Pelayanku, Asha

Pelayanku, Asha

Bab. 1 Jemuran berkibar

Pagi yang cerah. Awan-awan yang berarak mengikuti angin serasa ikut bahagia dengan suasana pagi yang indah. Burung-burung berkicau di taman depan dan belakang menambah cerianya penampakan pagi ini. Arga bangun lebih pagi dari biasanya. Dia juga sudah mandi bersih. Aroma sabun yang wangi menyeruak dari tubuh tegap dan berotot itu. Juga dari rambut hitamnya.

Semua pelayan rumah keluarga Hendarto sangat kaget saat Tuan muda mereka sudah berjalan-jalan di lorong rumah di depan kamar. Ini sangat di luar kebiasaan laki-laki muda yang masih berumur dua puluh lima tahun.

"Selamat pagi, Tuan..," Semua pelayan yang saat itu melakukan rutinitas pagi menyapa. Arga hanya mengangguk pelan. Pikirannya sedang memikirkan hal lain sejak tadi malam.

Aku yakin, aku bisa menemukannya. Jelas sekali tadi malam gadis itu masuk ke rumah ini. Masuk melalui pintu belakang. Dan itu menunjukkan kalau dia adalah pelayan di sini. Tapi dia pelayan bagian apa. Aku tidak begitu hapal dengan semua pelayan di rumah ini. Tapi aku yakin merasa pernah melihatnya.

Arga melangkahkan kakinya menuju ke dapur.

"Arga!" pekik nyonya Wardah kaget melihat putranya pagi-pagi sudah ada bangun. Bik Sumi juga terlihat tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang. Ini adalah hari istimewa dan keramat bagi seorang Arga.

"Bik, ini hari minggu bukan?" tanya nyonya Wardah mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Iya, Nyonya. Ada apa?" Bik Sumi yang menyiapkan makanan menjadi heran.

"Tidak. Aku rasa Arga sedang keliru melihat kalender. Karena hari ini dia sudah bangun pagi." Nyonya Wardah masih memandang ke arah anak sulungnya dengan takjub. Arga tidak mempedulikan kehebohan bunda karena keberadaannya.

Pada hari minggu Arga biasanya memberi pesan jangan di ganggu dengan tanda seru banyak. Karena seminggu sudah bekerja keras di kantor. Dia ingin istirahat total

tanpa ada gangguan.Tapi pagi ini dia berada di luar kamar padahal hari minggu.

"Kamu beneran tidak apa-apa, Ga?" tanya Bunda mendekat.

"Apakah wajahku kelihatan sedang dalam masalah, Bun?" tanya Arga.

"Tidak. Wajahmu tetap tampan seperti biasanya. Tubuhmu juga tetap tegap dan bugar." Nyonya Wardah membuat gerakan tangannya mengalir dari kepala Arga sampai bawah. Seolah mempersembahkan puteranya yang sangat mempesona kepada pemirsa.

"Kalau begitu apa yang perlu di khawatirkan?" tanya Arga tanpa malu mengaku dia memang tampan dan gagah. Narsis berat nih.

"Betul. Bunda tidak perlu khawatir. Silahkan lanjutkan kegiatanmu dan Bunda akan melanjutkan kegiatan Bunda." Arga mengangguk. Nyonya Wardah masih memperhatikan putranya yang aneh bisa muncul pagi-pagi pada hari minggu. Bola mata Arga mengedar ke seluruh penjuru. Termasuk Rike yang kebetulan di suruh oleh Bik Sumi tak luput dari tatapan tajam pria ini.

"Kamu mencari siapa?" tanya nyonya Wardah ingin tahu.

"Tidak ada," jawab Arga singkat lalu dia pergi.

"Ada apa dengan anak itu...," gumam Nyonya Wardah.

"Apa ada yang membuat Tuan Muda kesal, Nyonya?" tanya Bik Sumi khawatir. Karena pelayan muda yang ada di dapur cemas.

"Aku tidak paham. Tapi tenang dia bukannya sedang marah kok...," Nyonya Wardah tersenyum sambil berusaha menenangkan. Beliau tahu persis putranya seperti apa. Arga tidak sedang dalam keadaan ingin memarahi seseorang. Dia hanya sedang mencari sesuatu.

"Kalau begitu ayo kita bikin makanan kesukaan Arga supaya dia bahagia." Nyonya Wardah membakar semangat para pelayan bagian dapur supaya menyala. Nyonya termasuk orang yang ceria. Jadi pelayan muda itu menjadi lebih tenang.

Arga masih berjalan menyelusuri setiap sudut ruangan. Dimana pelayan perempuan berada, kecuali tempat terlarang seperti ruang pribadi tentunya. Arga melihat keluar jendela. Melihat tukang kebun yang membersihkan kebun dan memotong dahan dahan yang sudah kering.

Enggak mungkin dia berada di kebun. Karena dia perempuan. Aku merasa pernah melihatnya, tapi dimana? Di bagian apa dia bekerja.

Arga masuk terus ke belakang. Saat ini dia sudah sampai di bagian taman belakang. Lagi-lagi taman. Tidak mungkin kan, dia bersantai di taman belakang sementara ini jam-jam pelayan semua sibuk. Sebaik-baiknya Nyonya Wardah, tidak mungkin membiarkan pelayan rumah bersantai saat jam kerja.

"Sha, semua selimut dan sprei harus di cuci  dan di jemur langsung di jemuran belakang?"

"Iya. Siap."

Terdengar perbincangan dari ruang di sana. Arga mendekat ke arah ruang laundry dengan pintu yang langsung menghadap ke luar taman. Karena ada tempat jemuran di belakang dekat taman.

