"Apa kau ingin di pecat?" Asha mendongak dan mendelik kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba dan dengan mengusung tema seperti itu. Kenapa jadi membahas soal pemecatan...
"Apa?" tanya Asha spontan kaget, tapi secepat kilat juga dia menunduk karena Arga saat ini sedang menatapnya. Arga tersenyum simpul melihat gerakan pelayan ini barusan.Ternyata kelemahan dia bukan karena takut pada ku tetapi takut di pecat.
"Kenapa kau tidak menjawab?" tanya Tuan Muda.
Pertanyaan macam apa itu? Dan lagi secara tiba-tiba. Dan lagi atas dasar apa menanyakan itu? Ini sungguh tidak masuk akal. Tapi karena di suruh menjawab, bukankah lebih baik menjawab saja.
"Saya tidak ingin di pecat Tuan."
"Bukankah keputusan majikan adalah mutlak?" tanya Tuan Muda itu lagi. Yang saat ini sedang menunjukkan bahwa dia adalah yang berkuasa saat ini.
Paham! Aku paham! Terus anda mau seenaknya memecat pegawai atas kesalahan yang enggak jelas? Please dong kayak manusia biasa. Eh, bukan ding! Anda kan yang mulia. Bukan manusia biasa.
"Iya," jawab Asha singkat mengakui orang yang ada di depannya itu memang berkuasa. Tapi di dalam hati Asha sangat geram melihat tingkah majikannya yang seperti semena-mena. Ingin rasanya Asha, mencakar-cakar muka ganteng itu.
Aih, kok jadi muji. Muka anda memang tampan Tuan. Makanya banyak yang meleleh melihat anda sedekat ini. Walaupun Asha tidak termasuk karena dia tidak meleleh berada di dekat Tuan Mudanya. Justru dia sebal dan kesal.
"Kamu tahu kesalahan apa yang bisa membuatmu di pecat?" Asha mendongak menatap Tuan Mudanya sambil diam. Arga masih makan dengan tenang. Dia membiarkan pelayan di depannya kebingungan dengan hal yang membuatnya akan di pecat secara tiba-tiba. Asha menipiskan bibir memikirkan banyak hal yang bisa menyebabkan pemecatan secara tiba-tiba ini.
Jangan-jangan karena aku ketahuan keluar malam itu. Lalu berusaha mengacuhkan yang mulia pada saat bertemu di sana. Whoaaaa!! pasti karena itu.
Asha menemukan alasan pemecatan dirinya. Yaitu malam saat di lapangan basket itu. Asha tidak bisa memikirkan hal lain lagi selain kejadian malam itu yang sekiranya menyinggung Tuan Muda.
"Maaf Tuan. Saya tidak tahu," Kata Asha dengan pelan, lembut dan sangat hati-hati. Dia tidak perlu menyebutkan kejadian malam itu lagi. Jangan mengingatkan soal itu. Dia harus tetap pura-pura tidak tahu. Jangan membangunkan harimau yang lagi tidur. Slow ... slow.....
"Benarkah kamu tidak tahu?" desak Arga yang membuat Asha memikirkan lagi harus membahas soal malam itu, karena sepertinya Yang Mulia Arga sedang sengaja mempermainkannya. Dia seperti merujuk ke kejadian malam itu tapi sengaja tidak membahas terlebih dahulu, karena ingin Asha sendiri yang mengungkapnya.
"Apakah karena malam itu, Tuan?" tanya Asha akhirnya membahas kejadian itu. Arga berhenti menyuap dan melihat ke Asha lurus.
"Malam yang mana?" tanya Tuan muda menyebalkan.
Ya ampun ... dia paham gak sih. Dia sendiri yang maksa aku mengaku kalau malam itu benar aku. Sekarang gak inget. Asha paham dia sengaja ingin mempermainkan pelayannya.
"Malam ... saat saya ketemu sama Tuan." Manusia tampan di depan Asha masih tidak paham, dan membuat Asha meneruskan penjelasannya. "Malam itu saat saya bermain basket bersama teman anda yang bernama Cakra." Asha sebenarnya kesel, tapi dia masih bisa menahan diri dengan setengah menunduk. Tidak mungkin mencak-mencak di depan bos. Dia masih butuh uang yang banyak.
