Pukul 6 Pagi,
Mark terbangun dengan kepala yang masih terasa berat, perutnya sedikit mual, bergegas pria itu berlari ke kamar mandi muntah dengan hebat di atas toilet, "Sial...., semalam aku minum banyak rupanya," sambil memijat pelipisnya Markpun bergegas keluar bermaksud menuju dapur untuk minum kopi.
Baru hingga di tangga tiba-tiba dia dikagetkan dengan sapaan seorang perempuan setengah baya yang tak lain adalah ART yang sudah dia pekerjakan untuk rumah barunya sekitar satu bulan lamanya, "Selamat pagi Tuan, selamat datang di rumah baru Anda," Si Bibi membungkuk hormat, Mark membalasnya dengan hanya menggangguk memang kepalanya masih terasa pusing juga, "Tolong buatkan saya kopi, Bi" pintanya sambil duduk di meja makan, terlihat sarapan dan surat kabar sudah tersedia di sana.
Tak lama Si Bibi menyodorkan secangkir kopi padanya, "Saya hendak membereskan kamar Tuan, adakah yang harus saya siapkan kembali?" tanyanya, "Tidak, terima kasih," jawab Mark sambil meneguk kopinya.
Selepas pembantunya pergi, Mark melepaskan pandangannya kepekarangan belakang, tirai Vitrase putih sudah terbuka dan terikat rapih, sehingga dengan jelas pemandangan laut dan tepian pantai bisa terlihat dari ruang makannya, "People come people go....Hmmm" gumamnya seraya langsung meraih koran untuk menepis semua pikirannya tentang Chelsea, namun lagi-lagi senyum manja gadis itu memenuhi disetiap lembarnya, kembali Mark menarik napas dalam, dilipatnya koran itu dan dihempaskannya.
"Semua sudah selesai Tuan," kembali pembantunya membuyarkan lamunannya, "Terima kasih," jawab Mark sambil berlalu, Bi Wati hanya mengamati kepergiannya dengan heran, tuannya terlihat seperti tak bersemangat hidup, padahal muda, tampan juga kaya-raya, "Ada apa dengan anak jaman sekarang?" batinnya sambil menggeleng tak mengerti.
Mark membenamkan kepalanya lama dibawah derasnya kucuran air shower, jika bisa otaknyapun ingin dicucinya, "Mungkin yang terbaik untuknya memang seperti ini," kembali Mark mencoba meyakinkan dirinya berharap hatinya tenang namun tetap tidak bisa, "Atau haruskah aku kerumahnya?, bagaimana jika gadis itu mengusirku?, namun dia istriku!.....Ah! bukankah, dari awalpun dia sudah terpaksa dengan pernikahan ini? terbukti dia menuruti ayahnya pergi, Iya betul!" Pikirannya terus dirasuki tentang Chelsea, jikapun gadis itu menyayanginya, pasti dia tidak akan mengikuti Ayahnya pikir Mark sambil memukul dinding kamar mandi dengan keras hingga kepalannya sedikit robek bercucuran darah, namun heran dia tidak ada rasa sakit disana, melainkan hatinyalah yang perih berdarah-darah!
kesian yak....,
tapi tetep ganteeeeng kaaaaan?????
"Hari ini tolong seseorang kemasi bajuku disana! hanya bajuku!" Perintah Mark ditelp kepada seseorang, sambil dia membalut luka ditangan kanannya.
Kemudian dia menelepon Chelsea, kali ini ada nada sambung dan dia mengangkatnya, sekilas Mark memandangi ponselnya dengan hati berdebar-debar, "Hallo Sayang," Mark memberanikan diri menyapanha, namun terdengar suara parau, "Enyah Kau dari anakku, pernikahan itu sudah aku batalkan, segera surat pembatalannya akan kukirim!" kemudian Tut...tut...tut.... nada sambung terputus bahkan ponsel itu seperti dimatikan.
Mark membanting ponselnya dengan kesal, wajahnya berubah menjadi merah padam, tampa pikir panjang diapun berlari menuju garasi namun hanya motor merk D kesayangannya terparkir di sana, dia ingat memang dia belum menggambil mobilnya yang masih terparkir di club.
Mark mengendari motornya dengan kencang, dia sudah tidak lagi berpikir tentang keselamatan jiwanya, hanya dengan 1 jam dia sudah tiba di gerbang utama rumah Chelsea.
Nampak Pak Is bersama dua penjaga lain menghadangnya, "Maaf Tuan, kami tidak bisa ini perintah!", "Buka! atau aku terpaksa menabrak gerbang," ucap Mark tegas menatap ketiga securiti itu yang memang dikenalnya dekat, dengan terpaksa mereka membukanya.
Mark menggeletakan motornya begitu saja dan berlari masuk, "Anggaplah aku menaiki pagar!" Ucapnya lagi kepada mereka, sesampainya didepan rumah, enam orang berperawakan dua kali lipat darinya menghadang dan menyeretnya menjauhi pintu, Mark memukul salah satu diantaranya, hingga akhirnya keenam orang itu memukulinya tanpa ampun.
Mark tetap melawan sambil terus memanggil Chelsea untuk keluar, "Istriku.... Chelsea keluarlah!" teriaknya, nampak salah satu pengawal Chelsea sudah ambruk dibuatnya, namun karena tidak imbang kini dialah yang tersungkur ke carport dengan berlumuran darah, namun dia tetap bertahan.
