Di apartemen Aqeel nampak khawatir karena belum mendapat kabar dari sang bunda. Ia berniat untuk menghubungi David. Namun, niatnya ia urungkan karena tidak mau jika nanti sang bunda akan marah lagi padanya dan melakukan hal konyol lagi.
Meskipun nampak ragu, tetap saja Aqeel membuka akun Instagram dan mencari nama David. Jemarinya tak sengaja menscrol foto-foto yang diunggah akun itu. Satu foto yang menarik perhatian Aqeel, yaitu saat David mengenakaan pakaian santai. Entah mengapa dirinya justru memperbesar gambar itu.
"Kenapa wajahmu begitu mirip dengan ku?" tanya Aqeel sembari memandangi foto David. Menatap David sama halnya memandang gambaran dirinya kelak dimasa depan.
Belum puas ia memandang, terdengar duntuman kerasa pintu ditutup. Aqeel tak peduli dengan sosok yang baru saja masuk, ia terus menatapi foto David. Toh, ia sendiri sudah bisa menebak siapa yang datang.
"Arggh ...." Lulu meremas rambutnya, untuk melampiaskan kekesalannya.
Bagaimana tidak kesal? Saat di rumah sakit dirinya sudah seperti orang gila yang diusir oleh satpam karena lelaki aneh itu, Fauzan. Dan menyebalkannya lagi, Fauzan justru tidak berbuat apa-apa. Laki-laki itu malah menyalahkannya, bukan membela diri di depan sang satpam.
Satu hal lagi yang membuat ia kesal yaitu kini ia pulang dengan tangan kosong tanpa membawa Arumi.
"Kau kenapa?" tanya Aqeel yang masih setia duduk di dalam kamar tanpa ada niat sedikitpun menghampiri Lulu.
"Anak pintar, jika ingin berbicara kau harus mendekati lawan bicaramu. Jika seperti ini namanya tidak sopan!" Kesal Lulu dengan emosi yang belum mereda. Ia melangkah gontai menghampiri Aqeel ke kamar.
"Kau sendiri datang kesini, kenapa aku harus kesana? Itu namanya buang-buang tenang, Mah," ujar Aqeel.
"Eh benar juga ya, Mamah kan sudah disini." Lulu menepuk jidatnya pelan. Ia tadi hanya asal bicara.
Tapi sesaat kemudian ia tersadar, "Eh bukan begitu Aqeel. Ingat ya jika kau berbicara dengan orang yang lebih tua kau harus mendekat. Tidak boleh seperti ini," ucap Lulu bijak.
Aqeel diam tak menyahut. Foto David yang terpampang di layar ponselnya lebih menarik perhatiannya.
"Aqeel kau dengar Mamah?"
Aqeel hanya mengangguk dan tak memberi tanggapan yang lebih, ia merasa memang ia yang salah. Jadi tidak perlu dipermasalahkan lagi.
Berbeda dengan Lulu ia justru merasa diabaikan oleh Aqeel, Lulu melirik sekilas ke arah gawai yang menyala terang digengaman Aqeel. "Kenapa kalian mirip sekali? Bahkan bila kalian berjalan bersama, orang-orang mungkin akan mengira kalian anak dan ayah," ucap Lulu berkomentar.
Setiap kali Lulu melihat foto yang mirip dengan Aqeel, ia tak bisa menahan mulutnya untuk tidak mengatakan hal itu. Sejujurnya Lulu juga ingin tahu siapa ayah dari Aqeel.
Jari telunjuk Aqeel kini mendarat tepat di bibir Lulu. "Tidak ada yang memintamu untuk berkomentar," ucap Aqeel lantas meyudahinya menstalker akun David. Ia pun mengalihkan layar ponselnya ke dalam game online.
Lulu berdecak pelan. Lantas pergi ke kamarnya sendiri dan melupakan sosok Arumi.
Sepeninggal Lulu, Aqeel masih terus memikirkan perkataan wanita itu. Bayangan wajah David kembali berputar. Ia mengamati wajahnya di sebuah cermin kecil, Aqeel pun tak bisa menyangkal fakta bahwa wajah mereka mirip.
Tak mau terjebak dalam rasa penasaran yang tak berujung. Aqeel berpikir untuk melakukan tes DNA.
"Memang ada juga yang kebetulan mirip. Tetapi bukakan kita berdua tak hanya mirip secara fisik? Sifat kita pun hampir sama! sama-sama dingin dan acuh dengan sekitar," bisik Aqeel memperkuat asumsinya. Ia semakin yakin untuk melakukan tes DNA.
Aqeel kembali membuka akun IG David. Hendak memingiriminya pesan tentang rencananya. Namun, setelah mengetik panjang lebar, Aqeel kembali menghapusnya. Ia merasa itu tidak akan efisien.
