Bab. 9 Nona Muda yang baik

"Asha, kamu di panggil Nyonya Wardah di ruang tengah," Bik Sumi yang sedang lewat di tempat mencuci memberitahu Asha yang datang sambil membawa banyak pakaian kotor.

"Ada apa, Bik?" tanya Asha cemas. Ada apa gerangan Nyonya memanggilnya secara pribadi seperti ini. Kalau biasanya kan bareng sama Bik Sumi atau dengan pembantu yang lain.

"Bibik kurang paham. Kamu taruh cucian dulu terus langsung ke ruang tengah. Jangan lama-lama," kata Bik Sumi. Asha mengangguk dan segera meletakkan cucian di belakang.

"Ke, aku taruh dulu ya. Nyonya memanggilku." Asha meletakkan cucian ke dalam keranjang.

"Ada apa, mbak?" tanya Rike tapi Asha sudah keburu pergi jadi tidak sempat menjawab.

Di ruang tengah Nyonya sedang duduk sambil menonton tv. Kemudian beliau membalikkan tubuhnya saat mendengar kedatangan Asha. Senyuman tersungging di bibirnya.

"Asha, mulai besok kamu bantu-bantu Bik Sumi di dapur. Kamu bisa masak?" pertanyaan ini sangat sulit. Bilang enggak bisa, nanti bisa di pecat. Bilang bisa, cita rasa masakan amburadul.

Dari awal saat Asha mendapat tawaran pekerjaan ini dia bilang tidak bisa memasak. Dia ingin bekerja hanya sebagai tukang cuci.

"Sedikit," jawab Asha diplomatis sambil tersenyum tipis. Sedikit itu bukan tidak bisa hanya saja tidak ahli. Asha ingin main aman.

"Baiklah. Sebenarnya kamu juga tidak perlu membantu Bik Sumi sih. Hanya saja dua orang lelaki di rumah ini sudah merekomendasikan kamu untuk membantu di dapur. Padahal di dapur sudah banyak orang juga." Nyonya Wardah seperti sedang mengalami dilema. Antara mau menyuruh Asha bantu di dapur atau tidak. Tapi ada keharusan juga untuk melaksanakannya.

Dua lelaki?

"Yah ... Setelah selesai mencuci baju datanglah ke dapur. Bantu-bantu sedikit. Jadi Tuan Hendarto dan Arga bisa lihat kalau kamu ada di dapur." Nyonya memberi penjelasan yang lumayan panjang.

Jadi dua lelaki itu mereka. Kenapa tuan muda ikut-ikutan ngevote sih. Bikin pekerjaan jadi tambah banyak nih. Itu orang memang suka menyusahkan orang. Sangat tidak aman kalau sering-sering ketemu dia. Bawaanya kan ingin pecat terus. Kalau justru bekerja di lihat dia bukankah akan banyak kesalahan yang kelihatan. Itu semakin menambah peluang dia untuk memecatku, huhuhu ... jadi ingin nangis.

"Sekarang juga kalau pekerjaan selesai bisa langsung bantu. Karena puteri ku yang ada di asrama pulang ke rumah hari ini. Sore nanti dia sampai di rumah. Selamat bekerja, Asha.." kata Nyonya dengan wajah cantiknya yang ramah.

"Terima kasih, Nyonya..."

***

"Mbak ... itu kan orang yang mentraktir kita makan bukan?" tunjuk Rike ke Asha ke arah halaman depan. Asha memperhatikan gadis yang keluar dari mobil Tuan muda. Mereka berdua sedang mengintip dari jendela ruang tamu.

Iya. Tidak salah lagi. Dia memang gadis itu.

Dia berdiri sambil membawa ranselnya. Lalu berjalan memasuki rumah. Memeluk Nyonya Wardah yang menyambutnya di depan rumah.

"Selamat datang puteri ku!" Nyonya Wardah terlihat sangat senang. Lalu bergantian berpelukan sama tuan Hendarto. Sungguh mengejutkan. Asha dan Rike segera balik ke belakang saat majikan mulai melangkah masuk rumah.

"Bik Sumi, Nona muda sudah datang." Rike muncul memberi tahu. Asha mendekat ke Bik Sumi juga. Mereka melanjutkan menata meja makan yang sempat terhenti tadi, karena ingin lihat bagaimanakah rupa nona muda mereka.

"Siapkan meja makan. Sebentar lagi Nyonya akan makan malam dengan puteri mereka," perintah Bik Sumi. Seperti yang di katakan Nyonya Wardah, puterinya benar-benar datang.

