Kembali

Tujuh tahun kemudian.

Arumi dan Lulu memutuskan kembali ke Jakarta setelah 7 tahun lamanya mereka menetap di Yogja. Arumi yang bekerja di perusahaan yang bergerak dalam bidang distributor alat kesehatan dan obat-obatan kini, mendapatkan kesempatan untuk bisa naik jabatan dengan syarat dia harus memenangkan tender kerjasama dengan rumah sakit medika AB grub.

Tujuh tahun selama di Yogja, Arumi membesar putra kecilnya yang bernama Aqeel Elvano yang kini berusia enam tahun. Aqeel, sesuai dengan namanya yang memiliki arti berpengetahuan luas, di usianya dua bulan anak itu sudah bisa berbicara. Lalu di usia satu tahun ia sudah bisa membaca dan menghafalkan angka perkalian. Yang lebih mengejutkan bagi Arumi,sebagai seorang ibu, saat diusia empat tahun Aqeel bisa memberikan pertolongan pertama pada orang pingsan.

Jadi tidak heran bila kesuksesan Arumi saat ini berkat bantuan sang anak, yang ikut mempromosikan alat-alat kesehatan hingga membuat penjualan Arumi meningkat setiap tahunnya.

"Kau yakin dengan keputusan mu ini?" tanya Lulu yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Arumi yang seperti sedang bimbang.

"Ini kesempatan langka, Lu. Aqeel juga makin dewasa, aku harus memberikan kehidupan yang layak untuknya. Kau tentu tahu bakat Aqeel yang sangat luar biasa itu," jelas Arumi.

Menjadi single parent tak mematahkan semangat Arumi untuk berjuang demi sang buah hati. Ditambah dengan seorang sahabat yang menjadi support sistem terbaiknya. Hidupnya seolah menjadi sempurna dan bahagianya terasa lengkap.

"Baiklah apapun itu aku akan mendukung mu," putus Lulu yang mendapatkan anggukan dari Arum.

***

Di Bandara Soekarno Hatta, Arumi berjalan dengan membawa dua koper besar. Kini ia berpenampilan baru dengan rambut sebahu dan tompel besar yang terletak di pipi kanannya, serta tak ketinggalan kacamata tebal. Arumi sengaja mengubah penampilannya karena masih ingat dengan jelas bahwa di kota Jakarta masih ada Alena, kembarannya.

Di sampingnya berdiri seorang gadis cantik seusianya yang setia menemaninya selama tujuh tahun terakhir, ia adalah Lulu.

Sementara Aqeel, bocah itu begitu tampak tampan dengan model rambut belah tengah ala Korea yang juga dikenal dengan nama curtain cut. Alis matanya yang tebal semakin membuatnya kesan tegas.

Ia memiliki mata hitam legam dengan sorot mata yang tajam tengah mengamati dengan pemandangan di sekelilingnya. Ini pertama kalinya Arumi membawanya ke tampat baru. Ia begitu tak sabar untuk mencari hal-hal baru di tempat ini.

Aqeel berdiri tegap dengan tangan dimasukkan ke saku celana, menatap Arumi dengan kesal sembari berkata, "Bunda, sangat jelek. Bisakah kau lepaskan tompel itu!"

"Anak ganteng, ini tuh gaya terbaru kota ini. Ayolah, Bunda tidak sejelek itu," ujar Lulu yang membela Arumi. Walau dalam hatinya ia juga terkikik lucu dengan penampilan Arumi yang tampak culun.

"Betul itu," sahut Arumi tersenyum lebar.

"Terserahlah!" Aqeel menghentak kakinya kesal. "Jangan salahkan orang lain jika menganggap kau sebagai pembantuku," imbuhnya.

"Oh, astaga! Apa kau ingin jadi anak durhaka?" tanya Lulu gemas.

"Kalian berdua para wanita yang membuat ku selalu salah. Jadi jangan protes jika aku seperti ini!" Aqeel berjalan mendahului Arumi dan Lulu untuk keluar dari bandara. Ia sudah malas untuk berdebat.

Arumi menarik nafas panjang, begitupun dengan Lulu mereka serempak menggelengkan kepalanya sembari berujat, "Lelaki memang selalu salah."

Aqeel yang samar-samar mendengar itu mencoba tidak memperdulikan, ia masih berjalan dengan gagahnya keluar dari bandara. Hingga semua mata tertuju padanya.

"Astaga anak siapa itu, tampan sekali," bisik salah satu pengunjung dengan seseorang yang berdiri di dekatnya.

"Kalau sudah besar lamar bibi saja buat jadi pendamping mu," ujar yang lainnya.

"Apa kau mau jadi anak angkat ku? Nenek punya cucu yang cantik, siapa tahu kalian berjodoh!"

