Bangunan tinggi menjulang yang terletak di kawasan Jakarta Utara itu terlihat sangat ramai dengan bermacam-macam orang. Di sinilah Arumi dan Lulu kini berada, wajah ayunya nampak memucat. Bukan karena sakit, tapi netra mereka belum juga melihat anak yang sejak tadi dicari.
"Rum, kalau kita mencari Aqeel bersamaan di tempat yang luas seperti ini, aku rasa akan susah menemukannya. Bagaimana jika kita berpencar?" usul Lulu.
"Yeah, kau betul. Nanti kalau sudah ketemu, kau telepon aku ya."
"Iya. Aku ingin segera menemukan anak itu dan membuat perhitungan padanya." Ujar Lulu sambil *******-***** tangannya membentuk kepalan. Seharusnya mereka sudah sampai di apartemen dan beristirahat dengan tenang, bukan malah berputar-putar di rumah sakit.
"Berani kau menyentuh sehelai rambut dia, akan ku buat kau menjadi perkedel." Ancam Arumi, membuat Lulu hanya nyengir kuda.
"Baiklah, Ibu ratu. Mari kita berpisah cukup sampai disini kisah kita, jangan kembali lagi." Suara Lulu yang bersyair membuat Arumi menjadi terharu. Terharu karena suaranya yang kelewat bagus, hingga membuat gendang telinganya ingin pecah.
"Sudahlah, lebih baik kau segera pergi!" Seru Arumi sembari menutup kedua lubang telinganya. Mereka berdua pun berpisah untuk mencari Aqeel.
Arumi berjalan ke sebelah kiri koridor. kepalanya yang sudah pusing makin bertambah pening tak kala melihat banyak orang yang sedang berkerumun, entah untuk berobat ataupun mendapatkan pelayanan. Meskipun sedang dalam keadaan covid rumah sakit masih tetap beroperasi dengan semestinya.
Arumi berlarian kecil, ia sudah ingin menemukan Aqeel. Namun, naasnya ia justru menabrak seseorang yang baru saja keluar dari ruangan.
"Maaf," ucap Arumi sembari menangkupkan kedua telapak tangannya di dada. Ia pun segera berlalu setelah mendapat anggukan dari orang yang ditabrak nya.
Lelah dengan pencarian yang tak kunjung bertemu dengan Aqeel, Arumi pun memetuskan untuk beristirahat sejenak. Ia menyenderkan dirinya di dinding berwarna putih.
"Aqeel kau dimana, Nak." Gumam Arumi mendesah berat. Matanya berkaca-kaca, air matanya sudah hampir keluar. Tubuhnya luruh kelantai.
"Tompelmu yang besar sudah membuatmu jelek. Jangan kau tambahkan lagi dengan raut muka sedih seperti itu!"
Arumi sangat mengenali nada bicara dan perkataan pedas itu. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah Aqeel Elvano. Arumi segera bangkit lalu menatap mata Aqeel, detik berikutnya Arumi langsung menghamburkan tubuhnya memeluk tubuh kecil Aqeel.
"Apa kau tidak sadar siapa yang membuat wanita tercantik ini sedih?" Arumi berbicara seperti anak kecil. Ia menangkup wajah Aqeel sehingga pandangannya lurus menghadapnya.
"Jangan seperti itu. Aku tidak akan meminta maaf. Ini naluri ku sebagai dokter kecil, menolong sesama." Jelas Aqeel yang tahu akan maksud Arumi. Ia sama sekali tidak merasa bersalah. Perbuatannya adalah benar.
"Baiklah anak genius. Bunda menyerah, oke!" Arumi menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk huruf O.
"Lagipula sampai lebaran monyet pun, Bunda tidak akan menang berdebat dengan mu." Imbuh Arumi memanyunkan bibirnya.
Cup, Aqeel mencium pipi Arumi, "Apa ini cukup?"
"Belum. Ini satu lagi." Arumi menunjuk pipi sebelah kirinya yang tadi belum diberikan kecupan oleh Aqeel.
Aqeel mendengus kesal, dia tahu persis jika bundanya sudah seperti ini pasti tidak akan baik. Ia pun bergegas melangkah pergi, tanpa menoleh dia pun berkata, "Kau tidak mau pergi?"
'Apa Ayah mu juga seperti mu, Aqeel?' tanya Arumi pada dirinya sendiri. Ia pun bergegas mengejar Aqeel.
Sementara itu, David baru selesai keluar dari ruang operasi. Ia masih dibuat heran dengan anak yang menulis catatan kecil itu. Matanya yang tajam melihat sekeliling, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang sedang mengejar anaknya. Ia pun tersenyum tipis sembari berkata, "Lucu."
