Episode Empat Tragedi Terjadi

Pukul 2:00 pagi

Mark merebahkan Chelsea di jok depan, kemudian Mark mengancingkan kancing baju Chelsea yang terbuka lebar, gadis itu terlihat lemah dengan napas tersenggal-senggal, Mark meletakan tangannya di kening Chelsea, "Kamu sedikit demam Nona" ucapnya, bergegas Mark melajukan mobilnya, ada yang tak beres pikirnya, namun sulit baginya untuk benar-benar fokus menyikapi keadaan, ada hal aneh juga menyerang dirinya, "Aku juga mabuk" pikirnya sambil berusaha tetap konsentrasi menyetir.

"Aku haus, gerah Mark, Kamu tidak?" gumam gadis itu dengan mata terpejam, memang kepalanya terasa berat kali ini.

Mark kaget Chelsea menyebut namanya untuk pertama-kalinya, gadis itu memegangi lengannya erat dan terus meracau lirih bahkan mendesah seperti menahan sesuatu, terlihat duduknyapun gelisah, "Sayapun perlu kopi Nona, bersabarlah sebentar lagi sampai" Mark menambah kecepatan mobilnya sambil menelepon Bi Inah untuk menyiapkan dua gelas susu segar untuk Chelsea pintanya ke Si Bibi.

Pukul 2 dini hari keduanya tiba dirumah, bergegas Mark menggendong kembali Nona-nya dan merebahkan Chelsea di tempat tidurnya nampak Bi Inah sudah standby di sana "Pastikan Nona menghabiskan dua gelas susunya Bi," Ucap Mark kepada Bi Inah, "Baik Den, selamat istirahat" ucap Bi Inah, Markpun meninggalkan keduanya.

Bi Inah menggantikan baju Nonanya dengan babydoll tipis karena Chelsea terus mengeluh kegerahan, "Minum susunya Non," kata si Bibi sambil membantu Chelsea meminumkan gelas susunya, namun Chelsea tidak menghabiskannya, "Eneg Bi, sudah saja," kembali gadis itu merebahkan dirinya tampak terlihat lemas dengan keringat bercucuran, hal ini membuat Bi Inah sedikit heran karena AC ruangan sangat dingin, dan tidak biasanya Chelsea terlihat mabuk parah seperti itu pikirnya.

Chelsea meracau tidak jelas dan Bi Inah hanya "Iya, iya, iya nona" menjawab, dia sudah menganggap Chelsea seperti cucunya sendiri, diapun memang menyayangi gadis kecil ini, "Bi, Miranda naksir sopirku" lirihnya, "Iyaaa" kata bi Inah, "Jangan!" Sambungnya lagi, "Iyaaa" jawab bi Inah maklum orang mabuk pikirnya, "Kenapa jangan Non?" Bi Inah ingin tau, biasa orang mabok kan jujur, "Dia punya Chelsea" jawab gadis itu polos, sontan membuat si Bibi tertawa ngikik, "Iyaaa" jawabnya lagi, apa gadis ini jatuh cinta pikirnya, atau memang sifat posesifnya saja, dipandanginya terus Nona-nya yang terlihat semakin gelisah, Chelsea tampak menarik-narik bajunya "Bi, mana Dia?" tanya gadis itu sambil nampak berusaha membuka mata melirik si Bibi yang sejak tadi membelai rambutnya, "Tolong panggilkan dia Bi," tatap Chelsea dengan lekat mengharap Bi Inah memanggilkan pengawalnya, Bi Inah mengangguk dan bangkit meninggalkannya.

