Rumah sakit Medika AB Grub, rumah sakit itu tak pernah sepi dari pengunjung. Rumah sakit yang sudah terkenal di daerah Jakarta Utara ini menjadi salah satu rumah sakit dengan kualitas terbaik.
Kaki Arumi berdiri tegak di ruang meeting, suasana canggung melanda dalam ruangan itu, sebab sosok lelaki di depan Arumi ini begitu dingin. Entah apa yang sedang lelaki itu perhatikan.
Namun, semua itu tak arumi hiraukan. Ia lebih memilih untuk menjalankan tugasnya mempresentasikan produk alat kesehatan yang akan ia tawarkan pada David.
"Jadi, perusahaan kami menyediakan produk alat kesehatan disposibel yang artinya hanya bisa sekali pakai dan itu produk yang terlaris saat ini. Untuk yang lainnya bapak bisa melihat di place list yang sudah saya berikan," jelas Arumi setelah selesai mempresentasikan produk yang ia tawarkan dengan lantang.
Arumi menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan perlahan-lahan untuk mengurangi rasa grogi dalam dirinya. Ia tidak ingin gagal dalam merebut tander dengan rumah sakit AB Grub, karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit internasional. Jika ia berhasil, tentunya pundi-pundi uang akan terus mengalir ke dalam rekening miliknya.
"Jadi, bagaimana dengan pendapatan Anda, Pak?" tanya Arumi dengan senyum yang tercetak jelas di bibir ranumnya. Ia merasa dapat memenangkan tander karena ia bisa lancar mempresentasikan produknya. Apa lagi melihat David yang tampak serius mengamatinya, membuat senyum Arumi semakin lebar.
Namun, senyum itu perlahan-lahan sedikit menghilang setelah mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut David.
"Apa Anda bisa mengoperasi wajah Anda? "
Netra Arumi membulat sempurna. 'Apakah dia tidak salah dengar? Jadi dia sejak tadi mengamati wajahku?' Haaah. Arumi menarik nafas dalam-dalam. berusaha untuk mengotrol emosinya yang hampir meledak.
"Maaf, Pak. Bagaimana pendapat Anda tentang produk yang saya tawarkan?" Ulang Arumi mengabaikan pertanyaan David. Baginya pertanyaan itu sudah diluar konteks pekerjaan, jadi ia merasa tidak perlu untuk menjawabnya.
"Tompel Anda sangat menggangu penglihatanku," ucap David jujur tanpa perasaan. David memicingkan matanya, berandai bila tompel itu hilang dari Arumi. Wajahnya yang putih mulus pasti akan terlihat sangat cantik seperti wajah istrinya.
"Bapak David yang terhormat, bisakah Anda bersikap profesional? Saya di sini untuk menawarkan produk bukan menawarkan diri. Jadi bapak tidak perlu repot-repot mengkritik penampilan saya," jawab Arumi berusaha untuk bersabar.
"Anda bisa operasi plastik agar terlihat menarik. Saya yakin, dengan penampilan Anda yang lebih mendukung, perusahaan pun akan semakin tertarik untuk bekerja sama."
"Memangnya apa hubungannya penampilan dengan kerja sama? Bukankah dalam bekerja, otak nomor satu?" Sergah Arumi merasa keberatan.
"Ya, saya tahu. Tapi jika penampilan Anda rapi, itu lebih enak saja untuk dilihat."
"Bagi saya, penampilan yang rapi adalah dengan pakaian yang pantas dan juga sopan."
"Ckk. Anda keras kepala sekali rupanya," cibir David.
"Baiklah. Terserah Anda mau mengatakan apa. Jadi, bagaimana pendapat Anda dengan produk kami?"
David tidak ingin berhenti dengan perdebatan itu, ia masih ingin mengatai penampilan Arumi. Baginya sosok Arumi seperti kuman yang harus ia sterilisasi kan.
"Jika Anda mempunyai masalah tentang keuangan, saya bisa membantu untuk mendapatkan promosi diskon 50% untuk operasi."
"Pak, bisakah Anda cukup membahas produk kami, dan melupakan tentang penampilan saya!" Seru Arumi yang sudah mulai kesal. Jika bukan demi tander mungkin sosok lelaki di depannya ini sudah ia tendang ke negeri antariksa agar berteman dengan sejawat nya.
"Saya rasa perusahaan Anda salah memilih karyawan. Jika saya jadi pemimpin di sana, saya akan mencari wanita yang cantik buka wanita buruk rupa."
'Dan syukur nya bukan kau pimpinan perusahaan ku. Jika ia, pastinya aku akan menua lebih awal.' Batin Arumi sembari melempar senyum semanis mungkin pada David.
"Pak David, tentu Anda pernah mendengar pribahasa Don’t judge a book by its cover, saya rasa pribahasa itu mewakili kondisi saya. Jadi saya harap bapak bisa bersikap profesional." Tutur Arumi, yang nampak membuat David kesal.
"Saya belum bisa memberikan pendapat. Anda menjelaskannya terlalu cepat. Tolong diulangi." Kalimat panjang lebar itu keluar dari mulut David.