Jemarinya masih memegang catatan itu lalu membacanya lagi. 'Korban kecelakaan mengalami trauma paru-paru dan liver. Terjadi penggumpalan darah karena dalam perjalanan tidak ada tindakan apapun, saya mencurigai jika korban mengalami emboli arteri.'
David membalikkan tubuhnya untuk kembali keruangan nya.
***
Lulu yang sejak tadi masih mengitari rumah sakit karena memilih untuk pergi ke koridor kanan, kakinya mulai letih, nafasnya tersengal-sengal. Sama dengan Arumi, kini kepala Lulu mulai pening, tubuhnya pun limbrung. Perlahan-lahan ia menuju kursi tunggu sembari memegang dadanya.
Fauzan yang tidak sengaja melihat Lulu segera menghampirinya.
"Bu. Ibu tidak apa-apa?" tanya Fauzan, namun tidak ada jawaban dari Lulu.
"Bu, sepertinya Anda butuh pertolongan pertama. Saya lihat pernapasan Anda kurang bagus," ucap Fauzan spontan. Tubuh Lulu yang tampak pucat dan lemah membuatnya tak bisa berpikir banyak. Fauzan pun dengan cekatan menarik tubuh sintal Lulu mendekatkan bibirnya ke bibir Lulu. Lalu memberikan nafas buatan.
Lulu yang masih tersadar membulatkan matanya. Ciuman pertamanya diambil oleh lelaki yang tidak dikenal. Ia pun segera menyadarkan dirinya kemudian mendorong Fauzan dan memberikan satu bogeman di pipi mulus Fauzan.
"Lelaki brengsek!" Seru Lulu melotot tajam. Wajahnya merah padam. Antara marah sekaligus malu dengan kejadian barusan.
"Awww." Fauzan memegangi pipi kanannya yang baru saja dicium kepalan tangan Lulu.
"Apa yang kau lakukan?" kesal Fauzan. Dirinya sama sekali tidak ada niatan buruk. Ia hanya ingin membantu Lulu.
"Justru aku yang seharusnya bertanya padamu. Apa yang baru saja kau lakukan huh?"
"Menolong mu," jawab Fauzan enteng.
"Cih. Dasar lelaki mesum," cibir Lulu lantas menghentakan kakinya. Ia membalik badannya, bersiap meninggalkan Fauzan.
"Eh tunggu, berani sekali kau mengatai ku," balas Fauzan menarik lengan Lulu kembali ke tempatnya semula.
"Lepaskan." Lulu menghentak kasar tangan Fauzan.
"Dengarkan aku baik-baik. Aku tadi melihatmu seperti hendak pingsan, jadi aku memberimu nafas buatan," jelas Fauzan.
"Alasan. Aku baik-baik saja dan kau tak perlu menolongku, lagi pula ini rumah sakit jika aku pingsan kau bisa langsung membawaku ke ruang perawatan bukan malah .... Ah sudahlah." Lulu menghentikan ucapannya lalu meninggalkan Fauzan.
Fauzan menggelengkan kepalanya menatap punggung Lulu yang semakin menjauh. "Dasar wanita aneh." ucap Fauzan lalu ia kembali meralat ucapan, " sepertinya aku yang aneh, benar juga dia. Ah, bodohnya dirimu, Fauzan!"
***
Mentari kembali bersinar seperti biasanya. Cahaya kemilaunya menjadi tanda bahwa mata yang terpejam harus kembali terbuka. Setelah kejadian kemarin akhirnya semalam Arumi, Lulu dan Aqeel. Bisa menikmati kasur empuk apartemen yang disediakan perusahaan.
Hari ini, Arumi ingin menjalankan tugasnya untuk mendapatkan tander dengan rumah sakit AB grub.
"Kau sudah rapi saja jam segini," ucap Lulu yang baru bangun sembari menggaruk rambutnya yang terasa gatal.
"Hari ini aku ingin bertemu dengan pimpinan rumah sakit AB grup." Jelas Arumi sembari mencetak tompel besar di pipinya, "Kau perawan, jangan malas! lihat lelaki itu sudah siap dengan sarapan yang dibuatnya."
Lulu melirik ke pantri, ia melihat Aqeel yang sedang menyuap roti bakar sembari membaca buku kedokteran favoritnya.
"Ck, anak itu. Apa dia gak bosen apa?" Lulu beranjak dari tempat tidur ia menghampiri Aqeel lalu merebut roti bakar yang dipegangnya.
