Ayah vs Anak

Setelah menerima tantangan dari akun yang tidak jelas itu, David kembali ke ruangannya. Rasa lelah setelah melakukan operasi tak ia hiraukan. Menurutnya sebagai seorang lelaki pantang menyerah sebelum perang. David segera mencari posisi duduk yang nyaman di kursi kebesarannya. Ia masuk ke dalam permainan.

Permainan dimulai. Mereka mengadu kecerdasan tentang macam-macam jenis ilmu kedokteran beserta dengan tindakan apa saja yang akan dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan. Ayah dan anak itu tampak serius memainkan permainan, jemarinya dan otaknya lincah dalam menjawab setiap pertanyaan dan tantangan.

Hanya dalam beberapa menit, koin dan level David sudah jauh tinggi dari pada lawan mainnya. David menyeringai licik. "Kau bukanlah tandingan ku manusia tengil," gumam David masih terus asyik menatap layar ponselnya.

Semangatnya semakin menggebu, ia yakin kemenangan akan berada ditangannya.

Iya, pun bergegas memberikan pesan melalui room chat yang ada dalam permainan.

[Menyerah lah, dan ajak wanita kesayangan mu itu untuk operasi plastik]

Namun, tidak ada balasan dari orang seberang. Tak lama kemudian dia mengumpat dengan kencang beruntung ruangannya didesain kedap suara dan tidak sembarang orang yang bisa masuk.

"****," umpat David sembari menggebrak meja di depannya. Baru saja lawannya berhasil naik level dan mendapatkan koin lebih banyak darinya.

"Tenang David, ini hanya keberuntungannya," ujar David meremehkan.

Di seberang sana, Aqeel tampak terkikik geli. Ia memang sengaja bermain santai, guna menyenangkan hati lawan, dan chat dari David tak ia hiraukan.

Aqeel menegakan tubuhnya. Kali ini ia akan bermain dengan serius. Hanya dalam beberapa menit, koin yang diperolehnya sudah seimbang dengan David. Tak selang beberapa lama ia bisa melebihi apa yang David dapatkan.

"Rasakan itu," ucap Aqeel tak memberi ampun pada lawan mainnya. Ia terus menjawab pertanyaan dengan gesit dan benar.

David menggeram marah. Koin yang ia dapat sudah tertinggal hingga puluhan dan levelnya pun juga sudah tertinggal jauh.

"Sial, apakah dia baru saja membenturkan kepala ke tembok hingga menjadi pintar?" Tutur David mendesis marah.

Entah sudah beberapa lama mereka bermain, koin David semakin tertinggal jauh. Selisihnya bahkan mencapai ribuan sedangkan levelnya David baru masuk level 120 sedangkan Aqeel masuk level 200.

"Ayolah David, berpikirlah lebih keras." David yakin ia bisa mengejar ketertinggalan skornya. Waktu terus bergulir dan permainan masih terus berlanjut. David pantang menyerah, mereka masih terus berduel.

Aqeel tersenyum lebar. Baginya permainan ini sudah cukup. Selisih koin dan level David kalah jauh.

Ia pun membuka chat room dan mengirimi David pesan. Meminta laki-laki itu agar menyerah.

[Bagaimana rasanya setelah di awan, lalu dihempas ke bumi? Menyerah lah. Kau sudah kalah telak.]

David berdecak kesal membaca notifikasi pesan yang baru saja masuk. Ia masih gencar melanjutkan permainan. Di sela permainan, ia pun mengetik pesan balasan.

[Hanya dalam mimpimu. Pemenang akan tetap di awan sedangkan kau pecundang akan tetap di bumi.]

Aqeel menghela nafas panjang. Kali ini ia mengalah pada David. Ia masih terus bermain bersama David. Selang beberapa menit, tak ada juga tanda-tanda David akan bisa menyusul levelnya. Aqeel dengan percaya diri memberikan ultimatum untuk David.

[Saya sarankan tetaplah menjadi pecundang. Terima saja nasibmu dan tinggal di bumi.]

Kali gebrakan meja di depan David terdengar lebih keras. David tak bisa menahan emosinya tak kala membaca pesan dari Aqeel.

[Omong kosong.]

Balas David

Aqeel menarik nafasnya dalam-dalam, dirinya yang keras kepala nyatanya ada saingannya juga.

[Baiklah. Aku berhenti di sini, kejarlah level dan koin ku. Tapi, jika kau tidak bisa aku ingin kau meminta maaf pada Arumi si tompel besar]

"Kurang ajar, aku tak akan sudi meminta maaf pada si tompel," ucap David. Rahangnya mengeras, membayangkan dirinya akan mengemis maaf pada wanita itu seketika membuat darahnya mendidih.

[Oke, jika aku menang. Arumi yang akan memohon padaku.]

[Sebagai lelaki akan ku pegang janjimu. Kita lihat saja.]

Permainan masih terus berlanjut. Namun, David tak kunjung jua bisa menandingi level dan koin Aqeel.

[Kau sudah kalah telak. Mari kita akhiri saja permainan ini.]

David mengutuki kebodohan nya. Bagaimana bisa gelar sebagai doktor kalah dengan bajingan tengik yang belum ia tahu siapa itu. Jemarinya semakin lelah dan kepalanya juga terasa sangat pening.

Sementara Aqeel masih terus memberikan pesan padanya, hal itu semakin membuat konsentrasi David menghilang.

