Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?

"Aku sering merindukanmu Arga," kata Chelsea lembut sambil mendekati Arga. Hh... Arga mendesah lelah. Merasa lelah dengan perasaannya sendiri. Merasa marah dengan hatinya yang tetap tergerak melihat Chelsea.

"Chelsea, sudahlah ... Jangan mengatakan hal seperti itu lagi." Arga mengatakan dengan dingin. Walaupun sebenarnya hatinya ingin. "Kamu tahu perkataan seperti itu sudah tidak di perlukan lagi untuk kita."

"Tapi aku tetap merindukanmu." Chelsea mengelus bahu Arga pelan.

"Sekarang statusmu adalah istri Evan. Dan kau tidak pantas bertingkah seperti ini di depanku." Nada Arga meninggi sambil membuang muka.

"Kau tidak lagi menginginkanku?" kata Chelsea berbisik di telinga Arga. Ini membuat Arga kacau balau.

"Hentikan tingkahmu!" kata Arga tegas. Mengibas tangan Chelsea dan berdiri. "Seharusnya kau mengatakan itu saat kita bersama. Bukan di saat seperti ini. Semua rengekanmu tidak mempan untukku." Arga mengambil jas yang ada di kursi kerjanya.

"Kalau kau masih ingin di sini, silahkan tetap di sini. Karena aku akan pulang," kata Arga dingin lalu melangkah menuju pintu dan pergi. Chelsea mendengus. Dia menjauh dari meja Arga.

"Aku yakin kamu masih mencintaiku. Aku tahu itu dari matamu."

Arga merasakan pusing di kepalanya. Pertemuan dengan Chelsea tadi sore benar-benar membuat otaknya ngadat. Arga sudah berusaha untuk terus menghindari wanita itu. Bagaimanapun dia adalah isteri sahabatnya Evan. Walaupun awalnya mereka berdua adalah pasangan. Tak di pungkiri kadang Arga merindukan saat bersama dengan wanita itu. Tapi dengan statusnya sebagai isteri orang bagaimana bisa Arga bertindak jauh.

Pukul 21. 30 wib

Masih sore untuk pulang ke rumah. Tapi Arga tidak ingin kemana-mana. Dia ingin pulang dan di rumah saja. Dimana Chelsea tidak akan pernah menemuinya. Setelah pertunangan batal karena kelakuan Chelsea satu tahun yang lalu. Bunda dan Ayah seperti enggan menerima tamu teman wanita Arga selain yang di tunjuk Bunda.

Bukan menolak, hanya enggan.

Di rumah sepi. Ayah dan Bunda menginap di rumah keluarga Ayah di luar kota. Paris adiknya belum pulang. Tadi dia meminta ijin untuk pulang malam.

"Kak, kasih ijin aku buat pulang malam ya entar." Paris merengek saat hendak keluar.

"Memangnya mau kemana kamu?"

"Nonton festival band."

"Sama cowok apa cewek?"

"Cewek lah ... Napa tanya begitu?" Paris tidak suka di selidiki.

"Gak ada Ayah sama Bunda. Jadi aku yang perlu jagain kamu."

"Kalau gitu ikut aja kalau khawatir sama aku."

"Tidak. Kamu berangkatnya ngajak Angga aja." Arga menyebut sopir rumah yang tubuhnya kayak bodyguard.

"Gak mau."

"Kalau gak mau, jangan keluar. Gak boleh keluar. Aku lapor ke Bunda."

"Jahat kamu. Kamu sendiri sedang bersama Chelsea gak apa-apa. Padahal dia isteri orang."

"Tutup mulutmu," pinta Arga sambil menunjuk adiknya. Paris mencebik. Arga mengacak rambutnya kesal.

"Oke. Asal boleh keluar."

"Boleh, tapi tetep Angga yang nganterin."

"Kan sama aja bohong."

"Kalau sama Angga kamu boleh pulang agak malam. Kakak bisa tenang."

"Beneran nih?" Mata Paris berbinar. Arga mengangguk lemas. Akhirnya Paris bisa keluar dengan bebas. Meninggalkan Arga yang sendirian memikirkan Chelsea.

***

Bruk! Arga merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah. Padahal tadi siang pekerjaan tidak begitu banyak tapi rasanya sangat lelah. Mungkin bukan tubuhnya yang lelah, tapi hatinya. Arga menutup mata dengan lengannya. Bayangan Chelsea yang cantik dan molek menari-nari di otaknya.

Gila! Dia gila! Bukankah dia isteri orang. Kenapa dengan mudah dia merayu laki-laki lain. Kalau tidak bisa menahan bisa saja aku juga terbawa suasana. Wanita itu benar-benar gila. Tapi aku juga hampir menjadi gila.

