"Asha, kamu di panggil Nyonya Wardah di ruang tengah," Bik Sumi yang sedang lewat di tempat mencuci memberitahu Asha yang datang sambil membawa banyak pakaian kotor.
"Ada apa, Bik?" tanya Asha cemas. Ada apa gerangan Nyonya memanggilnya secara pribadi seperti ini. Kalau biasanya kan bareng sama Bik Sumi atau dengan pembantu yang lain.
"Bibik kurang paham. Kamu taruh cucian dulu terus langsung ke ruang tengah. Jangan lama-lama," kata Bik Sumi. Asha mengangguk dan segera meletakkan cucian di belakang.
"Ke, aku taruh dulu ya. Nyonya memanggilku." Asha meletakkan cucian ke dalam keranjang.
"Ada apa, mbak?" tanya Rike tapi Asha sudah keburu pergi jadi tidak sempat menjawab.
Di ruang tengah Nyonya sedang duduk sambil menonton tv. Kemudian beliau membalikkan tubuhnya saat mendengar kedatangan Asha. Senyuman tersungging di bibirnya.
"Asha, mulai besok kamu bantu-bantu Bik Sumi di dapur. Kamu bisa masak?" pertanyaan ini sangat sulit. Bilang enggak bisa, nanti bisa di pecat. Bilang bisa, cita rasa masakan amburadul.
Dari awal saat Asha mendapat tawaran pekerjaan ini dia bilang tidak bisa memasak. Dia ingin bekerja hanya sebagai tukang cuci.
"Sedikit," jawab Asha diplomatis sambil tersenyum tipis. Sedikit itu bukan tidak bisa hanya saja tidak ahli. Asha ingin main aman.
"Baiklah. Sebenarnya kamu juga tidak perlu membantu Bik Sumi sih. Hanya saja dua orang lelaki di rumah ini sudah merekomendasikan kamu untuk membantu di dapur. Padahal di dapur sudah banyak orang juga." Nyonya Wardah seperti sedang mengalami dilema. Antara mau menyuruh Asha bantu di dapur atau tidak. Tapi ada keharusan juga untuk melaksanakannya.
Dua lelaki?
"Yah ... Setelah selesai mencuci baju datanglah ke dapur. Bantu-bantu sedikit. Jadi Tuan Hendarto dan Arga bisa lihat kalau kamu ada di dapur." Nyonya memberi penjelasan yang lumayan panjang.
Jadi dua lelaki itu mereka. Kenapa tuan muda ikut-ikutan ngevote sih. Bikin pekerjaan jadi tambah banyak nih. Itu orang memang suka menyusahkan orang. Sangat tidak aman kalau sering-sering ketemu dia. Bawaanya kan ingin pecat terus. Kalau justru bekerja di lihat dia bukankah akan banyak kesalahan yang kelihatan. Itu semakin menambah peluang dia untuk memecatku, huhuhu ... jadi ingin nangis.
"Sekarang juga kalau pekerjaan selesai bisa langsung bantu. Karena puteri ku yang ada di asrama pulang ke rumah hari ini. Sore nanti dia sampai di rumah. Selamat bekerja, Asha.." kata Nyonya dengan wajah cantiknya yang ramah.
"Terima kasih, Nyonya..."
***
"Mbak ... itu kan orang yang mentraktir kita makan bukan?" tunjuk Rike ke Asha ke arah halaman depan. Asha memperhatikan gadis yang keluar dari mobil Tuan muda. Mereka berdua sedang mengintip dari jendela ruang tamu.
Iya. Tidak salah lagi. Dia memang gadis itu.
Dia berdiri sambil membawa ranselnya. Lalu berjalan memasuki rumah. Memeluk Nyonya Wardah yang menyambutnya di depan rumah.
"Selamat datang puteri ku!" Nyonya Wardah terlihat sangat senang. Lalu bergantian berpelukan sama tuan Hendarto. Sungguh mengejutkan. Asha dan Rike segera balik ke belakang saat majikan mulai melangkah masuk rumah.
"Bik Sumi, Nona muda sudah datang." Rike muncul memberi tahu. Asha mendekat ke Bik Sumi juga. Mereka melanjutkan menata meja makan yang sempat terhenti tadi, karena ingin lihat bagaimanakah rupa nona muda mereka.
"Siapkan meja makan. Sebentar lagi Nyonya akan makan malam dengan puteri mereka," perintah Bik Sumi. Seperti yang di katakan Nyonya Wardah, puterinya benar-benar datang.