[Jangan lupa kau besok harus meminta maaf pada Arumi, ingat janji mu sebagai lelaki dan tentu saja jika tidak kau lakukan aku masih ada senjata lain yaitu akan ku pastikan karirmu sebagai dokter bedan hancur melalui rekaman permainan ini.]

Aqeel memberikan ultimatum pada David sekali lagi. Ia pun langsung mematikan ponselnya. Ia tak mau melihat penawaran dari David tentang apapun. Masa bodoh jika David akan keberatan.

David meletakan ponselnya ke atas meja saat melihat lawan mainnya meninggalkan area permainan. Belum lagi netra nya tak sengaja membaca deretan pesan dari bajingan tengik itu. Dan kalimat yang memenuhi otaknya adalah dia harus meminta maaf pada Arumi.

"Sialan, siapa dia sebenarnya? Berani sekali mencari masalah denganku," ucap David sembari memijat pelipisnya. Bagaimana bisa ia meminta maaf pada wanita buruk rupa seperti Arumi? Namun, melihat lawan mainnya tak memberikan kesempatan untuknya menyuarakan keberatannya membuat dirinya mau tak mau menerima permintaannya.

Diambilnya lagi ponsel yang tadi ia letakan. Di screenshot akun IG dengan nama pengguna, Pengagum Tompel. Dicarinya nama Leo di daftar kontak Wa nya dan foto hasil tangkapan layarnya pun segera ia kirimkan. Hanya dalam hitungan detik, tanda pesan tersebut sudah berubah menjadi biru.

Setelah menunggu beberapa saat, David segera melakukan sambungan telepon. Leo cepat-cepat menerima panggilan itu.

"Hallo, Bos."

"Cepat kau cari tau siapa pemilik akun tersebut," ucap David dingin.

"Siap bos," jawab dari seberang.

"Aku mau datanya malam ini juga."

"Baik, bos."

David mengangguk puas mendengar jawaban Leo. Ia pun langsung memutuskan sambungan telepon sepihak.

"Awas saja jika aku bisa menemukan mu!"

***

"Aqeel keluar kita makan malam bersama," teriak Lulu, sesibuk nya Lulu ia tidak akan mengabaikan pola makan Aqeel. Walaupun kadang makanan yang gak jelas yang ia kasih.

Contohnya malam ini. Lulu membuatkan spaghetti instan dengan merek front* yang ia dapatkan dari supermarket.

"Lu, maaf aku ketiduran," ucap Arumi yang baru saja bangun saat mendengar teriakkan Lulu.

"Tidak masalah. Santai saja!"

"Aqeel mana dia belum keluar?"

Apartemen itu memang memiliki 2 kamar, Arumi dan Lulu tidur bersama. Sedangkan Aqeel memilih untuk tidur sendiri dengan alasan, ia sudah dewasa. Apartemen itu cukup besar untuk ukuran orang yang hanya beberapa hari tinggal disana. Namun, Arumi tidak harus memikirkan biaya untuk sewa itu karena perusahaan sangatlah loyal pada mereka.

"Aku disini Bun, Mah." Sahut Aqeel melihatkan senyum yang menawan. Dua pasang milik wanita itu tak sedetikpun berkedip menyaksikan pemandangan langka.

"Rum. Apakah akan ada badai?" tanya Lulu berbisik di telinga Arumi.

"Aku rasa akan ada hujan uang!"

"Yak, Rum. Itu bukan badai namanya tapi mukjizat." Kesal Lulu dengan suara lantang.

Arumi terkekeh melihat expresi kekesalan Lulu.

"Ada masalah? Kalian kenapa melihat ku seperti itu?" Sahut Aqeel yang merasa ada sesuatu yang dalam pandangan dua wanita itu.

"Sini duduk sayang." Perintah Arumi, Aqeel pun berjalan mendekat.

"Apa ada kabar bahagia? Bunda lihat kau tersenyum dengan begitu manis," ucap Arumi membuka suara lagi.

"Tidak. Aku hanya senang saja." Jawab Aqeel.

"Mah, biasanya masak Indomie kenapa sekarang bentuk Indomie jadi berbeda?" tanya Aqeel polos. Meskipun ia pintar dalam dunia ilmu kedokteran tapi, nyatanya ia sangat dangkal pengetahuan tentang makanan.

"Bukan beda, tapi ini tak sama! oh Tuhan, jauhkan diriku dari penyakit hipertensi." Seloroh Lulu.

"Kau ini," Arumi menepuk pundak Lulu, " meskipun ia genius tetap saja dia punya kekurangan, di dunia ini tidak ada yang sempurna." Arumi berdakwah.

"Sudahlah kapan makan malam nya. Jika kalian masih mengobrol!" cicit Aqeel.

Lulu langsung mengambilkan spagetti untuk Aqeel sedangkan Arumi menuangkan minum untuknya. Mereka pun makan bersama dengan nikmat meskipun menu yang sederhana.

Aqeel memandang dua wanita itu bergantian, rasanya memiliki mereka adalah anugerah yang paling indah. Hingga Aqeel lupa akan sosok ayah yang harusnya ada ditengah-tengah keluarga.

Terpopuler

Comments

Omah Tien

Omah Tien

ko iklan nya banya kasi bisa pindah kg nanti

2025-01-13

0

Langit Senja

Langit Senja

Aqel tipe bocil ngeselin. tp klo gx ada bikin sepi

2021-10-05

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!