Episode Enam Terjatuh Dari Langit Ke 7

Baru setengah perjalanan menuju gerbang utama rumahnya Chelsea merasa kelelahan memang dia tidak biasa berjalan jauh. "Berhenti dulu, Aku capek" katanya sambil terlihat ngos-ngosan, Chelsea menarik tangannya supaya Mark melepaskan genggamannya, Markpun menghentikan langkahnya seraya menoleh, "Lain kali jangan banyak-banyak Sayang," canda Mark mengingatkan istrinya kembali, Mark bermaksud menggodanya, namun Chelsea melengos merasa itu tidak lucu.

Dilihatnya Mark jongkok mengisyaratkan menawarkan gendongan dipunggungnya, chelsea menggeleng merasa tak nyaman, "Ayolah, biasa juga minta gendong, setiap kali kamu mabuk, aku gendong begini." lirik Mark sambil meyakinkannya lagi.

"Tapi aku lagi tidak mabuk!" Sanggahnya, berarti selama ini mereka kayak film korea itu dong pikirnya sambil merasa risih membayangkannya.

Melihat istrinya tampak menggidik, Markpun berdiri sambil pura-pura berlalu meninggalkannya, "Tunggu!" Pekik Chelsea takut ditinggalkan, mau tinggal dimana pikirnya kalau ditinggal, masa balik lagi tengsin kita, keluhnya dalam hati.

Markpun tersenyum puas dan menggendong istrinya yang tak lama terasa seperti Chelsea membenamkan wajahnya disana, Chelsea memang menghindari terik matahari.

"Kau membasahi bajuku," Mark tau Chelsea berlinang lagi disana, Mark bingung harus menghiburnya dengan cara bagaimana, dia tahu Chelsea pasti sedih meninggalkan rumahnya dan terpaksa mengikutinya. "Maafkan aku sayang," Mark tidak sungkan lagi menyebut istrinya dengan panggilan sayang, semalam ratusan kali kalimat itu dia sebut dalam enam rondenya, Chelsea tidak menjawab apapun perasaannya terasa sangat hampa, kata maaf tidak cukup mengobati luka hatinya, akhirnya sepanjang jalan keduanya sibuk dengan penyesalan masing-masing, Mark tahu akan tidak mudah hidup dengan Chelsea disamping dia harus menyelesaikan pertanggungjawabannya juga terhadap Shinta.

Akhirnya merekapun sampai di gerbang utama, tampak disana terlihat tiga penjaga sudah terbongkok-bongkok hormat ke keduanya, "Hormat Dan! Selamat jalan," kata Pak Is kepala jaga, Mark yang sebelumnya adalah atasan mereka, kini menjadi suami majikannya, "Bahagia dan haru" batin Pak Is,

Mark hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

"Nona selamat menempuh hidup baru!" sambung Pak Is lagi, sebenarnya Chelsea tidak menyukai kalimat itu namun banyak hal yang membuatnya tidak akan bisa lagi menggumbar kekesalannya, karena Mark tidak pernah suka jika dia kasar kepada pegawai-pegawainya.

"Hidup baru gundulmu!" Gumam Chelsea dihatinya, gadis itu tetap menyembunyikan wajahnya dipunggung Mark, malu juga sebenarnya dulu suka bentak-bentak Pak Is, sekarang dia yang diusir ayahnya pikirnya lagi, "Jaga Daddy, Pak" akhirnya Chelsea membalasnya lirih, "Asyiap Non!" Jawab Pak Is sambil memberi hormat laksana sedang upacara bendera, tak disangka Nona-nya kali ini bersikap sopan, sukurlah semua membawa perubahan pikir Pak Is haru biru menyelimuti hatinya sambil melepas kepergian keduanya yang tampak menghampiri Mobil type Alphard sudah sejak tadi menunggu didepan gerbang, Mark mendudukan istrinya disebelah kiri, dan bergegas masuk duduk disampingnya, Chelsea menatap mark dengan ribuan pertanyaan, ayahnya tidak mungkin menyiapkan mobil untuk mereka, "Temanku menyiapkannya untuk kita Sayang" Mark paham betul dengan ekspresi Chelsea jika membutuhkan penjelasan, kemudian digenggamnya kembali tangan istrinya namun sayang Chelsea menepisnya, Markpun mengalah memang tidak mudah menghadapi sifat kerasnya Chelsea pikirnya, tak lama Chelsea terlihat tertidur pulas.

"Semua sudah siap?" tanya Mark kepada sang sopir, "Sudah sesuai mau Tuan" jawab sopir itu dengan penuh sopan "Ok terima kasih", "Sama-sama Tuan, Selamat menempuh hidup baru" jawab sopir itu lagi, Mark hanya tersenyum "Semoga" pikirnya sambil sesekali memandangi istri buasnya yang masih tampak terlelap.