"Siap." Kemudian Asha menyiapkan meja makan di bantu sama Rike. Karena kalau malam sudah tidak mengurusi cucian, Rike kadang bantu. Tapi seringkali ya tidak membantu, karena dia cepat merasa ngantuk.
Satu keluarga Hendarto datang ke ruang makan bersama-sama. Nona muda itu sedang berbincang dengan Arga. Sepertinya nona muda sangat dekat dengan Tuan muda Arga. Mata tuan muda itu melirik sebentar ke arah meja dapur. Asha sedang berdiri membantu.
Jadi dia benar-benar mulai bekerja di dapur, ucap Arga dalam hati.
Asha tidak menyangka gadis yang tempo hari ditemuinya di gang itu adalah nona muda rumah majikannya. Itu benar gadis itu. Matanya menatap ke arah Asha yang sedang meletakkan makanan di atas meja.
"Ada orang baru ya?" tanya Nona muda.
"Ya. Dia Asha," kata Bunda. Mata Nona muda itu melebar surprise saat melihat Asha dengan jelas di depannya. Dia baru paham kalau Asha adalah orang yang menolongnya waktu itu. "Kenalin ..." Tangan nona itu terulur. Setelah mengenali wajah itu, Asha menerimanya. "Bunda, dia adalah orang yang pernah membantu Paris tempo hari!" pekik Paris dengan suara sangat gembira. Semua noleh. Arga mendongak sedikit. Asha yang merasa menjadi pusat perhatian jadi canggung. Di belakang mereka, di dekat meja dapur, Bik Sumi dan Rike juga melihat ke arah Asha.
"Membantu? Bagaimana bisa Asha membantu kamu. Kamu kan ada di dalam asrama." Ups, Paris langsung berhenti bicara dan nyengir. Rupanya ada sesuatu yang di sembunyikannya.
"Tidak, tidak. Aku salah ngomong. Halo, aku Paris salam kenal ya, kak ..." Paris mengedipkan mata membuat itu tampak seperti kode. Asha tidak paham. Tapi Asha juga menyebut namanya meniru puteri majikannya.
"Asha."
"Semoga senang bekerja di sini," kata Paris ramah.
"Iya," jawab Asha sambil menunduk. Lalu Paris melihat ke belakang dan menemukan Rike di sana. Bibirnya tersenyum ramah ke Rike. Itu menunjukkan bahwa Paris masih mengingat Rike yang bareng dengan Asha malam itu. Rike juga tersenyum membalas.
"Kamu kenapa senyum-senyum terus?" tanya Arga curiga.
"Ya bahagia karena di ijinkan pulang. Bisa ketemu sama Bunda, Ayah dan kamu," tunjuk Paris ke Arga.
"Tumben suka pulang. Biasanya pingin langsung pergi begitu datang di rumah," kata Ayah.
"Ya enggaklah Ayah ... Ayo makan. Aku sudah lapar," ajak Paris.
Semuanya langsung makan begitu makanan sudah tersaji semua di atas meja. Bik Sumi di belakang mencuci peralatan dapur yang baru di pakai masak. Rike kembali ke kamar pelayan. Asha sebenarnya mau kembali ke kamar tapi Paris memanggilnya.
"Kak Asha tidak makan juga?"
"Iya, nanti."
"Makan saja sekarang," ajak Paris sedikit memaksa. Arga melihat ke arah Asha yang bingung menjawab pertanyaan adiknya. Sepertinya dia juga tidak enak jika menolak.
"Terserah dia saja. Kenapa kamu jadi suka memaksa. Di sekolahmu di ajari cara memaksa?" tanya Arga heran. Paris mencebik. Biasanya Paris tidak seriang itu. Dia juga tidak banyak bicara sama pembantu di rumah. Karena seringnya tinggal di asrama jadi dia kurang mengenal para pembantu di rumah.
Dia akan menolak kalau setelah pekerjaan pembantu selesai seseorang akan membuatkan sesuatu untuknya. Dia merasa jam kerja mereka sudah habis jadi kasihan kalau harus menyuruh mereka bekerja lagi. Nona muda yang baik hati bukan. Seperti Nyonya Wardah juga, tapi tidak seperti Tuan muda yang tiba-tiba saja suka membicarakan masalah memecat pembantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Irizka RA Yusuf
nggak ada yg pernah gagal novelnya Lady Vermout
2024-11-20
0
ErNa Pujiastutie
kak,,novelmu padahal udah tamat lama,,udh aku baca jg ber x²,,ini karna kangen aku baca lgi,,
sehat2 ya Kaka,,,🤗🤗
2024-04-07
3
Riska Wulandari
🤣🤣🤣🤣 lucu..
Arga ada trauma apa ya??
2022-09-05
0