Aqeel mengendap-ngendap menuju kamar Lulu, dilihatnya Lulu tengah terlelap di atas ranjang.
"Yes. Aqeel mendesis senang. Ia pun hati-hati menutup pintu kamar Lulu. Ia gesit memesan taxi online, dan menunggunya di luar apartemen.
Saat taxi yang dipesannya datang, Aqeel langsung saja masuk dan meminta sang supir mengantarnya sesuai rute di aplikasi.
Sementara itu Arumi baru saja sampai dan turun dari taksi. Ia merasa bersalah karena tidak memberikan kabar apapun pada Aqeel dan Lulu. Setelah membayar argo, ia pun bergegas untuk segera sampai pada unit apartemennya.
***
Tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan Aqeel untuk sampai di rumah sakit Medika AB Grub, hal yang wajar karena kemacetan yang terjadi.
Tak mau membuang waktu, Aqeel segera menuju ruang resepsionis dan menanyakan ruangan david.
"Permisi, Bu. Bisa saya bertemu dengan pak David?"
Resepsionis bernama Dewi itu dibuat terkejut, lalu ia menengok kembali komputer yang sejak tadi ia gunakan untuk menonton YouTube.
"Kau, kau Aqeel?" tanya Dewi dengan mata berbinar seperti melihat sang idola.
"Benar." Jawab Aqeel singkat.
"Bolehkah saya minta tanda tanganmu. Saya sangat menyukai mu, kau itu seperti pemain yang ada di drama korea saat menolong korban kecelakaan," Dewi tanpa jeda saat memberitahu alasan ia meminta tanda tangan Aqeel. Ia juga langsung menyodorkan kertas dan bolpoin, tanpa mendengar jawaban dari Aqeel.
Aqeel yang tidak ingin waktunya terbuang sia-sia karena ia tadi tak meminta ijin pada Lulu, ia pun mengikuti apa kata resepsionis itu.
"Jadi sekarang saya bisa bertemu dengan David?" tanya Aqeel kembali setelah ia selesai menorehkan tinta di kertas kosong berwarna putih itu.
"Iya. Pak David ada di lantai atas. Mari saya antar." Ajak Dewi.
Aqeel mengikuti langkah kaki indah hingga sampai ke ruangan David.
"Baik Aqeel. Saya hanya bisa mengantar sampai disini. Itu ruangan pak David, dia baru saja tiba." Jelas Dewi sembari menunjuk satu pintu yang terbuat dari kayu jati.
Sejujurnya Aqeel merasa geram dengan wanita itu, karena ia tidak mau diam sama sekali. Sekarang Aqeel merasa bersyukur jika wanita itu pergi dari hadapannya setelah ia mengungkapkan terimakasih.
David yang tengah membaca buku di ruangannya menoleh sekilas pada pintu yang berderit pelan. Ia baru saja akan mencecarnya jika saja tubuh Aqeel tak langsung menyembul dari balik pintu.
"Hai anak manis. Tumben sekali kau mau menemui ku?" tanya David sembari tersenyum lebar. Beruntung tadi ia mengabulkan permintaan Arumi yang mau cuti jadi asisten di rumah sakit. Jika tidak, mungkin ia tak akan bertemu Aqeel siang ini.
"Aku ada perlu denganmu," sahut Aqeel melangkah mendekati David.
"Ada perlu apa? Apa kau mau mengajaku duel main game lagi? Atau meminta ku membatu orang yang kesusahan. Akan aku kabulkan." Jawab David dengan lantang.
"Mari kita lakukan test DNA." ucap Aqeel langsung ke inti masalah.
"Apa kau serius?"
Sementara itu wanita cantik bergaun Hitam sedang berjalan seperti model papan atas menuju ruangan David. Ya, wanita itu adalah Alena. Setelah berpikir panjang, kini ia ingin meminta maaf terlebih dahulu pada David dan memperbaiki kembali kehidupan rumah tangganya.
Baru saja dia sampai pada daun pintu yang sedikit terbuka, ia samar-samar melihat sosok anak kecil yang tadi pagi sempat ia lihat di foto.
Pendengarannya ia pertajam untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Aqeel dan David.
"Ya, aku ingin kita melakukan test DNA," ulang Aqeel kembali, membuat Alena yang mendengarkan pembicaraan itu mengepalkan tangannya.
'Tenang, Al. Belum tentu anak itu darah daging David. Jika memang iya, kau juga harus tenang mengambil satu langkah ke depan.' Batin Alena, ia pun segera pergi dari rumah sakit niat awalnya meminta maaf pada David ia urungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Langit Senja
aqwel cerdas. aku suka😍
2021-10-06
0
Lulaby
Alena licik banget😑
2021-10-04
0
Elisabeth Ratna Susanti
suka 👍
2021-09-25
1