Pembangunan depot kecil di kampung belum rampung. Tinggal sedikit lagi. Jadi Asha harus bisa bertahan. Demi Bapak dan Ibu juga dedek ganteng, Juna. Sebentar lagi dia selesai kuliah jadi bisa dapet pekerjaan yang bagus. Anak Bapak yang laki memang harus lebih mapan dari pada aku yang perempuan.
Arga sempat melihat sekelebat pancaran sedih di mata pelayan itu.
"Ehem ..." Arga mendehem dan meminta ambilkan air putih di dekat meja kerjanya.
Asha segera bangkit dan mengambil air putih dari dispsenser air. Kemudian menyodorkan ke Arga.
Arga sudah selesai makan. Asha dengan otomatis tanpa perintah membereskan wadah-wadah itu.
"Malam yang mana tadi?" tanya Arga meneruskan pembicaraan mereka yang sempat terputus.
"Malam saat saya main basket," Asha menjawab sambil terus membersihkan meja dengan tisu.
"Kau bisa main basket rupanya." Setelah selesai Asha membuang tisu di tempat sampah dan kembali duduk. Asha diam lagi. "Memangnya ada pelayan di rumah yang bisa main basket seperti mu?"
Mana saya tahu. Tapi sepertinya tidak ada. Yang paling muda di sana kan hanya Rike lalu aku. Yang lainnya sudah tua. Yang tidak mungkin lagi mau untuk main basket dan hal-hal semacam itu.
"Saya tidak tahu, Tuan." Arga diam agak lama. Membuat Asha gelisah. "Apakah saya di pecat karena bertemu dengan Tuan malam itu?" tanya Asha memberanikan diri untuk bertanya. Kalau terus saja mengulur-ulur pembicaraan, membuat Asha gelisah.
"Aku tidak tahu. Karena aku tidak pernah bertemu dengan semua pelayan ku di luar rumah. Ini pertama kalinya aku menemukan kejadian semacam ini. Karena biasanya mereka tidak akan pernah ada di lingkungan yang sama dengan ku." Kalimat yang terakhir menunjukkan kalau dia beda kelas dengan para pelayan yang ada di rumah.
Kalau ada yang bertanya siapa yang sudah mengerti? Aku akan mengangkat tangan tinggi tinggi dan dengan tegas layaknya seorang perwira berkata; SAYA MENGERTI PAK!!! Mana ada yang mulia kaisar setara dengan rakyat jelata.
"Maaf, saya tidak akan berkeliaran di sekitar lingkungan anda. Jadi mohon jangan pecat saya," kata Asha bersungguh-sungguh.
Dia paham itu mungkin sangat mengganggu tuan mudanya. Jadi Asha bertekad untuk tidak muncul bahkan menenggelamkan diri kalau seandainya dia akan menemukan Tuan Mudanya ada di sekitarnya. Lebih baik seperti itu daripada pekerjaan terancam di berhentikan.
Pintu terbuka.
"Tuan, ada tamu di depan. Bisakah ..." Raut muka Tuan muda menunjukkan bahwa dia tidak senang dengan kedatangan Rendra yang tiba-tiba. Rendra menunduk.
Aduh gawat! Tapi kan ini tamu penting.
Rendra serba salah. Melihat celah, Asha yang sudah siap dengan bekal yang habis di makan berdiri. Tuan muda tersontak kaget.
"Karena Tuan sudah selesai makan, saya permisi ... Mungkin Nyonya Wardah susah mencari saya karena tidak segera pulang," ujar Asha segera pamit.
Asha membungkuk hormat dan berjalan ke pintu walaupun Arga tidak mengatakan apa-apa. Memberi kode, nice! ke Rendra dengan pancaran mata berbinar. Karena kedatangannya Asha ada celah untuk kabur.
Terima kasih.
Rendra tidak paham arti kode barusan. Yang dia pahami adalah dia sedang dalam masalah, mood Tuan Arga sedang dalam keadaan yang tidak baik. Arga menatap Rendra tajam.
Gawaattttt! Pekik Rendra dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
ANGIN TIMUR JAYA
senang ceritanya bolak balik baca nggak bosen semangat thor
2025-01-08
0
Siti Zamarah
hadir thor
2023-01-14
0
Teti Mulyawari
mudah di pahami
2022-10-08
0