Cklek! Pintu samping ruang tengah terbuka. Arga membuka mata dan lihat ke arah pintu.

Gadis ini!

Muncul Asha yang kaget melihat Arga ada di situ. Dia tidak menyangka karena lampu ruang tengah di padamkan. Hanya lampu meja yang menyala.

Darimana lagi dia?

"Selamat malam, Tuan," sapanya setelah menutup pintu. Arga mengangguk. Asha menjadi canggung. Seperti lagi ketangkap basah. Dia tidak segera melangkah pergi karena Tuan Arga masih melihatnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Buatkan aku mie. Sekarang," pinta Tuan muda Arga kemudian. Hh ... akhirnya. Asha segera menuju ke dapur tanpa mengganti baju. "Jangan lupa pakai telur!" teriak Arga dari ruang tengah. Asha sebenarnya sudah tahu kebiasaan Tuannya tanpa dia memberi tahu. Kebetulan Asha keluar hanya memakai pakaian kasual. Kaos warna mint dan celana jeans semata kaki. Jadi tidak ganti baju juga tidak apa-apa.

"Dari mana saja kamu?" Asha tersentak kaget Tuan Muda sudah ada di belakangnya. Menyeret kursi makan dan duduk menghadap Asha yang lagi memasak mie.

"Jalan-jalan, Tuan." Asha memutar tubuhnya menghadap Arga bermaksud untuk bersikap sopan.

"Kamu boleh menjawab sambil masak mie." Arga menunjuk ke panci di belakang Asha.

"Baik." Asha memutar tubuhnya lagi menghadap kompor.

Memangnya masih banyak pertanyaan lagi.

"Dengan siapa?"

"Teman saya, Tuan."

"Cakra?"

"Bukan, Tuan." Lalu tidak ada lagi suara tuannya. Asha gak ambil pusing. Dia menyelesaikan masakannya.

Mie sudah jadi sesuai pesanan. Asha mengangkat mangkok dan meletakkan di atas nampan. Hendak memberikan ke Tuan Muda.

Deg! Hampir mangkok itu jatuh karena tiba-tiba Tuan Muda Arga muncul. Tepat berdiri tegak di belakangnya. Entah kenapa dia berdiri pas di belakang Asha.

"Mie nya sudah jadi Tuan," kata Asha sambil menunduk. Karena Arga berdiri sangat dekat dengannya.

"Jangan menunduk," perintah Arga. Asha mengangkat kepalanya, tapi tidak bisa melihat ke wajah Arga. Karena tubuh Arga lebih tinggi dari Asha. Lalu Asha berusaha mundur untuk memperlebar jarak di antara dia dan Arga, tapi tidak bisa. Dia sudah ada di tepi meja dapur. Asha menatap lurus. Namun didepannya ada dada bidang milik majikannya itu.

Apa apaan ini? Di depanku ini ada dada bidang Yang Mulia Arga.

"Pegang erat nampan mie itu," perintah Tuan muda aneh. Asha menurut sambil memegang erat nampan berisi mangkok mie yang masih panas itu meski keheranan. Tiba-tiba Arga menurunkan wajahnya dan mengecup bibir Asha pelan. Mata Asha mendelik kaget. Nampannya bergetar. "Manis," ucap Arga tanpa peduli ekspresi Asha yang sangat terkejut. Lalu mengambil nampan mie dari tangan Asha. Dan membawanya ke meja makan. Asha masih membeku di tempatnya berdiri.

Kejadian barusan hanya sekejap, tapi Asha langsung merasakan wajahnya memanas. Kakinya tidak bergerak kemana-mana. Dia seperti linglung. Dia masih berpikir tentang kejadian barusan.

Apa yang dia lakukan?! Apa yang dia lakukan?! Teriak Asha di dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

heh Tuan

2024-03-30

0

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

heh apa"an si tuan muda ini. main cium " anak org aja. Entar dikira pelecahan terhadap pembantu