"Den, Nona memanggil," Ucap Bi Inah sesampainya diruangan tepat di depan pintu kamar Chelsea, Mark yang sejak tadi duduk di sofa menikmati kopi sambil memainkan ponselnya kini berdiri dengan sopan mengangguk mengiyakan si Bibi, "Chelsea menghabiskan susunya Bi?" tanya Mark, Bi Inah menggeleng "Hanya setengah gelas Den, eneg katanya," jawab bi Inah dengan bingung, "Baiklah, biarkan Nona istirahat Bi, Selamat malam" Mark terduduk kembali, "Tapi..., Nona memanggil Aden" lanjutnya lagi mengingatkan, "Biarkan saja, Dia mabuk berat malam ini, nanti juga pasti tertidur." Mark meyakinkan bi Inah, wanita tua itu mengangguk dan berpamitan.

Mark melirik jam tangannya, waktu menunjukan sudah pukul setengah tiga, diapun membaringkan badannya di sofa "Panas gila!" Keluhnya, sambil dilepas seluruh kancing kemejanya.

Sejak bekerja menjadi pengawal Chelsea memang jam tidurnya menjadi kacau, Mark biasa bisa benar-benar tidur jika diparkiran sekolah sambil menunggu Chelsea atau saat cuti, maklum kontrak menjaga Chelsea lebih dari sekedar menjaga bayi terlebih nona-nya sangat susah diatur dan senang sekali kelayaban.

Kembali Mark berusaha melemaskan tubuhnya, pikirannya kini melayang "Berat juga lama-lama gendong gadis manja itu, terlebih sekarang sudah jauh lebih bongsor" batinnya sambil terus meresapi hawa panas yang kini membangkitkan gairah aneh dipikirannya.

Paras cantik Chelsea mengganggu pikirannya, terlebih baju seronoknya malam ini, "Gila!" Tepis Mark sambil menyalakan TV "Lebih baik nonton bola" pikirnya, namun sama saja, malah pikirannya semakin kacau, ada rasa ingin menghampiri nona-nya minimal bisa melihatnya saja mungkin cukup, "Hmm....," Mark bergumam sendiri, "Ada yang tak beres" pikir Mark kembali tersadar, sekuat tenaga dia menekan semua gairahnya, "Chelsea bukan anak kecil lagi dan aku laki-laki normal" batinnya membela diri memang Mark tengah berperang melawan dirinya sendiri saat itu.

Sementara sosok yang tengah diperangnya Chelsea, entah sejak kapan gadis itu sudah berdiri tepat dibelakang sofa, senyumnya begitu manis tak kala Mark beralih menengoknya.

"Ah! Gila!" gumam Mark dengan tanpa sadar. Dia masih setengah tak percaya dan terpana, mungkin pikirannya sudah membuatnya gila pikirnya, Chelsea tidak mungkin menghampirinya begini, kembali dia memejamkan matanya berharap bisa tertidur, namun suara lirih menyadarkannya kembali bahwa gadis itu benar-benar menghampirinya. "Aku memanggilmu..." suaranya begitu lembut dan sedikit menggoda. "Ah!" keluh Mark dihatinya, "Sudah pagi Nona, tidurlah" jawabnya seraya akhirnya dia bangkit duduk.

"Aku tidak ngantuk, boleh ikut menonton?" pintanya, dengan tanpa ragu gadis itu sudah merapat duduk disampingnya. Sekilas lagi-lagi sikap tak biasa Chelsea membuatnya mati gaya, terlebih pakaian tidur Chelsea begitu transparan lekuk tubuhnya tampak jelas hingga mengacaukan pikiran sehatnya, sadar akan hal itu Markpun mengabaikannya seolah-olah dia sedang fokus menikmati acara TV.

"Boleh minta kopimu?" dengan tanpa aba-aba Chelsea langsung berusaha meraih cangkir di meja disamping Mark, hampir saja dada keduanya bertabrakan, spontan Mark menggeleng tangan kirinya sigap lebih dulu mengangkat cangkir kopi itu untuk menjauhi jangkauan tangan kanan Chelsea, tapi Chelsea terus berusaha menggapainya.