Karena Arga sibuk dan pada hari minggu dia mendekam di dalam kamar, dia baru tahu ada ruang khusus laundry seperti ini. Meskipun dia Tuan muda rumah ini, tapi dia tidak mengetahui dengan jelas semua bagian dalam rumah ini. Karena ada Nyonya Wardah alias Bundanya yang mengontrol semua urusan di dalam rumah. Semuanya yang mengatur Bunda. Arga hanya perlu fokus bekerja dan bermain di luar. Arga mendekati ruangan itu.

"Ah, selamat pagi tuan muda." Seorang bibi berumur sekitar empat puluh lima tahun berdiri dan membungkuk. Melihat Tuan muda berada di ruangan itu beliau langsung membungkuk dan memberi salam.

Meskipun penasaran dengan tujuan tuan muda datang ke area laundry, tapi tidak berani bertanya. Dia menunduk dan menekuk tangan di depan. Arga memperhatikan laundry tapi tidak orang yang di carinya.

"Semua pelayan sudah ada disini?" tanya Arga

"Masih ada yang di luar Tuan. Sedang menjemur selimut dan sprei," kata Bibi itu.

"Baiklah ... Terima kasih. Silahkan bekerja lagi." Ibu tua itu mengangguk. Arga melihat ke tempat sprei dan selimut di jemur. Sepertinya memang ada orang di sana. Semilir angin menerpa semua sprei dan selimut sehingga berkibar kibar. Hari ini cuaca sangat cerah. Arga mendekat masuk ke tempat penjemuran. Masuk di antara selimut dan sprei yang berkibar-kibar karena angin.

Saat itu seseorang sedang menjemur sprei. Memeras dan menjemur dengan susah payah. Arga memperhatikan perempuan itu. Setelah selesai dia menghela nafas lega.

Hh ... Karena rambut itu di ikat cepol ke atas lehernya terlihat jenjang, sehingga keringat-keringat terlihat bercucuran melewati lehernya. Dia menyeka keringat yang bercucuran di dahi dan lehernya dengan punggung tangannya.

Itu memang dia! Perempuan itu! Arga terus memperhatikan sosok yang dirasa memang cocok dengan gambaran seorang gadis tadi malam.

Setelah beberapa menit, gadis itu baru sadar ada Arga di sana. Matanya membulat kaget kemudian menunduk dan membungkuk.

"Se-selamat pagi, tuan Muda," sapanya dengan sopan dan gugup.

Sejak kapan Tuan muda ada di situ. Kenapa aku tidak menyadari kedatangannya.

Arga memperhatikan perempuan di depannya. Memastikan sekali lagi di adalah perempuan yang tadi malam.

"Kamu siapa?"

"Saya pelayan di tempat laundry ini," jawab Asha sambil tetap menunduk.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

Kenapa tanya? Sudah jelas sekali aku sedang menjemur selimut dan sprei.

"Saya sedang menjemur selimut dan sprei Tuan."

Aku jadi paham kenapa kemarin kamu menghindari ku. Ternyata kamu adalah pelayan rumah ini.

Arga mulai menyadari. Otaknya mampu merekam dengan jelas kilasan ingatan tadi malam di lapangan basket.

"Apa yang kamu lakukan kemarin?"

Asha mendongak heran. Tapi buru-buru menunduk karena Arga menatapnya tajam.

"Maaf Tuan, saya tidak paham maksud anda."

"Bukankah kamu sedang berkeliaran di luar tadi malam," tebak Tuan muda akurat. Benar! Asha diam.

Gawatttt.

"Kenapa kamu tidak menjawab?" tanya Arga dengan tatapan matanya yang tajam. Tidak setuju kalau pertanyaannya dibiarkan tanpa ada jawaban.

"Maaf Tuan," Asha tetap menunduk.

"Jawab saja pertanyaanku. Itu benar kamu kan?" Asha cemas.

Kalau aku jawab iya apa dia marah? Tapi kalau aku tidak menjawab bukankah itu tidak sopan. Dia Tuan Muda. Majikan.

"Maaf. Saya memang keluar kemarin malam." Arga memperhatikan perempuan di depannya yang menunduk. Dia hanya memakai kaos oblong dan celana selutut, juga sandal jepit dengan tali warna kuning. Rambutnya yang panjang di cepol ke atas tanpa di sisir terlebih dahulu. Sepertinya langsung di ikat begitu aja.

"Bukankah kita bertemu kemarin?" Arga masih mengajukan pertanyaan yang sama.

"Tidak mungkin Tuan." Asha menyangkal pertemuan tadi malam. Arga memastikan lagi wajah gadis di depannya yang menunduk. Dia yakin dia adalah perempuan itu.

Saat itu Rike, pelayan yang berumur belasan tahun hendak menuju ke tempat jemuran. Ia yang sudah selesai di suruh Bik Sumi di dapur, kembali ke tempat cuci. Mendadak dia berhenti saat melihat Asha tertunduk. Lebih terkejut lagi saat melihat Tuan Muda ada di depan Asha.

Tuan Muda ada disini! Aku harus pergi. Melihat mbak Asha yang menunduk seperti itu pasti ada kejadian tak bagus. Kabur. Selamatkan diri...

Pelan-pelan Rike melangkahkan kaki dan pergi meninggalkan sekeranjang sprei yang belum di jemur.

_____

...Baca novel yang lain juga ya ......

Terpopuler

Comments

Teti Hayati

Teti Hayati

Lagi tegang, auto ngakak...
rusak suasana... 😂
kirain bakal julid... 😂😂

2024-08-12

0

Slamet Riyadi

Slamet Riyadi

sudah baca yg ke 4xnya👍👍😍

2024-07-01

1

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

baca lagi di tahun 2024/3/30

2024-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!