Mulut Jahanam

Lulu segera menaiki taxi yang dipesannya. Dengan laju yang cukup sedang, hanya dengan beberapa menit ia sudah sampai di supermarket.

Lulu bersenandung kecil, memasuki area supermarket dan langsung menuju ke arah bagian bahan makanan. Decakan halus lolos dari bibir Lulu, gadis itu tampak bingung hendak memasak apa hari.

Ia mengitari beberapa rak bahan makanan, menatapnya dengan seksama sembari berfikir. Ia Mengabaikan arah langkah kakinya.

Bruk

Lulu memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke belakang. Ia mengusap dahinya yang baru saja menabrak dada bidang milik seseorang.

"Hei, jalan yang benar. Pakai matamu!" seru lelaki yang ditabrak Lulu yang tak lain adalah Fauzan.

Fauzan sedikit kesal, beberapa barang belajaannya tercecer ke lantai. Ia hanya membeli beberapa botol minuman dan cemilan, jadi ia tidak menggunakan troli. Lebih praktis menggunakan tangan.

"Maaf, aku tidak sengaja," ucap Lulu berinisatif meminta maaf lebih dulu. Kalimat sarkas laki-laki itu membuat nyali Lulu menciut. Ia cepat-cepat berjongkok di lantai, memunguti botol minuman milik pria yang ditabraknya.

"Maaf, aku tidak sengaja," ujar Lulu lagi sembari menyerahkan botol minuman itu.

"Kau?" Lirih Fauzan tanpa sadar. Ia merasa familiar dengan wajah Lulu. Sepertinya mereka pernah bertemu, tetapi di mana?"

Lulu refleks mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya.

"Kau?" Lulu menunjuk wajah Fauzan. Ekpresi wajahnya yang semula takut-takut berubah menjadi galak. "Setahuku supermarket ini luas dan banyak pengunjung. Kenapa orang ku tabrak justru lelaki mesum seperti mu?!"

Fauzan nampaknya kini sudah teringat. Otaknya berselancar pada kejadian kemarin, benar wanita ini adalah orang yang ia berikan nafas buatan, pikirnya.

"Sudah ku bilang, aku bukan lelaki mesum. Aku hanya memberikan pertolongan pertama saat kau mau pingsan,"elas Fauzan kembali mengelak.

"Omong kosong! Minggir aku mau lewat," ketus Lulu beranjak meninggalkan Fauzan sebelum kenangan saat di rumah sakit hinggap di benaknya.

"Siapa juga yang mau menghalangi jalan mu. Dasar wanita aneh!" Kecam Fauzan. Ia pun berjalan meninggalkan tempat kejadian dan mencari barang titipan teman sejawatnya.

Fauzan mengitari rak perlengkapan wanita. Ya, temannya meminta Fauzan untuk membelikannya pembalut. Fauzan mengerutkan dahinya, jaman sekarang membelikan pembalut untuk wanita bukanlah hal yang tabu. Rasa malu memang ada namun, demi orang yang dicintai rasa itu hilang seketika.

Netra Fauzan melihat merk pembalut dan ukuran yang ia cari, dari kejauhan terlihat pembalut itu yang tinggal satu-satunya.

Fauzan menghela nafas lega, bersyukur masih ada. Ia segera bergegas untuk mengambil pembalut itu. Namun, ia tidak menyadari dari arah berlawanan Lulu juga memiliki niat untuk mengambil pembalut itu.

Layaknya adegan romantis dalam film, mereka sama-sama memegang pembalut. Alunan musik dari supermarket berjudul takdir cinta yang dibawakan Leslar semakin membuat suasana menjadi dramatis.

Satu detik ... Dua detik ... Tiga detik...

Pandangan mata mereka saling bertemu. Hingga Lulu tersadar dengan apa yang terjadi dan segera memalingkan pandangan ke arah lain sembari berkata, "Dasar laki-laki mesum. Kau beli pembalut juga huh? Apa kau lelaki jadi-jadian kah?" Cecar Lulu.

'Ah, sial. Harga diri ku jatuh di depan wanita ini. Lain kali aku tidak ingin membelikan pembalut lagi.' Batin Fauzan sembari menahan malu, ia menarik tangannya dari pembalut yang dipegangnya.

Tanpa menjawab pertanyaan Lulu, ia bergegas menuju kasir untuk membayar belanjaan nya. Baginya sekarang lebih baik ia cepat keluar dari supermarket.

Lulu tertawa terbahak-bahak saat melihat Fauzan dengan terburu-buru meninggalkan dirinya. "Malu kah dia? Kalau memang bukan lelaki seharusnya bilang saja," gumamnya sembari memasukkan pembalut ke dalam troli.

***

"Jadi saya ulang kembali bapak David. Produk yang saya tawarkan kualitasnya terjamin dan sudah mendapatkan surat ijin perdagangan. Jadi saya jamin ini sangat aman, dan saya juga bisa menjamin bahwa kami adalah distributor resmi," tegas Arumi. Ia sudah mengalami fase dimana membunuh adalah prioritasnya bisa disebut dengan psikopat.

Bagaimana tidak, dia sudah berulangkali kali menjelaskan produk-produk yang ia tawarkan pada David. Namun, nyatanya pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting keluar dari mulut jahanam laki-laki itu.