Kejadian tak terelakan Chelsea terjatuh kepangkuannya, kembali keduanya beradu pandang dan Mark masih berusaha bersikap tenang, "Kopi tidak akan membuatmu tidur," jawabnya dengan gugup karena gadis itu tak kunjung beranjak, malah kedua tangannya dengan semakin berani bergelayut dilehernya bahkan kepalanya bersandar manja didadanya.

Mark masih bisa menguasai keadaan, dengan tenang dia kembali Mark meletakan cangkirnya dan membiarkan Chelsea tetap memeluknya, "Jantungmu berdegup kencang" lirih Chelsea sembil mendongakan wajahnya sambil lagi-lagi melemparkan senyum kemudian dielusnya pipi kiri Mark dengan lembut.

Terlihat jelas kali ini, Mark hanya bisa diam seribu bahasa dia benar-benar mati gaya, raut wajah bingung menguasainya, belaian Chelsea membuatnya begitu sulit bagaimana dia harus bersikap, tingkahnya tidak lagi seperti anak SMA pikirnya.

"Bagaimana rasanya dipeluk Miranda?" lanjut Chelsea sambil terus menatapnya, lagi-lagi Mark hanya bisa diam pikirnya dia atau Chelsea yang tengah kesambet.

Melihat pengawalnya tidak berdaya, entah kuasa apa yang tengah menguasainya, dia beranjak duduk dipangkuan Mark yang terus mematung menatapnya, "Nona Kau sangat mabuk, pergilah ke kamarmu." Mark mulai tersadar curiga dengan apa yang Chelsea minum di club, "Kita harus ke Dokter" kata Mark, seraya memberanikan diri meraih pinggang Chelsea dengan maksud memindahkannya.

"Aku tidak sakit, hanya menginginkamu saja" jawab Chelsea dengan enggan beralih malah diraihnya wajah Mark dan menciumi bibir dan leher laki-laki itu dan terus menggodanya, akhirnya Markpun terlihat kalah dan membalasnya.

Kini kedua insan itu bak sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara.

Keduanya saling asik berpangutan bahkan Chelsea seperti begitu menikmatinya tak kala kedua tangan Mark menyelinap masuk kedalam bajunya dan meremas-remas lembut disana.

Tiba-tiba kesadaran Mark kembali datang diapun langsung menghentikan aksinya, "Ini ini tidak boleh Nona, saya mohon tidurlah," dengan masih terengah Mark kembali mengingatkan Chelsea yang tampak panik, paras sexy itu berubah menjadi gusar dan frustasi akan penolakan pengawalnya.

"Aku bukan anak kecil lagi," paksanya, berharap Mark melanjutkannya kembali. "Kamu selalu mengaturku, aku tidak boleh?" katanya sambil kembali meraih tangan kedua tangan Mark kembali dan menuntunnya memasuki kedalam bajunya, "Please....?" Lanjutnya sambil melepaskan babydolnya itu.

"Ah!" keluh Mark spontan dengan langsung menutup kedua matanya, dia benar-benar tak sanggup memandangi kepolosan tubuh yang berada tepat dipangkuannya, "Baiklah!" jawab Chelsea dengan nada tidak senang seperti hendak beranjak, namun kembali Mark mendudukannya, perasaannya begitu berkecamuk antara hasrat yang menggelora dan kesadaran.

"Kamu yakin?" tanya Mark kepada Chelsea yang langsung mengangguk sambil tersenyum mesra, akhirnya Markpun menggendongnya masuk kedalam kamar dan sesampainya diatas tempat tidur, keduanyapun benar-benar khilaf melakukan hal lebih yang semestinya tidak boleh terjadi bahkan hingga berkali-kali dan berakhir sama-sama tertidur lelah dibawah balutan selimut saja yang menutupi keduanya.

Jam 10 siang Bi Inah masuk hendak membangunkan Nonanya, begitu mendapati keduanya dalam keadaan polos berpelukan wanita tua itu berteriak histeris karena kaget.