"Kembalikan!" Seru Aqeel tanpa melihat wajah Lulu, ia masih asik dengan buku didepannya. Hanya tangannya mengadah seperti sedang meminta.
"Kau mau ini," Goda Lulu. Sembari mendekatkan roti itu ke mata Aqeel, agar fokus Aqeel buyar.
Bukan Aqeel namanya jika ia akan tergoda dengan Lulu. Anak kecil itu justru berkata, "Makan saja aku sudah tidak minat!"
"Kau yakin?"
"Tentu!"
Tanpa curiga Lulu memakan roti bakar milik Aqeel, hanya dalam hitungan detik Lulu berteriak, "Air! Air! Pedas ...."
Arumi dan Aqeel tertawa terbahak-bahak, "Lain kali jangan mengambil hak orang. BERDOSA dan akan dapat balasan nya." Kata bijak itu keluar dari mulut Aqeel.
Tanduk Lulu sudah keluar, ia sudah siap untuk menyeruduk tubuh kecil itu. Namun, semua tidak ia lakukan karena Arumi yang sudah mengeluarkan ultimatum, "Sehelai saja kau menyentuh rambutnya, akan ku jadikan kau perkedel."
"Kau terus saja membelanya!" Kesal Lulu ia kembali mengambil air lalu meminumnya hingga tandas.
"Sudahlah. Lagian kau duluan yang menggoda nya!" Lerai Arumi membuat Lulu memanyunkan bibirnya.
Namun, semua tidak Arumi hiraukan. Fokuskan kini ke Aqeel. "Sayang hari ini Bunda ke rumah sakit dulu. Kau disini saja bersama Mamah Lulu," ucap Arumi dan Aqeel mengangguk setuju.
"Baiklah. Bunda pergi dulu, dan kau Lulu awas ya kalau kau menyentuh sehelai rambutnya saja!"
"Sudah sana berangkat. Jangan khawatir jika aku menyentuhnya kau pasti sudah tahu siapa yang menang, bukan? Satu lagi kantor AB grub bukankah satu gedung dengan rumah sakit kemarin?"
"Setelah aku cek semalam. Memang satu gedung dengan rumah sakit, dan bodohnya aku kemarin kenapa tidak sekalian." Jawab Arumi.
"Syukurlah jika kau sadar." Gumam Lulu yang mendapatkan lirikan tajam dari Arum.
"Sudahlah sana pergi. Nanti terlambat!" Perintah Lulu
Setengah jam perjalanan Arumi tempuh dan kini disinilah ia berada di ruang meeting dan menunggu pemimpin AB Grub.
Dalam ruangan itu, ada kaca yang lumayan besar memantulkan bayangan Arumi. Perempuan itu tersenyum saat melihat dirinya yang benar-benar seperti wanita kutu buku dan berwajah jelek.
Setelah hampir 10 menit menunggu pimpinan AB Grub akhirnya datang. Arumi memperhatikan wajah lelaki itu, 'Kenapa wajahnya sanga familiar? dan sorot mata itu.' batin Arumi.
Dalam benak Arumi tiba-tiba saja muncul bayangan-bayangan masa kelamnya 7 tahun yang lalu. Namun, ia segera tersandar dan segera menjalankan tugasnya.
"Selamat siang. Pak David, perkenalkan nama saya Arumi, saya berada disini ingin mempromosikan alat kesehatan yang bisa Anda gunakan untuk mempertahankan kualitas rumah sakit yang ada pimpin," ucap Arumi panjang lebar ia pun mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Namun, sayang David tidak tertarik dengan uluran tangan itu ia seperti memandang jijik dengan penampilan Arumi.
"Langsung saja, bisakah Anda memberikan saya place list nya."
Meskipun sedikit kesal dengan sikap arogan David. Arumi memberikan place list diminta David. Ia pun beranjak dari kursi duduknya dan mendekati David. Tanpa sadar David menghirup aroma tubuh Arumi dan mengingatkan akan kejadian malam itu.
'Tidak mungkin, wanita ini adalah dia. Tapi, bau tubuh ini, rasanya sangat familiar.' Batin David sejenak ia merasakan wanita di depannya adalah wanita yang memberikan malam pertama saat itu. Namun, David sadar tentu bukan wanita culun yang tidur dengannya melainkan Alena sang istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Alya Yuni
Dasar bodoh kau David
2021-12-25
0
Lulaby
kena batunya kan Lulu😅
2021-10-06
1
Langit Senja
kebayang itu gimana gemesnya Lulu sama fauzan, pasti pengen nampol😎😎
2021-10-06
0