"Ibu ... Ibu ... Jangan pergi Arumi sudah mendapatkan uang itu Bu." Gumam Arumi saat mimpi buruk yang sudah lama tidak hadir dalam tidur panjangnya kini tiba-tiba muncul kembali.
"Bu ... Ibu, jangan tinggalkan Arumi." Gumamnya lagi, kini keringat dingin bercucuran membasahi dahi Arumi. Raut muka sedih menghiasi wajah yang tadi tertidur pulas.
David yang sejak tadi duduk di sofa menunggu Arumi bangun, kini mendengar gumaman Arumi ia pun mendekat dan berusaha membangunkan nya.
"Tompel besar bangun." David mengguncangkan tubuh Arumi, berharap dia akan segera sadar. Entah apa yang dimimpikan wanita itu yang David tahu sekarang, wanita itu mengeluarkan air matanya dan kering dingin.
Arumi tersadar saat merasakan tubuhnya seperti ada yang mengguncangkan. Netra Arumi terbuka dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah sosok David yang sedang memegang pundaknya, ia pun segera mendorong david. Beruntung tubuh David tidak sampai limbung.
"Kau kenapa, kau disini? tanya Arumi sembari menunjuk ke arah David.
Melihat tingkah konyol Arumi, David terpancing untuk menggodanya.
"Bukankah kita sudah satu ranjang? Aku tidak tahu ternyata kau wanita yang rela memanjat ranjang ku demi kepentingan mu!"
"Apa kau bilang?"
"Ya, lihatlah dimana kau sekarang. Kau di ranjang ku." David menekan kata ranjang, lalu mendekatkan tubuhnya ke arah Arumi.
Arumi mengingat-ingat kembali, seketika itu ia sadar kejadiannya bukan seperti yang dikatakan oleh David. Ia pun langsung mendorong tubuh David kembali, lalu bangkit dari ranjang itu.
"Kau sudah ingat?" tanya David kesal.
"Aku tidak amnesia. Tentu saja aku ingat, jadi bapak David yang terhormat. Bukankah kau harusnya memberikan imbalan padaku?"
"Tentu saja. Tapi mengingat kau sudah membuat ranjang ku kotor, jadi imbalan itu aku simpan kembali." Ujar David tanpa ada rasa bersalah. Membuat Arumi tercengah.
"Tutup mulutmu dan bersihkan dirimu. Kita sarapan bersama." Sambung David sebelum pergi meninggalkan Arumi.
Arumi makin dibuat tidak percaya David menyebut kata kita.
***
Di lain sisi, Alena tengah tidur tengkurap di ranjang empuk miliknya. Pandangannya terus mengarah pada layar gadget bermerek iPhone. Ia asyik menonton video random dari YouTube.
Hari masih pagi. Ia tidak memiliki aktifitas apapun selain menunggu para pelayan menyiapkan sarapan.
Jemari Alena tak sengaja mengklik sebuah video viral yang tranding nomor satu beberapa hari yang lalu. Semula ia ingin mengganti video itu, tetapi saat netra nya tak sengaja menatap wajah anak kecil yang mirip dengan suaminya ia pun sontak mempause video itu.
Kedua alis Alena bertautan. Setelah diamati lebih dalam. Mereka berdua memang tampak mirip seperti pinang dibelah dua. Bahkan anak laki-laki itu memiliki lesung pipit yang sama dengan David.
Tidak hanya itu, kedua gigi gingsulnya pun tampak sama dengan milik David. Otak Alena berpikir keras. Kesadarannya melanda jauh pada kejadian malam itu. Malam tujuh tahun silam.
"Apa mungkin arumi waktu itu hamil?" Terka Alena pada dirinya sendirinya. Wajah Alena berubah kusut. Ia berpikir bisa saja itu anak Arumi. Walau mereka hanya melakukannya sekali, tetapi bila masa subur maka tidak mustahil bisa hamil.
Alena berpikir keras. Kalau saja hal itu benar terjadi. Maka posisinya sebagai nyonya baskoro akan terancam. David bisa saja menendangnya tanpa ampun.
Ia paham betul watak keras David. Laki-laki tidak akan memberinya ampun pada siapapun yang sudah berani mempermainkan nya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Pikir Alena sembari memijit pelipisnya. David tidak boleh sampai mengetahuinya. Dia adalah aset berharga miliknya. Sekali terlepas maka kehidupan glamour nya akan raib.