"Jadi ada berapa digit nomor surat ijin perdagangan itu, ibu Arumi?"

Arumi menahan napasnya sebentar. Menahan emosinya sebisanya. Sumpah, baginya itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah ia dengar.

"Maaf, Pak. Untuk nomor perdagangan Anda bisa melihat di profil perusahaan yang sudah saya berikan. Tentu Anda bisa membacanya bukan?" Ucap Arumi berusaha berbicara sesopan mungkin.

" Tentu saja aku bisa membaca. Kalau tidak, mana mungkin aku mendapat gelar doktor?" Jawab David menyombongkan diri.

Arumi menarik nafas panjang sebelum menyahuti ucapan David. 'Sabar Arumi, semua ini demi tender.' Batinnya menyemangati diri.

"Anda bisa melihatnya sendiri, Pak. " Arumi menampilkan slide profil perusahaan dan menunjukannya pada David.

David melirik sekilas dan menganggukan kepalanya. Ia sama sekali tidak membacanya.

Arumi semakin dibuat kesal dengan sikap acuh David. "Jadi, apa Anda setuju untuk bekerja sama dengan kami?" Tanya Arumi langsung ke inti.

"Hmm saya sepertinya produk Anda tawarkan terdengar sedikit menarik." Davis menopang dagunya, seolah tengah berpikir.

'Apah? Sedikit menarik?' Batin Arumi menggigit bibir bawahnya. Ya Tuhan, mulutnya rasanya bahkan sudah pegal.

"Bisakah langsung to the poin saja pak?"

"Baiklah. Saya akan mempertimbangkannya. Pertemuan ini selesai, dan kamu boleh pergi," ujar David enteng.

"Pak, bisakah Anda langsung memberikan jawabannya sekarang?"

"Anda sudah mendengar jawaban saya barusan. Silakan pergi dari ruangan ini sebelum satpam mengusir Anda."

Arumi menghentakan kakinya sebal. Ia membereskan peralatan presentasinya dan segera pergi dari hadapan David tanpa berpamitan.

"Dasar tidak punya sopan santun," cibir David saat melihat punggung Arumi yang tengah berada diambang pintu hendak keluar.

Arumi memutar bola matanya malas. Namun, ia masih terus melangkahkan kakinya.

Ia menghentikan sembarang taxi, menaikannya tanpa basa-basi.

"Ke apartemen X ya pak."

"Baik, Bu."

Taxi itu langsung melaju ke arah yang ditujukan oleh Arumi. Suasana hatinya sangat buruk.

Arumi berjalan menuju ke apartemen dengan lunglai. Ia merasa was-was dengan keputusan David besok. Huuft. Mengingat laki-laki itu membuat mood Arumi seketika buruk.

Aqeel memgalihkan pandangan dari buku yang tengah dibacanya ke arah pintu, di sana ia melihat raut wajah Arumi yang tertekuk hendak masuk.

"Tompel besarmu sudah membuat wajahmu terlihat jelek. Jangan membuatnya semakin jelek dengan menekuknya seperti itu," ucap Aqeel menyambut kedatangan Arumi dengan ucapan sarkas.

"Bisakah kau diam sebentar saja? Kepala Bunda rasanya sudah mau pecah," jawab Arumi sembari melempar tas yang tadi ia kenakan ke atas ranjang. Lantas membanting tubuhnya di kasur empuk itu.

Dahi Aqeel mengernyit tipis. Tidak biasanya bundanya bersikap ketus seperti itu.

"Apakah ada yang mengganggumu?" tanya Aqeel penasaran.

"Ya. Kau tau pimpinan rumah sakit AB itu? Rasanya aku ingin mencincangnya," jawab Arumi apa adanya.

"Ada apa?" tanya Aqeel, meskipun sifatnya yang dingin pada Arumi dan terkadang berbicara ketus tapi, Aqeel akan menjadi orang nomor satu yang akan berada di depan untuk membela sang ibu.

"Aku sudah menjelaskan sampai mulutku berbusa tetapi dia hanya menjawab dengan jawaban sampah, dan kau tahu dia menyuruh Bunda untuk operasi plastik! Bunda kesel, kesal. Terlebih dia menggantung jawaban untuk menerima atau menolak kerjasama. Arggh...." Jelas Arumi sembari meremas rambutku nya tanda frustasi.

"Itu salahmu sendiri, aku sudah bilang jangan berpenampilan seperti itu. Maunya tak mau mendengar!"

"Aqeel kenapa kau justru membelah nya!" Kesal Arumi ia melepaskan kaca mata bulat, lalu melayangkan tatapan tajam pada Aqeel.

"Karena dia tidak salah, Fakta!"

"Aqeel!"

"Baiklah, siapa nama pimpinan rumah sakit AB itu?" tanya Aqeel.

"David Baskoro!"

Terpopuler

Comments

Mazree Gati

Mazree Gati

terlalu ambisi,demi tender kadang rela di kencani

2025-02-26

0

Rafanda 2018

Rafanda 2018

neg sama omongan aqell sama arumi ga ada sopanya,,apa mentang2 genius

2023-05-29

0

Siti Maemunah

Siti Maemunah

silggygtthtyftggyf

2022-01-24

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!