Bab. 12 Sedang ingin?

Bibir Asha masih merasakan kebekuan. Gadis ini jadi tidak berani menggerakkan bibirnya. Hanya gigi dalam yang berkali-kali bergerak untuk menggeram kesal. Matanya mengerjap-ngerjap tanda keterkejutan yang sangat.

"Ambilkan aku air dingin," pinta Arga tiba-tiba.

Ini membuat Asha kaget dan membuat bibirnya bersentuhan. Jadi Asha kembali bisa merasakan bibirnya yang sudah tersentuh oleh bibir Arga. Memang terasa manis. Karena hendak pulang tadi Asha meminum jus alpukat dengan taburan cokelat milo kesukaannya. Mungkin rasa manis berasal dari itu. Makanya bibir Arga mengucapkan rasa manis saat selesai 'mencuri' bibir Asha.

Tanpa ada pembahasan soal apa yang di lakukannya barusan. Dia bersikap seperti tidak ada kejadian yang perlu dirisaukan. Asha menggeram dalam hati. Merutuki tuan muda yang tidak tahu tata krama itu.

Aaghhhh!!!

Asha sangat kesal lalu menuju ke lemari es untuk mengambil air pesanan tuannya. Asha mengambil botol air di dalam kulkas di sebelahnya. Dan menghampiri Arga untuk memberikan botol air. Kebiasaan Arga adalah meminum air dingin dari botol langsung tanpa menuangnya di gelas terlebih dahulu.

"Diam di sana. Jangan kemana-mana." perintah Arga lagi menunjuk ke tempat cuci piring. Asha mendengus dalam hati.

Ciuman? Walaupun sekejap, sebentar dan sekilas, bukankah tadi pantas di sebut ciuman. Bukankah bibir lelaki itu sudah menempel lembut di bibir Asha. Sentuhan bibir tuan mudanya itu masih terasa menempel di atas kulit bibirnya.

Tadi, Arga memakan mie dengan pikirannya yang melanglang buana ke pikiran-pikiran yang tidak karuan. Bukan hanya Asha, sesungguhnya Arga juga terkejut dengan apa yang di lakukannya. Dia tidak menyangka tubuhnya bergerak tidak sesuai dengan hatinya.

Tapi sebagai tuan muda, dia harus bersikap tenang dan cool. Bagaimana bisa dia harus bertingkah panik saat sudah melakukan itu kepada pelayan yang berdiri di sana. Mata Arga melirik. Mencuri pandang melihat respon apa yang akan di tunjukkan gadis itu.

Gawat, aku kebablasan. Aku menciumnya tanpa sadar. Gila! Aku jadi gila! Gara-gara Chelsea aku juga jadi gila! Tapi dia terlihat manis malam ini. Dia membuatku tergugah. Sesaat tadi bayangan Chelsea hilang saat aku melihat dia. Aku jadi lebih ingin mendekatinya, daripada mengingat tubuh molek Chelsea. Oh, tidak!

Arga melirik ke arah Asha yang berdiri tak jauh darinya. Dia bersandar di tembok dekat tempat mencuci piring. Mukanya menunduk. Dan Arga yakin itu bukan takut. Itu marah. Itu adalah marah yang tertahan.

Ih, apaan itu. Mencium ku? Kurang ajar banget. Kalau boleh, aku hajar kau wahai yang mulia. Jangan karena bayar mahal kau bisa seenaknya sama pegawai mu. Bodoh! Bodoh! Bukankah seharusnya aku berciuman dengan lelaki yang aku cintai dan atas dasar saling cinta? Ini ciuman pertamaku!

Asha hampir saja meneteskan air mata karena sangat kesal.

Makan sudah selesai. Arga meneguk air dan memasukkan potongan apel ke dalam mulutnya. Mengunyah sambil memperhatikan Asha. Arga masih ingin melihat respon pelayan itu selanjutnya. Sambil membawa nampan dia mendekati tempat cuci piring.

Melihat Arga mendekat, Asha mengambil nampan dari tangan tuannya. Bermaksud membersihkannya dan merasa seharusnya dia yang membawa nampan itu ke tempat cuci piring, tapi saat Asha mengambilnya Arga malah mempererat pegangannya.

