ingin makan di sini," Raut mukanya menunjukkan dia sangat bahagia Arga mau mengajaknya makan siang. Lalu Chelsea berunding akan memilih menu apa yang akan di makan mereka. Sementara itu Asha masih berada di bawah sana merunduk dan menyembunyikan tubuhnya dengan pintar.
Kenapa aku harus terjebak di dalam situasi seperti ini...
Kunci kamar masih belum bisa di ambil, karena Asha membutuhkan alat yang membuatnya bisa menarik kunci itu keluar. Dan itu mengharuskan dia berdiri muncul kepermukaan. Untuk situasi sekarang itu sangat tidak mungkin. Saat mereka berdua tampak akrab dan hanya ingin berdua saja. Walaupun tempat duduk mereka terpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Andri
paris menyebal kan ndak pernah tanggung jawab
2025-03-20
0
❣@Sha_Putrie❣
menyebalkan,arga yg lemah😪
2022-07-20
0
liskook loverrr💃💃
di baca sudah end saya suka..awalnya keren....huuuhhh krakter cowoknya lembek kaya srabi...jadi males nerusin 😁😁😀😀😀 padahal awalnya bagus bnget ada mantan maleh ngedrop bacanya
2022-07-02
0