"Ya Allah!" Pekiknya, sontak Mark dan Chelsea terbangun dengan kaget terutama Chelsea yang langsung mendorong tubuh Mark dan berteriak histeris, "Bedebah!!! apa yang Kau lakukan!!!" Chelsea menangis sejadi-jadinya, Bi Inah tanggap menggambil handuk yang sedari tadi dibawanya lalu melilitkannya ke tubuh Chelsea sambil memeluknya, Chelsea meraung-raung, spontan Mark menarik selimut mengenakannya terduduk lemas dipinggiran tempat tidur, diapun tak percaya dengan semua yang telah terjadi, diliriknya gadis itu yang terus menangis dipelukan Bi Inah, tak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan, Chelsea terus memaki-maki dirinya sambil meraung-raung.

"Kau! sengaja mengajakku tadi malam? supaya aku bisa kau ginikan?! Apa yang Kau taburi diminumanku? sungguh tega!" Mark tetap menunduk ingin sekali mendekap gadis itu dan mengatakan bahwa dirinyapun sangat menyesalinya, namun apa daya nasi sudah menjadi bubur.

Mark berdiri mengambil telp wireless tak jauh dari meja samping tempat tidur Chelsea bermaksud menelepon Mr. James, terdengar Mark berkata "Tuan, saya telah membuat kesalahan besar kepada Chelsea," dia tampak mengangguk-ngangguk entah apa respon Mr. James saat itu.

Si Bibi ikut menitikan air mata bingung juga harus bagaimana, "Daddy bisa membunuhku Bi, hiks hiks aku ternoda oleh supir sialan itu!, Enyah Kau!!!!" Chelsea berkata-kata kembali sambil terus terisak, kini rasa sedih bercampur takut, dia tahu ayahnya bukan orang yang bisa memahami kejadian seperti ini, Bi Inahpun memapahnya untuk duduk dikasur, dia tetap membelainya sambil sesekali memandangi Mark yang tampak kebingungan, "Mandilah Den," kata wanita tua itu berusaha menenangkan Mark pula.

Mark mengangguk, sebetulnya kepalanya masih terasa berat, "Baiklah Bi," sambil melirik Chelsea dengan penuh haru, Mark meninggalkan keduanya, bergegas Mark mandi di kamar pribadinya, lama Mark membiarkan derasnya air shower menghujani kepalanya, sekuat tenaga laki-laki itu mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi, hampir tidak ada satupun yang bisa diingatnya, "Damn!" Pekiknya sambil memukul dinding kamar mandi dengan kesal, tidak tahu harus bagaimana menghadapi kemarahan Mr. James yang memang tadi sudah hampir tiba, "Aku mengacaukan semuanya" keluhnya lagi lirih, "Ok! Mark semua sudah terjadi! Hadapi!" Diapun menyudahi mandinya, sambil terus menguatkan hati untuk bisa menerima apapun yang terjadi pikirnya lagi, Mark seperti biasa mengenakan pakaian rapi lengkap dengan jas-nya lalu bergegas kembali ke ruangan Chelsea.

Tampak Mr. James sudah duduk di Sofa, dengan wajah tegang merah padam, sementara Chelsea duduk bersimpuh dikakinya, gadis itu terlihat memohon-mohon ampun namun Mr. James terlihat tetap diam seribu basa, laki-laki tua itu nampak sangat terguncang mendapati kenyataan didepannya, Mark tega melakukan hal yang dia percayakan penuh kepadanya, entah bagaimana nasib putriku pikirnya sambil melirik kearah Mark yang sedari tadi berdiri terpaku menundukan kepala, Mr. James menatap Mark penuh kekecewaan, "Ini yang Kau sebut menjaga Mark!" Ucap Mr. James datar, Mark tetap menunduk tak berani sedikitpun menatap wajah murka tuannya, "Andai aku bisa menahan diri, aku sudah membalas budi baik Mr. James, dengan menghancurkan keluarganya." Sesal Mark dalam hatinya, terdengar kembali Chelsea memohon ampunan ayahnya, "Hiks...Hiks Daddy, Chelsea sudah mempermalukan Daddy, ampuni Daddy, tolong jangan diam saja, Daddy!!" Pekik Chelsea putus asa, gadis itu menggoyang-goyang kaki ayahnya, yang sedari tadi terus mengabaikannya.