Kenapa sih Tuan ini. Kalau mau cuci piring sendiri tidak usah menyuruhku menunggu di sini. Jadi aku bisa kembali ke kamar dan tidur. Iya kalau bisa tidur. Gara-gara apa yang kau lakukan tadi. Sepertinya aku akan tidur dengan menanggung rasa marah.

Asha memilih diam tak jadi mengambil nampan daripada harus berebut dengan majikannya.

Arga mulai melonggarkan pegangannya dari nampan dan mulai menyerahkan. Asha masih diam ragu untuk menerima. Mungkin saja dia masih saja mempermainkannya. Sepertinya kali ini Arga ingin menyerahkan nampan berisi mangkok kotor itu. Asha akhirnya menerimanya lalu meletakkan ke dalam tempat cuci. Kemudian mencuci mangkok itu.

"Kenapa kamu diam saja dengan ciuman tadi?" tanya Arga tanpa rasa malu. Raut mukanya biasa saja. Padahal Asha sudah merasa panas dan sedikit memerah. Sudah kesal, sebal, marah, dan merasa terinjak harga dirinya.

"Itu sebuah kesalahan," jawab Asha datar.

"Kalau begitu kenapa tidak marah?"

Aku pengen marah, dasar Tuan muda sialan. Aku ingin menendangmu. Ingin menghajarmu sampai kamu babak belur.

"Apa pantas saya marah kepada anda, Tuan Muda?" Kali ini Asha mengangkat wajahnya. Memutar tubuhnya untuk menatap dengan berani tuan muda di depannya. Dia tidak ingin di rendahkan lagi hanya karena dia adalah pelayan di rumah ini.

"Kau bilang itu kesalahan. Jadi wajar kan kalau kau marah."

Asha mengepalkan tangannya dengan mata menatap lurus. Arga melirik tangan itu.

Dia marah. desis Arga di dalam hati.

"Kalau anda sedang ingin berciuman dengan nona Chelsea, tolong .. jangan lampiaskan ke saya. Silahkan anda cari nona Chelsea dan lampiaskan saja semuanya." Kalimatnya tidak terlalu panjang. Bicaranya juga tidak terlalu keras karena Asha mencoba menahan amarah. Namun itu sangat mengena di telinga Arga. Deru nafas Asha naik turun karena marah.

Arga tersenyum dan semakin mendekat ke Asha. Ini di luar dugaan. Asha tidak bisa kemana mana karena kedua tangan Arga mengunci tubuh Asha agar tidak bisa ke kanan atau pun kiri.

"Aku tidak mencium mu karena Chelsea, tapi karena memang ingin mencium mu. Dan teruslah bicara dingin seperti itu. Karena itu membuatku tertarik untuk mendekatimu." Arga mengatakannya dengan lembut di telinga Asha. Sekujur tubuh Asha bergetar. Dadanya bergemuruh. Detak jantungnya tak beraturan. "Cepat cuci tangan mu dan tidur." Arga melihat tangan Asha yang masih penuh dengan busa sabun pencuci piring. Lalu melepaskan tangannya yang mengunci gerakan Asha. Setelah terbebas Asha mencuci tangannya dan pergi menuju kamarnya tanpa pamit.

Hhh ... Aku sudah tidak waras. Aku gila! Kenapa aku sengaja memancingnya? Bahkan tadi Asha sudah diam dan bungkam. Dia tidak membahas soal ciuman itu sama sekali, tapi aku mulai terusik untuk mempertanyakannya.

Entah bagaimana awalnya, Arga merasa terusik saat gadis pelayan itu ternyata bisa diam dengan emosi memuncak. Jadi dia ingin lebih bersenang-senang lagi.

Arga tidak mengira Asha bisa bersikap tenang saja padahal dia sudah memperlakukannya kurang ajar tadi. Ya ... Arga tergugah untuk mengganggu dan menggodanya.

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

arga kamu blm tau ja siap asha, ntar kamu dpat tonjokan super brani main-main sm asha

2023-09-07

2

dewi patmawati

dewi patmawati

jangan coba coba

2022-09-20

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

hadeuhhhh nyari gara2 nih tuan muda..

2022-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!