2023-06-16

0

Andini Maulana

Andini Maulana

aduh aduh Maen nyosor aje nih

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Jemuran berkibar
2 Bab. 2 Dia tadi malam
3 Bab. 3 Bekal Makan Siang
4 Bab. 4 Pecat
5 Bab. 5 Asal-usul
6 Bab. 6 Perkelahian di gang
7 Bab. 7 Mie instan
8 Bab. 8 Mie instan enak
9 Bab. 9 Nona Muda yang baik
10 Bab. 10 Mantan
11 Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12 Bab. 12 Sedang ingin?
13 Bab. 13 Pagi ini
14 Bab. 14 Bertemu teman
15 Bab. 15 Mantan
16 Bab. 16 Di telantarkan
17 Bab. 17 Dia bekerja untukku
18 Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19 Bab. 19 Asha dan Chelsea
20 Bab. 20 Dimana Asha?
21 Bab. 21 Makan siang
22 Paris yang emosional
23 Kenyamanan Arga
24 Pencarian Asha
25 Rendra melihatnya
26 Anonim
27 Asha membela Arga
28 Paris yang curiga
29 Janjian
30 Aroma menyenangkan
31 Kenangan
32 Arga vs Asha
33 Aura mendung Tuan Muda
34 Barang berharga
35 Nasihat Nyonya Wardah
36 Lelaki tampan di pasar
37 Paris salah tingkah
38 Pelajaran baru bagi Paris
39 Noda pada kemeja
40 Telepon darurat di malam hari
41 Ajakan Paris
42 Pemikiran yang salah
43 Arga cemas
44 Tirai itu
45 Dia sudah bangun
46 Otak tidak waras
47 Aku yang pertama
48 Masih ingat
49 Tas Arga
50 Interogasi intern
51 Perbincangan di bangku kayu
52 Panik
53 Kedamaian sesungguhnya
54 Tempat baru
55 Gangguan di pagi hari
56 Hilang pertahanan
57 Aku lelaki, Sha..
58 Ketahuan
59 Pengakuan
60 Peringatan
61 Senyar menggelitik
62 Perasaan manusia
63 Kegelisahan
64 Di balik pintu
65 Keheningan yang panjang
66 Usaha Arga
67 Seperti pengkhianat
68 Melepas tuas pertahanan
69 Seseorang
70 Dia
71 Dia dan aku
72 Andre dan Hanny
73 Tentang seseorang
74 Muncul lagi
75 Bertemu lagi
76 Alasan pergi
77 Menemukan hal baru
78 Kebenaran
79 Aku
80 Niat tersembunyi
81 Alasan sederhana
82 Orang baru
83 Mengaku
84 Keinginan Arga
85 Telepon yang mengejutkan
86 Arga yang aneh
87 Terima kasih Bunda
88 Pesan Bapak
89 Rasa penasaran
90 Dia
91 Chelsea dan Evan
92 Asha dan perasaannya
93 Suasana Hati
94 Kejutan
95 Hambar
96 Di belakang Asha
97 Cinta Pertama
98 Membantu Rendra atau...
99 Keputusan
100 Vitaminku
101 Maaf
102 Tidak bisa memilih
103 Pilihan bijak
104 Misi selanjutnya
105 Cerita ini
106 Bertekad
107 Kejujuran
108 Inilah waktunya
109 Kecewa
110 Gelisah
111 Mengamati
112 Usai
113 Memulai
114 Pendapat orang
115 Memasak bersama
116 Butik
117 Peduli
118 Permintaan
119 Sarapan
120 Masih
121 Nasehat ibu
122 Lebih dekat
123 Bimbinglah istrimu
124 Balita menggemaskan
125 Berangkat ke dokter
126 Bersalah
127 Pertemuan mereka
128 Gembira
129 Rindu rumah
130 Sakit
131 Kabar baru
132 Perlu belajar
133 Morning Sickness
134 Ngidam?
135 Mual dan lapar
136 Bertanya lebih baik
137 Berkunjung
138 Belanja
139 Wajan berpantat gosong
140 Tenanglah
141 Ijin dari Arga
142 Cemberut
143 Kejelasan tentangnya
144 Mulai lagi
145 Hangatnya teh
146 Keadaan Asha
147 Penjelasan dokter Murad
148 Cerita bunda
149 Keinginan Asha
150 Mini cafe
151 Cerita lama
152 Kejutan?
153 Arga vs Reksa
154 Tidak bertemu
155 Tamu tidak terduga
156 Gusar
157 Tamu lagi?
158 Jalan yang di pilih
159 Kedamaian
160 Tingkeban
161 Menemani
162 Perlengkapan bayi
163 Gelato dan kelas prenatal
164 Pijatan favorit
165 Erangan
166 Lelah
167 Detik-detik
168 Air mata
169 Terima kasih, istriku...
170 Bayi laki-laki
171 Masih ingat