Rupanya Chelsea mendengar kegaduhan dari balkon kamarnya diapun berlari menuruni tangga, Mr. James yang sedari tadi duduk tenang di sofa walau tahu apa yang tengah terjadi, tak kalah sigap menghadang Chelsea dibawah tangga, menarik tangan putrinya yang terlihat bersikeras menuju pintu, "Daddy tidak akan membiarkanmu menderita lagi, masuklah ke kamarmu Sayang!" Pinta Mr. James dengan tegas, gadis itu hanya membalas pandangan ayahnya sambil berkaca-kaca, akhirnya Mr. Jamespun melepaskannya, segera Chelsea berlari meninggalkannya, "Kamu sudah bukan siapa-siapanya lagi!" Lanjut Mr. James berteriak, kembali dengan santai laki-laki tua itu duduk di sofa.
Kalimat terakhir ayahnya membuatnya sedikit ragu, perlahan Chelsea membuka pintu, melihat mantan suaminya yang tampak lunglai berlumuran darah spontan Chelsea histeris, "Hentikan!!!" jeritnya sambil berlari memeluk Mark yang kini ambruk dipelukannya, gadis itu menyeka cucuran darah mantan suaminya sambil menangis pilu, "Memukulnya lagi? kalian akan mendapatiku mati setelah ini!" teriaknya seraya menatap para pengawalnya dengan tatapan liar penuh amarah.
Keenam pengawalnya kini serentak berdiri mematung, mereka saling berpandangan dengan wajah kebingungan, disamping perintah Mr. James menyingkirkan laki-laki yang akan datang mencari putrinya, Mr. James tahu Mark pasti akan datang karena kurang lebih dia mengenal sifat Mark bagaimana.
Mark terlihat seperti hampir tak sadar memandanginya, "Kenapa Kau datang? pulanglah, Kita sudah berakhir" ucap Chelsea dengan membelainya, laki-laki itupun pingsan dipangkuannya, kembali Chelsea histeris dipikirnya mantan suaminya telah meninggal saat itu. "Kalian akan mendapatiku mati juga, Tuanmu akan menyesalinya!" Pekiknya penuh dendam.
"Tuan muda hanya pingsan Nona." Jawab salah satu diantaranya, khawatir nona-nya akan bunuh diri pikirnya, "Tolong bawa dia ke rumah sakit," pinta Chelsea kepada mereka dengan masih tersedu-sedu, terlihat pengawalnya sigap menggotong Mark ke mobil yang biasanya Mark bawa untuk antar jemput dirinya, tak lama mobil itu hilang dari pandangannya.
Chelsea masih tak bergeming bersimpuh di carport menangisi bekas darah mantan suaminya yang hampir memenuhi bajunya, Bi Inah yang sedari tadi terduduk lemas di depan pintu akhirnya sekuat tenaga bangkit menghapiri Nona-nya.
Dipeluknya Chelsea sambil ikut terisak,"Tuan muda akan baik-baik saja Nona" ucapnya lirih menguatkan, kemudian dipapahnya gadis itu masuk rumah, Chelsea membuang muka saat ayahnya memandanginya, dia terus berjalan menaiki tangga bersama Bi Inah, terdengar Mr. James sayup berkata, "Kamu belum menyadari apapun, Sayang" namun Chelsea tetap mengacuhkannya.
"Memang Mark bukan siapa-siapanya lagi" batin gadis itu, "Aku hanya menderita, jika ada seseorang terluka didepanku" gumamnya lirih kepada Bi Inah, Bi Inah mengelus pundak majikan kecilnya itu, "Tuan muda hanya hidung dan pelipisnya saja yang berdarah, Nona tenanglah" Ucap Bi Inah sedikit menenangkannya, "Bantu aku cari tahu tentang keadaannya Bi," pinta Chelsea menimpali, dia menyembunyikan rasa pedihnya, "Hanya tentang kesembuhannya, tidak lebih" lanjut Chelsea lagi, Bi Inah mengangguk, "Iya, Bibi janji!" Jawab Bi Inah dengan sungguh-sungguh.
Bi Inah meninggalkan Nona mudanya yang terduduk lemas dipinggiran kasur, sejak semalam memang Nona-nya tampak murung, hingga pagi pun Chelsea menolak makan hanya meminum susu itupun tidak dihabiskannya, Bi Inah memahami ada benih cinta di sana itu jelas terlihat dari perubahan sikap nonanya yang jika Bi Inah memancing menyebutkan kata Mark secara sengaja Chelsea terlihat berbinar-binar, Bi Inah meyakini mereka sudah saling jatuh cinta sejak lama.
Lanjutkah????.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Dewi Yana
Heuuuuuh meuni susah atuda bilang bogoh ge jadi weh diambil lagi ku bokap nya....
2020-07-27
1
Dewi Yana
Heuuuuuh meuni susah atuda bilang bogoh ge jadi weh diambil lagi ku bokap nya....
2020-07-27
1
Dewi Yana
Heuuuuuh meuni susah atuda bilang bogoh ge jadi weh diambil lagi ku bokap nya....
2020-07-27
1