Suara itu terus bersahut-sahutan memuji Aqeel, tapi anak itu seperti menutup telinganya berusaha tidak ingin mendengar apapun. Ini bukan kali pertama orang memuji ketampananya. Hampir setia saat dirinya keluar, celotehan serupa selalu ia dengar.

Sementara itu, Arum dan Lulu berusaha mengejar Aqeel dengan membawa koper mereka.

"Akhirnya," ucap Lulu merasa lega mengejar Aqeel seperti mengejar kopaja yang sedang berebut penumpang.

"Aqeel kenapa kau meninggalkan Bunda? Jika kau tersesat bagaimana?" Kesal Arumi.

"Itu tidak mungkin, lihatlah ada petunjuk untuk keluar!" Ketus Aqeel menjawab Arumi.

"Baiklah, baiklah, kita segera panggil taxi saja agar cepat sampai apartemen," Arumi mengalah berdebat dengan Aqeel. Berbicata dengannya hanya akan membuat mukanya semakin menua. Dirinya memanggil sembarang taxi dan menjentikkan jemarinya.

Tak jauh dari tempat Arumi memanggil taxi, ada seorang lelaki paru baya menyebrang jalan. Karena tidak melihat sekeliling, lelaki itu tertabrak mobil yang sedang melaju dengan kencang.

"Astaga ada korban tabrak lari," teriak wanita yang dekat dengan korban.

Semua orang berbondong-bondong untuk melihat. Aqeel yang sedari tadi mengamati sekeliling tak sengaja juga melihat kejadian itu. Naluri Aqeel yang tinggi dalam menolong sesama layaknya seorang dokter, membuat Aqeel tak tega hanya berdiam diri. Ia pun segera berlari menuju tempat kejadian.

Dengan sigap ia menyibak kerumunan. Dan duduk jongkok di depan laki-laki paruh baya yang terkulai lemah. Hal itu menyebabkan para pengunjung merekam aksi Aqeel yang tampak gantle.

Arumi menoleh ke arah sana, dahinya berkerut tipis. "Ada apa ya?" Gumam Arumi penasaran.

Lulu mengendikan bahunya, tubuhnya sudah lelah. Tak ingin mencampuri urusan orang lain. Toh untuk apa menjadi penonton jika tidak ingin menolong. "Mungkin kecelakaan," ujar Lulu acuh.

Dua wanita itu belum menyadari jika Aqeel sudah pergi meninggalkan mereka.

"Baiklah, ayo kita masuk." Ajak Arumi.

Lulu Melihat kanan dan kirinya, ia merasa ada yang kurang. "Astaga, Rum. Sepertinya kita kehilangan seseorang," tutur Lulu panik. Ia menoleh ke kanan kirinya, mencari bocah yang tadi ia gandneg sekarang sudah raib.

"Siapa?" tanya Arumi polos.

"Apa kau tidak merasakan, hawa dingin sejak enam tahun bersama kita sekatang kini sudah tidak ada?"

"Astaga Aqeel!" Teriak Arumi seketika teringat dengan putranya. Mereka berdua menoleh ke sana kemari dan sekilas melihat ke arah kerumunan.

Sementara itu, Aqeel sedang memeriksa pernapasan pada korban kecelakaan dengan dua jarinya didekatkan ke hidung, merasa kurang jelas jari itu turun ke leher mencari denyut nadi.

"Segera panggil ambulan," perintahnya. Sedangkan mereka semua masih sibuk menonton dan memfoto tindakan Aqeel.

"Apa kalian tidak dengar? segera hubungi ambulan," teriaknya lagi.

Aqeel merasakan denyut nadi lelaki paru baya itu sedikit melemah, dalam kecelakaan seperti ini banyak kemungkinan yang terjadi. Hal yang harus dilakukan adalah memberikan pertolongan pertama melakukan CPR, pikir Aqeel.

"Anak itu apa dia seorang dokter cilik. Kenapa ia begitu lihai dalam memberikan pertolongan pertama?" pertanyaan itu keluar dari mulut orang-orang yang menonton Aqeel, mereka seperti melihat sebuah pertunjukan.

Tidak lama petugas medis datang. Bapak setengah baya itu dibawa petugas medis, masuk ke dalam mobil ambulan.

"Kau pasti anaknya. Ayo, ikut masuk kedalam ambulan," ucap petugas medis meraih bahu Aqeel dan menuntunnya masuk.

Aqeel merasakan ada yang aneh dengan lelaki yang baru saja ia selamatkan, ia pun mengikuti kata petugas medis. Bisa saja ia nanti membantu dalam menjelaskan keadaan korban.

"Baik," ucap Aqeel, ia segera masuk ke dalam ambulan tanpa ragu.

Terpopuler

Comments

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

lanjutttttttttt

2022-08-11

1

Jesica Adryanna

Jesica Adryanna

ketinggian halu nya mbak

2022-04-15

0

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

ojo2 pakne 🤔

2022-03-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!