Jika berpikir lagi, status nyonya Baskoro hanya ia dan keluarga terdekat yang tahu, dan jika Arumi kembali bener-benar ancaman besar untuknya.
"Ini semua karena, ayah. Kenapa waktu itu ia melarang aku mempublikasikan pernikahan ku dengan David." Gumamnya lagi.
Alena menarik nafas panjang. Lantas menghembuskannya perlahan.
"Jangan gegabah, Alena. Kau harus menyelidiki nya lebih dulu," ucap Alena berusaha menenangkan diri. Ia pun segera keluar dari aplikasi tersebut. Jemarinya lincah mencari kontak nama Diki.
Setelah menemukan kontak itu, Alena segera mengdeal nomor Diki. Tidak butuh waktu lama, untuknya mendengar suara Diki.
"Aku ada pekerjaan untukmu," Ujar Alena tanpa basa-basi saat sambungan telepon sudah terhubung.
"Ada apa bos?"
"Cepat kau cari data diri dari bocah bernama Aqeel."
"Aqeel?" Ulang suara di seberang.
"Iya. Kau bisa melihat wajahnya yang di YouTube. Dia sedang viral beebrapa hari yang lalu."
"Siap bos."
"Aku mau data itu secepat nya," Titah Alena tegas. Ia harus bertindak cepat. David bukanlah orang bodoh. Ia seorang dokter. Ia pasti akan curiga bila ada seseorang yang mirip persis dengannya tetapi tak memiliki hubungan darah.
"Jangan khawatir bos. Saya akan menyelidikinya sekarang juga."
"Bagus. Jangan sampai mengecewakanku. "
"Siap. Kau tau aku tak pernah gagal. Dalam menjalankan setiap misi." Ujar suara di sebrang dengan bangga.
"Oke. Aku tutup teleponnya."
"Siap bos."
Setelah mendapat sahutan dari lawan bicaranya. Alena pun langsung menutup teleponnya.
Pikiran Alena menjadi kacau. Ia membanting gawainya ke sembarang arah di atas ranjang. Bayangan wajah Aqeel terus berputar dalam benaknya.
'Siapa anak itu sebenarnya.'Batin Alena bertanya - tanya sembari berdecak pinggang.
"Sialan kau Arumi!" Desis Alena geram. Bila saja benar Aqeel anak Arumi ia tak akan segan-segan untuk membunuhnya.
Alena meninjukan tangannya ke atas ranjang. Emosinya berhasil tersulut dengan praduga nya sendiri.
Getaran pendek dari ponselnya membuat fokus Alena buyar. Ia dengan sigap mengambil gawai yang ia lempar.
Dilihatnya beberap pesan grup dari WA nya. Kedua mata Alena berbinar saat membaca salah satu pesan dari teman SMA bila mereka akan mengadakan reuni.
Seketika Alena lupa dengan Aqeel. Ia sibuk nimbrung di Grub WA nya dan aplikasi berbelanja.
Entah berapa lama Alena fokus dengan gawainya. Hingga panggilan masuk dari Diki membuat Alena berdecak sebal. Baru saja ia ingin memesan model baju baru di sebuah aplikasi belanja online untuk acara reuni nya lusa.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi?" tanya Alena ketus. Ia tak mau kesenangannya terganggu dan hanya mendapatkan info yang tak bermutu.
"Aku sudah menemukannya infonya bos."
"Apa? "
"Setelah ku selidiki nya. Aqeel ternyata anak dari seorang wanita culun dengan tompel besar."
"Darimana kau tahu itu?" tanya Alena memastikan sumber yang Diki dapatkan.
"Kebetulan temanku bisa merestart cctv di bandara, sebelum anak itu menolong orang kecelakaan. Dia bersama dengan wanita culun dan nampak akrab. Selain itu, saat anak kecil dibawa pergi ambulan, wanita culun itu dan satu temannya juga ikut mengejarnya." Jelas Diki.
"Baiklah, bisa kau kirim videonya?" Pinta Alena sebelum mematikan sambungan.
Hanya dalam waktu beberapa menit video itu sudah berada di ponsel Alena. Wanita itu menarik nafasnya lega, ketakutan sejak tadi yang hilang sebentar kini sudah sirna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Rafanda 2018
benar kata david demi tanda tangan arumi rela naik ranjang,,apa karakter autor jg gitu kaliya
2023-05-29
0
Langit Senja
udah di rawat masih aja ngatain tompel. oalah vid minta di tampol beneran ni
2021-10-06
0
Elisabeth Ratna Susanti
triple like👍👍👍
2021-09-23
2