Arumi mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sebagai tumpukan kekesalannya. Namun, ia harus bisa mengontrol itu semua.
"Baik, akan saya jelaskan sekali lagi. Harap dicermati baik-baik," balas Arumi sembari menekan pada kalimat terakhirnya.
David tersenyum penuh kemenangan, entahlah sepertinya membuat wanita didepannya itu marah justru terlihat sangat menggemaskan.
***
Di apartemen yang tidak jauh dari rumah sakit AB itu. Lulu dan Aqeel menyibukkan diri dengan aktivitas masing-masing.
Lulu yang menjabat sebagai manager HRD di perusahaan tempat Arumi bekerja mengambil cuti. Namun, tetap saja ia harus menyelesaikan laporan yang dikirimkan oleh admin bawahnya.
Perjalanan Arumi dan Lulu dalam meniti karir tidak semudah dalam cerita novel. Dulu Arumi pertama kali bekerja sebagai marketing, hanya bisa menjual barang tidak lebih dari setengah target yang ditetapkan untuknya. Tak jarang pula pimpinan perusahaan mengeluarkan surat peringatan agar dia mengundurkan diri.
Sedangkan Lulu, meskipun nasibnya lebih baik dari Arumi. Dia juga sama selalu mendapatkan tekanan dari pimpinan. Namun, mereka tidak pantang menyerah. Sebab apapun pekerjaannya pasti akan ada tantangan tersendiri. Jika mereka bisa menyelesaikan tantangan itu, yakin kesuksesan akan mereka dapatkan.
Beruntung setelah Aqeel tumbuh dewasa, karir mereka mencapai titik yang terbilang cukup sukses. Namun, hal ini tak membuat Arumi berhenti untuk mejadi yang lebih baik. Dirinya sangat bersyukur, tetapi ia masih berjuang agar bisa menjabat sebagai manager marketing.
"Mah, kira-kira bunda bisa mendapatkan tander itu atau tidak ya?" tanya Aqeel membuka keheningan. Walau sedari tadi ia sibuk membaca, tetapi bayangan Arumi yang tengah bekerja di luar sana sejenak melintas dalam benaknya.
"Tentu saja bisa. Jangan meremehkan bunda," sahut Lulu yang masih sibuk dengan laptop di depannya.
"Hem ...," sahut Aqeel bergumam pendek. Ia pun kembali fokus membaca buku di pangkuannya.
Lulu yang mengalihkan pandangannya sekilas pada Aqeel. Raut wajah bocah aki-laki itu tampak sedikit khawatir. Ia menghentikan pekerjaannya, lantas beranjak dari kursi dan menghampiri Aqeel.
"Kau tidak lapar?"
"Aku sudah makan roti sejak pagi. Cacing dalam perutku sepertinya sudah kekenyangan jadi mereka tidak berdemo." Jawab Aqeel seadanya. Memikirkan Arumi membuatnya merasa kenyang.
"Bisakah kau menjawab dengan simpel? tidak usah panjang kali lebar lalu kau kalikan lagi dengan tinggi," cerca Lulu.
"Jika bisa diperumit kenapa harus di persimple?" ucap Aqeel dengan acuhnya.
Lulu menepuk jidatnya pelan. Berbicara dengan Aqeel membuat ia akan semakin hipertensi.
"Jadi kau mau makan apa?" tanya Lulu mengalah. Jika bukan ancaman Arumi yang mau menjadikannya perkedel kalau berani menyentuh Aqeel, sudah bisa dipastikan ia akan menarik telinga bocah tengil itu.
"Apa saja yang penting makanan!"
"Kalau begitu, kau pergilah sendiri membelinya di luar. Mamah masih banyak kerjaan!" seru Lulu tak kalah ketus.
"Jika Mamah banyak kerjaan apalagi aku, Jika Mamah tidak bisa keluar kenapa aku harus keluar!" Tandas Aqeel membalikan ucapan Lulu.
"Aqeel," pekik Lulu kesal.
"Mah, suara cemperngmu bisa merusak gendang telinga ku, lagi pula aku masih harus menyelesaikan tugasku membaca buku ini. Lihatlah, masih ada 500 lembar lagi." Aqeel menunjukan buku kedokteran yang dibacanya pada Lulu.
"Lagipula Bunda bilang aku harus tetap berada di apartemen, tidak boleh pergi kemana-mana. Kau tentu tahu melawan orang tua itu, DURHAKA." Aqeel kembali fokus pada buku bacaan nya. Ia menyeringai puas saat melihat Lulu yang kesulitan untuk berkata-kata.
"Baiklah ... baiklah. Kau yang paling benar di sini. Mamah pergi dulu!" Putus Lulu menyambar dompet dan ponselnya. Ia pun bersiap untuk pergi ke supermarket terdekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mazree Gati
begitu ya demi tender rela di hina kadang rela di lecehkan,,,begitu thorrrr
2025-02-26
0
Tantini Tan
ih gemessss aku sm Aqeel🤣🤣🤣🤣
2022-06-01
0
Nur Yanti
astaga david somplak.. maslah tompel di bahas 😅
2022-01-18
0