Dua jam kemudian mobil tersebut berhenti disalah satu apartemen pinggir kota namun suasana masih terlihat asri, mirip kota Bogor masih banyak pepohonan rindang disana, Markpun membangunkan Chelsea dengan perlahan menepuk pipi gadis itu "Bangunlah kita sudah sampai", "Uh masih ngantuk" jawab Chelsea masih tampak teler, Markpun memapahnya masuk menuju salah satu unit apartemen itu, Chelsea masih belum sadar betul rupanya terbukti dia melanjutkan tidurnya dikamar apartemen itu, Markpun meninggalkannya kembali untuk memesan makanan dan obat secara online.

Mark menunggu pesanannya datang sambil duduk di sofa depan TV, tak berapa lama pesanannyapun datang, Mark menaruh semuanya diatas meja makan yang tak jauh dari ruang tamu, lanjut dia menyeduh kopi menahan kantuk jaga-jaga istrinya terbangun, hari yang melelahkan pikirnya, sambil terus kembali dia berusaha mengingat-ingat apa yang membuat Chelsea menyerahkan kesuciannya tadi pagi, kembali dia merebahkan tibuhnya di sofa sambil sesekali meneguh kopi buatannya. "Ah! Audrey menaruhnya di koktail" gumamnya lirih, kali ini dia yakin hanya gadis itu yang memiliki alibi kuat, "What's next?" kembali Mark menimbang untuk harus bagaimana selanjutnya, ini semua diluar dugaan pikirnya namun kali ini otaknya masih belum sanggup berpikir terlebih dia sadar dirinyapun masih sedikit dibawah pengaruh obat yang entah apa itu.

Satu jam kemudian seseorang memanggilnya dari depan pintu kamar, "Hey..., aku lapar" kata Chelsea sambil mengamati sekeliling, ruangan yang begitu sempit pikirnya, "Ini rumahmu? kumuh sekali" lanjutnya, memang Mark sengaja memilih type studio yang hanya satu kamar dengan kamar mandi diluar bersatu dengan ruang makan dan dapur yang menghadap ruang tamu.

Mark beranjak ke dapur menghangatkan makanan pesanannya sambil menyediakan segelas susu hangat untuk istrinya, Chelsea menghampiri suaminya dan terus membrondong dengan banyak pertanyaan, "Ini dimana ya? kepalaku masih berat kenapa ya?" tanyanya mencurigai, "Rumah barumu sayang," jawab Mark santai, "Kamarnya cuma satu? Situ tidur mana?" lanjut Chelsea, sepertinya mulai agak sadar, karena sikapnya sudah mulai back to nature alias kurang sopan, diapun duduk di meja makan meneguk gelas susunya, sementara Mark tetap lanjut menghidangkan makanan untuk mereka.

Mark duduk tepat dihadapan istrinya, sambil mulai menyantap makanannya, Chelsea tampak terlihat menatap kearahnya, Mark tahu Chelsea membutuhkan jawaban darinya, "Aku tidur disofa jika kamu belum mau ditemani suami! makanlah, aku kangen teriakanmu," lanjut Mark santai.

Istrinya tampak menurutu dan mulai menyantap juga makanannya, memang lapar banget belum sempat makan apa-apa sudah diusir ayahnya, "Duhhh! Daddy tega." pikirnya sambil kembali kelopak matanya terasa berat, Mark tertegun sejenak sambil memandangi istri kecilnya yang kali ini begitu cengeng, "Aku berjanji tidak akan menyakitimu" ucap suaminya lirih, Chelseapun merasa sedikit lega mendengarnya, "Aku kenyang dan mau mandi, tapi bajuku tidak ada, disini juga panas, AC-nya rusak ya?" ucap Chelsea sambil mengusap air matanya, Mark berusaha meresapi sebetulnya ruangan cukup dingin namun dia tahu Chelsea belum benar-benar pulih dari pengaruh obatnya.

"Mungkin iya, besok aku akan panggil tukang servicenya Sayang," jawab Mark memutuskan mengiyakan, "Hey, aku tidak bisa dipanggil itu." Jawab Chelsea tiba-tiba sambil mendelik, Mark memasang mimik bertanya seolah tak paham, "Panggil itu tadi" jawab Chelsea frustasi, "Apa?" jawab Mark berpura-pura lagi, Istrinya tampak kesal melengos, "Sayang!" jawab Chelsea geram, "Iya sayang?" jawab Mark sambil tersenyum kena pikirnya, "Ah! ini Stupid!" Keluh Chelsea jengah namun dia sadar ini bukan istananya nyalinya agak ciut, tidak ada yang bisa melindunginya disini, tidak ada Bi Inah, kembali Chelsea menyadari arti Bi Inah untuknya.

