Bibir Asha masih merasakan kebekuan. Gadis ini jadi tidak berani menggerakkan bibirnya. Hanya gigi dalam yang berkali-kali bergerak untuk menggeram kesal. Matanya mengerjap-ngerjap tanda keterkejutan yang sangat.
"Ambilkan aku air dingin," pinta Arga tiba-tiba.
Ini membuat Asha kaget dan membuat bibirnya bersentuhan. Jadi Asha kembali bisa merasakan bibirnya yang sudah tersentuh oleh bibir Arga. Memang terasa manis. Karena hendak pulang tadi Asha meminum jus alpukat dengan taburan cokelat milo kesukaannya. Mungkin rasa manis berasal dari itu. Makanya bibir Arga mengucapkan rasa manis saat selesai 'mencuri' bibir Asha.
Tanpa ada pembahasan soal apa yang di lakukannya barusan. Dia bersikap seperti tidak ada kejadian yang perlu dirisaukan. Asha menggeram dalam hati. Merutuki tuan muda yang tidak tahu tata krama itu.
Aaghhhh!!!
Asha sangat kesal lalu menuju ke lemari es untuk mengambil air pesanan tuannya. Asha mengambil botol air di dalam kulkas di sebelahnya. Dan menghampiri Arga untuk memberikan botol air. Kebiasaan Arga adalah meminum air dingin dari botol langsung tanpa menuangnya di gelas terlebih dahulu.
"Diam di sana. Jangan kemana-mana." perintah Arga lagi menunjuk ke tempat cuci piring. Asha mendengus dalam hati.
Ciuman? Walaupun sekejap, sebentar dan sekilas, bukankah tadi pantas di sebut ciuman. Bukankah bibir lelaki itu sudah menempel lembut di bibir Asha. Sentuhan bibir tuan mudanya itu masih terasa menempel di atas kulit bibirnya.
Tadi, Arga memakan mie dengan pikirannya yang melanglang buana ke pikiran-pikiran yang tidak karuan. Bukan hanya Asha, sesungguhnya Arga juga terkejut dengan apa yang di lakukannya. Dia tidak menyangka tubuhnya bergerak tidak sesuai dengan hatinya.
Tapi sebagai tuan muda, dia harus bersikap tenang dan cool. Bagaimana bisa dia harus bertingkah panik saat sudah melakukan itu kepada pelayan yang berdiri di sana. Mata Arga melirik. Mencuri pandang melihat respon apa yang akan di tunjukkan gadis itu.
Gawat, aku kebablasan. Aku menciumnya tanpa sadar. Gila! Aku jadi gila! Gara-gara Chelsea aku juga jadi gila! Tapi dia terlihat manis malam ini. Dia membuatku tergugah. Sesaat tadi bayangan Chelsea hilang saat aku melihat dia. Aku jadi lebih ingin mendekatinya, daripada mengingat tubuh molek Chelsea. Oh, tidak!
Arga melirik ke arah Asha yang berdiri tak jauh darinya. Dia bersandar di tembok dekat tempat mencuci piring. Mukanya menunduk. Dan Arga yakin itu bukan takut. Itu marah. Itu adalah marah yang tertahan.
Ih, apaan itu. Mencium ku? Kurang ajar banget. Kalau boleh, aku hajar kau wahai yang mulia. Jangan karena bayar mahal kau bisa seenaknya sama pegawai mu. Bodoh! Bodoh! Bukankah seharusnya aku berciuman dengan lelaki yang aku cintai dan atas dasar saling cinta? Ini ciuman pertamaku!
Asha hampir saja meneteskan air mata karena sangat kesal.
Makan sudah selesai. Arga meneguk air dan memasukkan potongan apel ke dalam mulutnya. Mengunyah sambil memperhatikan Asha. Arga masih ingin melihat respon pelayan itu selanjutnya. Sambil membawa nampan dia mendekati tempat cuci piring.
Melihat Arga mendekat, Asha mengambil nampan dari tangan tuannya. Bermaksud membersihkannya dan merasa seharusnya dia yang membawa nampan itu ke tempat cuci piring, tapi saat Asha mengambilnya Arga malah mempererat pegangannya.