"Siap." Kemudian Asha menyiapkan meja makan di bantu sama Rike. Karena kalau malam sudah tidak mengurusi cucian, Rike kadang bantu. Tapi seringkali ya tidak membantu, karena dia cepat merasa ngantuk.

Satu keluarga Hendarto datang ke ruang makan bersama-sama. Nona muda itu sedang berbincang dengan Arga. Sepertinya nona muda sangat dekat dengan Tuan muda Arga. Mata tuan muda itu melirik sebentar ke arah meja dapur. Asha sedang berdiri membantu.

Jadi dia benar-benar mulai bekerja di dapur, ucap Arga dalam hati.

Asha tidak menyangka gadis yang tempo hari ditemuinya di gang itu adalah nona muda rumah majikannya. Itu benar gadis itu. Matanya menatap ke arah Asha yang sedang meletakkan makanan di atas meja.

"Ada orang baru ya?" tanya Nona muda.

"Ya. Dia Asha," kata Bunda. Mata Nona muda itu melebar surprise saat melihat Asha dengan jelas di depannya. Dia baru paham kalau Asha adalah orang yang menolongnya waktu itu. "Kenalin ..." Tangan nona itu terulur. Setelah mengenali wajah itu, Asha menerimanya. "Bunda, dia adalah orang yang pernah membantu Paris tempo hari!" pekik Paris dengan suara sangat gembira. Semua noleh. Arga mendongak sedikit. Asha yang merasa menjadi pusat perhatian jadi canggung. Di belakang mereka, di dekat meja dapur, Bik Sumi dan Rike juga melihat ke arah Asha.

"Membantu? Bagaimana bisa Asha membantu kamu. Kamu kan ada di dalam asrama." Ups, Paris langsung berhenti bicara dan nyengir. Rupanya ada sesuatu yang di sembunyikannya.

"Tidak, tidak. Aku salah ngomong. Halo, aku Paris salam kenal ya, kak ..." Paris mengedipkan mata membuat itu tampak seperti kode. Asha tidak paham. Tapi Asha juga menyebut namanya meniru puteri majikannya.

"Asha."

"Semoga senang bekerja di sini," kata Paris ramah.

"Iya," jawab Asha sambil menunduk. Lalu Paris melihat ke belakang dan menemukan Rike di sana. Bibirnya tersenyum ramah ke Rike. Itu menunjukkan bahwa Paris masih mengingat Rike yang bareng dengan Asha malam itu. Rike juga tersenyum membalas.

"Kamu kenapa senyum-senyum terus?" tanya Arga curiga.

"Ya bahagia karena di ijinkan pulang. Bisa ketemu sama Bunda, Ayah dan kamu," tunjuk Paris ke Arga.

"Tumben suka pulang. Biasanya pingin langsung pergi begitu datang di rumah," kata Ayah.

"Ya enggaklah Ayah ... Ayo makan. Aku sudah lapar," ajak Paris.

Semuanya langsung makan begitu makanan sudah tersaji semua di atas meja. Bik Sumi di belakang mencuci peralatan dapur yang baru di pakai masak. Rike kembali ke kamar pelayan. Asha sebenarnya mau kembali ke kamar tapi Paris memanggilnya.

"Kak Asha tidak makan juga?"

"Iya, nanti."

"Makan saja sekarang," ajak Paris sedikit memaksa. Arga melihat ke arah Asha yang bingung menjawab pertanyaan adiknya. Sepertinya dia juga tidak enak jika menolak.

"Terserah dia saja. Kenapa kamu jadi suka memaksa. Di sekolahmu di ajari cara memaksa?" tanya Arga heran. Paris mencebik. Biasanya Paris tidak seriang itu. Dia juga tidak banyak bicara sama pembantu di rumah. Karena seringnya tinggal di asrama jadi dia kurang mengenal para pembantu di rumah.

Dia akan menolak kalau setelah pekerjaan pembantu selesai seseorang akan membuatkan sesuatu untuknya. Dia merasa jam kerja mereka sudah habis jadi kasihan kalau harus menyuruh mereka bekerja lagi. Nona muda yang baik hati bukan. Seperti Nyonya Wardah juga, tapi tidak seperti Tuan muda yang tiba-tiba saja suka membicarakan masalah memecat pembantu.

Terpopuler

Comments

ErNa Pujiastutie

ErNa Pujiastutie

kak,,novelmu padahal udah tamat lama,,udh aku baca jg ber x²,,ini karna kangen aku baca lgi,,
sehat2 ya Kaka,,,🤗🤗

2024-04-07

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

🤣🤣🤣🤣 lucu..
Arga ada trauma apa ya??

2022-09-05

0

Rokesih Esi

Rokesih Esi

ya udah pasti kan paris ade arga

2022-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!