"Gua musti baik-baikin ini orang, numpang makan tidur sementara, terus cari kerja, kumpulkan uang dan kabur" Pikirnya menyusun rencana.

Mark tersenyum sambil tetap memandanginya, dia paham betul setiap sikap istrinya , secara 4 tahun tiap detik mengamati dan mempelajarinya, Chelsea membalas senyumannya sesaat lalu melengos, maksudnya gencatan senjata dulu atau damai secara kekeluargaan.

"Kamu cantik kalau tersenyum," goda Mark lagi, "Emang dari lahir!" jawab Chelsea tersinggung, masa cantik kalau tersenyum doang menyebalkan ini orang pikirnya lagi. "Udah ah, ada handuk?" seraya terlihat hendak bangkit namun kemudian gadis itu terduduk kembali dengan wajah bingung.

Mark mengamati tingkah lucu dihadapannya, lama-lama lumayan juga hiburan pikirnya.

"Ada dong, mandi aja, kog duduk lagi Kamu?" Mark bertanya penasaran, "Terus aku ganti baju apa? masa handukan doang, mana kamar mandi diluar begini," keluhnya sambil menoleh kanan kiri "Oh tidaaaaak!" jerit bathinnya, lagi-lagi kepanikan istrinya menghibur dirinya, kali ini dia tahu bagaimana menahklukan sikap istrinya, Chelsea tidak banyak berkutik ternyata jika diluar zona nyamannya, sambil tetap memandangi tingkah kikuk istrinya, "Baju banyak dilemari, adiku menyimpan baju banyak disini, pakai saja, sepertinya seukuran" jawab Mark santai, tampak Chelsea tidak terlalu terhibur, gadis itu tetap cemberut menatapnya, "Hah! Ya sudahlah! terus underwearnya gimana?" tanyanya lagi, "Jangan pakai lah, kalau tidak ada!" Kata Mark acuh.

Chelsea beranjak ke kamar dengan kesal, tampak ada dua lemari sederhana dengan ukuran tidak terlalu besar terbuat dari kayu blocktick, "Semoga Daddy sadar memanggilku pulang siapa tahu, sekarang jalani dulu." katanya lagi dalam hatinya.

Mark memandangi kepergian istrinya sambil senyam-senyum sendiri kini dia mulai sadar dirinya sudah menikmati babak baru hidupnya yang kali ini akan seumur hidup terjebak dengan si tukang komplen, yang tak henti-hentinya menyuguhkan wajah cemberut atau frustasi, persis begitulah wajah frustasi seksi itu saat Mark berkali-kali berusaha menolak dini hari tadi, Markpun beranjak menghampiri Chelsea kedalam kamar, nampak gadis itu tengah sibuk memilih baju sambil terdengar terus ngedumel, "Baju emak-emak semua ini!" Mark terus mengamati tingkah lucu istrinya dari pintu, sementara Chelsea tidak sadar dirinya tengah jadi tontonan, Chelsea terlihat duduk di pinggir tempat tidur, sambil memandangi satu dress yang dipilihnya, tampak gadis itu kembali terlihat frustasi dan mengelus dada hanya sekedar gara-gara baju, "Eeeh....Aduh ngilu ich!" Rintihnya, payudaranya kalau kesenggol masih terasa ngilu, Markpun tertegun kemudian perlahan kembali ke meja makan dan terduduk prihatin melihat Chelsea kesakitan, "Ada apa dengan dadanya" pikir Mark curiga.

Chelsea keluar, diliriknya suaminya yang tengah fokus dengan ponselnya, padahal Mark pura-pura mengabaikan Chelsea yang sedang memperhatikannya namun dia tak tega dan membalas meliriknya juga membuat Chelsea ngeloyor menuju kamar mandi.

Mark kali ini bingung bagaimana mencari tahu kesakitan istrinya tadi, kembali dia duduk di sofa, "Argg! Puyeng! Kau membuatku lelah berpikir" keluhnya dalam hati seraya berusaha memejamkan kedua matanya dan laki-laki itu tertidur kelelahan.

Terpopuler

Comments

Ikanovita Wati

Ikanovita Wati

kelamaan meremasnya sih sampai 6 ronde lagi, masih baru lagi.....🤭🤭

2020-05-27

2

Dian Anggraeni

Dian Anggraeni

gimana gak ngilu...kl di remas nya kenceng...6 ronde pula

2020-05-17

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!