"Saya akan bertanggung-jawab Tuan, ijinkan saya menikahinya" Mark memberanikan diri mengucap kata, tampak Mr. James kali ini terlihat pasrah, "Pak Pri, panggilkan Pastor Yulius, saya mau menikahkan mereka! buatlah ini secara diam-diam tidak boleh publik dan kolega tahu!" perintahnya dengan tatapan kosong kepada Asisten pribadinya, yang sedari tadi sama-sama terdiam mematung penuh haru, namun dia tahu Mark bukan laki-laki yang bisa berbuat seperti itu jika bukan karena sesuatu pikir Pak Pri sambil mengangguk dan berpamitan untuk menjemput Pastor Yulius, "Daddy! Tidak mau! Chelsea tidak bersalah, masa menikahi Dia?" Chelsea kembali histeris dengan tetap bersimpuh, melihat Mr. James terus mengacuhkan anaknya, Mark mendekat mencoba meraih tubuh Chelsea untuk mengangkatnya berdiri namun Chelsea menepisnya, dipandanginya calon suaminya penuh jijik dan benci, "Lepaskan! Aku akan bunuh diri kalau kau menikahiku!" Teriaknya, Markpun menyerah melepaskan bahu Chelsea karena gadis itu tidak mau beranjak, Markpun turut berlutut, berharap Mr. James memaafkan Chelsea dan dirinya.

"Bersihkan badanmu!" Mr. James mendorong tubuh anaknya menjauhi kakinya, dia bangkit berdiri, sambil menelepon kembali asistennya, "Bagaimana Pak Pri? ok cepatlah!" Kata laki-laki tua itu dengan gusar, Bi Inah tanggap membawa Chelsea menuju kamarnya membujuk Chelsea mandi, "Semua sudah terjadi, bersabarlah Nona," ucap Bi Inah menenangkan Chelsea, dimandikannya gadis yang terlihat meringis, merasakan perih dan ngilu disekujur tubuhnya, Bi Inah mengamati memang banyak kemerahan didada hingga kepaha majikannya, diapun mengeringkan tubuh majikannya dengan perlahan, Chelsea memang sudah tidak sungkan karena Bi Inah biasa membantunya mandi, "Hidupku sebentar lagi berakhir Bi!" Keluh chelsea lirih, pedih rasanya menerima kenyataan pahit, nasibnya harus berakhir menjadi istri pengawal yang sangat dibencinya itu, namun jika tidak dituruti ayahnya akan lebih terluka lagi pikirnya, terlebih keluarganya masih kolot kalau mengenai hal kesucian diri, "Aku harus sabar ya Bi?" tanyanya lagi kepada Bi Inah untuk meyakinkan diri, Bi Inah tersenyum bahagia dipeluknya kembali Nonanya kemudian menuntun Chelsea ke meja rias, kali ini Chelsea tampak menurutinya, "Dulu Bibi menikah usia 12 tahun Non, dijodohkan juga dan bahagia, percayalah" Chelsea menatap pembantunya tajam dari balik kaca, kini dia sekuat tenaga untuk tidak menangis.

Lanjut kuy....🤗

Terpopuler

Comments

Ainur Cutee

Ainur Cutee

visual Mark ny mna thor,,

2021-04-12

0

Khalis Naufazha

Khalis Naufazha

mknya jgn suka minum2an keras begitulah akibat nya

2021-01-20

0

Oot

Oot

padahal si chelsea yg ngajak wkwkwk

2020-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!