172 Kata-kata
173 Bulan Juni
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab. 1 Jemuran berkibar
2
Bab. 2 Dia tadi malam
3
Bab. 3 Bekal Makan Siang
4
Bab. 4 Pecat
5
Bab. 5 Asal-usul
6
Bab. 6 Perkelahian di gang
7
Bab. 7 Mie instan
8
Bab. 8 Mie instan enak
9
Bab. 9 Nona Muda yang baik
10
Bab. 10 Mantan
11
Bab. 11 Apa yang kau lakukan, Tuan?
12
Bab. 12 Sedang ingin?
13
Bab. 13 Pagi ini
14
Bab. 14 Bertemu teman
15
Bab. 15 Mantan
16
Bab. 16 Di telantarkan
17
Bab. 17 Dia bekerja untukku
18
Bab. 18 Pertemuan Asha dan Chelsea
19
Bab. 19 Asha dan Chelsea
20
Bab. 20 Dimana Asha?
21
Bab. 21 Makan siang
22
Paris yang emosional
23
Kenyamanan Arga
24
Pencarian Asha
25
Rendra melihatnya
26
Anonim
27
Asha membela Arga
28
Paris yang curiga
29
Janjian
30
Aroma menyenangkan
31
Kenangan
32
Arga vs Asha
33
Aura mendung Tuan Muda
34
Barang berharga
35
Nasihat Nyonya Wardah
36
Lelaki tampan di pasar
37
Paris salah tingkah
38
Pelajaran baru bagi Paris
39
Noda pada kemeja
40
Telepon darurat di malam hari
41
Ajakan Paris
42
Pemikiran yang salah
43
Arga cemas
44
Tirai itu
45
Dia sudah bangun
46
Otak tidak waras
47
Aku yang pertama
48
Masih ingat
49
Tas Arga
50
Interogasi intern
51
Perbincangan di bangku kayu
52
Panik
53
Kedamaian sesungguhnya
54
Tempat baru
55
Gangguan di pagi hari
56
Hilang pertahanan
57
Aku lelaki, Sha..
58
Ketahuan
59
Pengakuan
60
Peringatan
61
Senyar menggelitik
62
Perasaan manusia
63
Kegelisahan
64
Di balik pintu
65
Keheningan yang panjang
66
Usaha Arga
67
Seperti pengkhianat
68
Melepas tuas pertahanan
69
Seseorang
70
Dia
71
Dia dan aku
72
Andre dan Hanny
73
Tentang seseorang
74
Muncul lagi
75
Bertemu lagi
76
Alasan pergi
77
Menemukan hal baru
78
Kebenaran
79
Aku
80
Niat tersembunyi
81
Alasan sederhana
82
Orang baru
83
Mengaku
84
Keinginan Arga
85
Telepon yang mengejutkan
86
Arga yang aneh
87
Terima kasih Bunda
88
Pesan Bapak
89
Rasa penasaran
90
Dia
91
Chelsea dan Evan
92
Asha dan perasaannya
93
Suasana Hati
94
Kejutan
95
Hambar
96
Di belakang Asha
97
Cinta Pertama
98
Membantu Rendra atau...
99
Keputusan
100
Vitaminku
101
Maaf
102
Tidak bisa memilih
103
Pilihan bijak
104
Misi selanjutnya
105
Cerita ini
106
Bertekad
107
Kejujuran
108
Inilah waktunya
109
Kecewa
110
Gelisah
111
Mengamati
112
Usai
113
Memulai
114
Pendapat orang
115
Memasak bersama
116
Butik
117
Peduli
118
Permintaan
119
Sarapan
120
Masih
121
Nasehat ibu
122
Lebih dekat
123
Bimbinglah istrimu
124
Balita menggemaskan
125
Berangkat ke dokter
126
Bersalah
127
Pertemuan mereka
128
Gembira
129
Rindu rumah
130
Sakit
131
Kabar baru
132
Perlu belajar
133
Morning Sickness
134
Ngidam?
135
Mual dan lapar
136
Bertanya lebih baik
137
Berkunjung
138
Belanja
139
Wajan berpantat gosong
140
Tenanglah
141
Ijin dari Arga
142
Cemberut
143
Kejelasan tentangnya
144
Mulai lagi
145
Hangatnya teh
146
Keadaan Asha
147
Penjelasan dokter Murad
148
Cerita bunda
149
Keinginan Asha
150
Mini cafe
151
Cerita lama
152
Kejutan?
153
Arga vs Reksa
154
Tidak bertemu
155
Tamu tidak terduga
156
Gusar
157
Tamu lagi?
158
Jalan yang di pilih
159
Kedamaian
160
Tingkeban
161
Menemani
162
Perlengkapan bayi
163
Gelato dan kelas prenatal
164
Pijatan favorit
165
Erangan
166
Lelah
167
Detik-detik
168
Air mata
169
Terima kasih, istriku...
170
Bayi laki-laki
171
Masih ingat
172
Kata-kata
173
Bulan Juni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!