Kenapa sih Tuan ini. Kalau mau cuci piring sendiri tidak usah menyuruhku menunggu di sini. Jadi aku bisa kembali ke kamar dan tidur. Iya kalau bisa tidur. Gara-gara apa yang kau lakukan tadi. Sepertinya aku akan tidur dengan menanggung rasa marah.
Asha memilih diam tak jadi mengambil nampan daripada harus berebut dengan majikannya.
Arga mulai melonggarkan pegangannya dari nampan dan mulai menyerahkan. Asha masih diam ragu untuk menerima. Mungkin saja dia masih saja mempermainkannya. Sepertinya kali ini Arga ingin menyerahkan nampan berisi mangkok kotor itu. Asha akhirnya menerimanya lalu meletakkan ke dalam tempat cuci. Kemudian mencuci mangkok itu.
"Kenapa kamu diam saja dengan ciuman tadi?" tanya Arga tanpa rasa malu. Raut mukanya biasa saja. Padahal Asha sudah merasa panas dan sedikit memerah. Sudah kesal, sebal, marah, dan merasa terinjak harga dirinya.
"Itu sebuah kesalahan," jawab Asha datar.
"Kalau begitu kenapa tidak marah?"
Aku pengen marah, dasar Tuan muda sialan. Aku ingin menendangmu. Ingin menghajarmu sampai kamu babak belur.
"Apa pantas saya marah kepada anda, Tuan Muda?" Kali ini Asha mengangkat wajahnya. Memutar tubuhnya untuk menatap dengan berani tuan muda di depannya. Dia tidak ingin di rendahkan lagi hanya karena dia adalah pelayan di rumah ini.
"Kau bilang itu kesalahan. Jadi wajar kan kalau kau marah."
Asha mengepalkan tangannya dengan mata menatap lurus. Arga melirik tangan itu.
Dia marah. desis Arga di dalam hati.
"Kalau anda sedang ingin berciuman dengan nona Chelsea, tolong .. jangan lampiaskan ke saya. Silahkan anda cari nona Chelsea dan lampiaskan saja semuanya." Kalimatnya tidak terlalu panjang. Bicaranya juga tidak terlalu keras karena Asha mencoba menahan amarah. Namun itu sangat mengena di telinga Arga. Deru nafas Asha naik turun karena marah.
Arga tersenyum dan semakin mendekat ke Asha. Ini di luar dugaan. Asha tidak bisa kemana mana karena kedua tangan Arga mengunci tubuh Asha agar tidak bisa ke kanan atau pun kiri.
"Aku tidak mencium mu karena Chelsea, tapi karena memang ingin mencium mu. Dan teruslah bicara dingin seperti itu. Karena itu membuatku tertarik untuk mendekatimu." Arga mengatakannya dengan lembut di telinga Asha. Sekujur tubuh Asha bergetar. Dadanya bergemuruh. Detak jantungnya tak beraturan. "Cepat cuci tangan mu dan tidur." Arga melihat tangan Asha yang masih penuh dengan busa sabun pencuci piring. Lalu melepaskan tangannya yang mengunci gerakan Asha. Setelah terbebas Asha mencuci tangannya dan pergi menuju kamarnya tanpa pamit.
Hhh ... Aku sudah tidak waras. Aku gila! Kenapa aku sengaja memancingnya? Bahkan tadi Asha sudah diam dan bungkam. Dia tidak membahas soal ciuman itu sama sekali, tapi aku mulai terusik untuk mempertanyakannya.
Entah bagaimana awalnya, Arga merasa terusik saat gadis pelayan itu ternyata bisa diam dengan emosi memuncak. Jadi dia ingin lebih bersenang-senang lagi.
Arga tidak mengira Asha bisa bersikap tenang saja padahal dia sudah memperlakukannya kurang ajar tadi. Ya ... Arga tergugah untuk mengganggu dan menggodanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Wani Ihwani
aqu bingung tor mau komen apa karna udah pas ini enak ceritanya
2024-11-12
0
Khairul Azam
kenapa ya, disetiap novel pasti bawahan diam saja klo ditindas atasan, alasannya takut dipecat
2024-07-04
0
Khairul Azam
itu namanya pelecehan meski sekedar ciuman, aku sebagai wanita ikut kecew
2024-07-04
0