Merasa bersalah

Mentari pagi menembus masuk melalui kisi-kisi jendela. Cahaya yang menyilaukan membuat David terbangun dari tidurnya.

Kelopak mata David mengerjap-ngerjap menyesuaikan diri dengan cahaya sekitar, tak berapa lama mata itu terbuka dengan sempurna. Ia merenggangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku. Perlahan David ingin bangkit dari tidurnya, tetapi mendadak tubuh David membeku saat, netra berwarna hitam pekat itu menangkap tangan yang berada di atas perutnya.

Netra David terus menelisik sosok yang kini berada disamping tempat tidur yang sudah ia tempati sejak satu bulan yang lalu. Netra itu membulat sempurna saat mengetahui sosok wanita yang ia sebut si tompel besar, wanita yang sejak beberapa hari lalu ia kerjain habis-habisan dan wanita yang membuat hatinya kosong.

'Astaga. Apa dia semalam menginap di sini?' Batin David bertanya-tanya. Ditatapnya lagi Arumi yang tampak tidur nyenyak walau dengan posisi seperti itu.

David tersenyum samar. Ia merasa salut dengan Arumi. Apa dia begitu menjaga dirinya sampai rela tidur di kursi dan menopangkan setengah tubuhnya di ranjang? Hingga berakhir tangan mungil itu berada di atas perutnya.

"Wanita baik," ucap David memuji Arumi dengan nada sepelan mungkin. Tatapan David tak lepas dari wajah Arumi. Bila diamati lebih dalam, Arumi terlihat cantik dalam pose tidurnya. Walau tompel besar menutupi pipinya, ia justru terlihat cantik natural.

'Apa tompel ia ini asli?' Batinnya lagi saat meneliti dengan jarak dekat. Namun, kecurigaan ia tak terlalu dipermasalahkan lebih lanjut. David kini tampak mengingat sebentar. Ditelitinya kembali pakaian Arumi. Ia merasa saat kemarin wanita itu tiba pun menggunakan pakaian yang sama.

'Jadi dia menginap di sini untuk merawatku?' Batin David menjadi merasa bersalah. Ia teringat dengan ucapan pedas yang selama ia lontarkan. Belum lagi keisengannya yang membuat gadis itu menunggunya selama berjam-jam.

Dalam hati David merasa berterima kasih. Bila tidak ada Arumi, mungkin kondisinya tak akan pulih secepat ini.

"Kita tidak saling mengenal, tetapi kau tanpa ragu mau mengulurkan tanganmu untuk membantuku," lirih David. Ia kini teringat dengan sang istri, Alena. Sosok yang seharusnya berada di sampingnya saat ia membutuhkan perawatan. Namun, wanita itu justru entah di mana sekarang.

Benak David memutar kenangan beberapa bulan Lalu. Saat ia memutuskan untuk tinggal di apartemen miliknya.

Kala itu, ia masih tinggal bersama dengan Alena di sebuah mansio keluarga Baskoro. Namun, kesenangan Alena yang suka berfoya-foya dan sering keluar malam membuat dirinya tidak betah.

Sebagai seorang suami, ia merasa diacuhkan. Alena lebih senang berkumpul-kumpul ria bersama teman-temannya.

David tak habis pikir dengan apa yang berada di benak Alena. Dia seperti ingin bermain-main dalam pernikahan mereka. Terbukti, selama tujuh tahun berumah tangga, Alena terlihat tenang meski belum memiliki keturunan. Wanita itu tidak ada niatan untuk lebih berusaha. Ditambah ia tidak ingin mengumumkan pernikahannya, jadi tidak salah jika sampai saat ini status David masih dibilang lajang.

Arumi perlahan menggeliatkan otot-otot yang kaku dan ia kini mulai tersadar, rasa pegal pun menjalari tubuhnya.

"Ummm." Arumi mendesis pelan. Tulang punggungnya terasa kebas.

David cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Perlahan ia beranjak dari ranjang sebelum wanita ibu terbangun sempurna dan memergokinya yang sejak tadi mencuri pandang.

Arumi membuka matanya perlahan. Saat terbangun, hal pertama yang ia cari adalah David.

"Ya ampun. Ke mana laki-laki itu? Apa dia sudah berangkat bekerja?" Ujar Arumi menatap ke selilingnya.

"Kenapa dia tidak membangunkanku," kesal Arumi perlahan bangkit dari posisi duduknya. Semalam ia tidur terlalu larut, Arumi menguap lebar. Rasa kantuk masih menggelayuti dirinya. Perlahan Arumi merebahkan diri di ranjang empuk milik David. Ia berpikir bila laki-laki sudah pergi.

"Tidur sedikit lebih lama lagi, tidak masalah bukan? Tubuhku masih ingin memeluk guling," ucapnya tak lama kemudian Arumi sudah terbawa ke alam mimpinya lagi.

Tak selang berapa lama, David telah selesai dengan ritual mandinya. Ia menggeleng-gelengkan kepala yang melihat Arumi tengah meringkuk di bawah selimut tebal.

David berjalan mendekati Arumi, hendak membangunkannya. Fokus matanya terpaku pada bibir Arumi yang sedikit terbuka, ia takut air liur wanita itu akan menetes dan mengenai bantal kesayangannya.

"Hei, tompel. Bangunlah," ujar David.

Arumi tampak tak bergeming. Membuat David sedikit kesal.

David berniat untuk menepuk pipi Arumi agar terbangun. Namun, saat melihat kantung mata yang menghitam membuat David mengurungkan niatnya.

Kali ini ia pun mengalah pada Arumi. Menunggu wanita itu terbangun sendiri dari tidurnya.

'Biarkan saja David. Hitung-hitung sebagai ganti karena dia sudah mau menjagamu,' batinnya.

David berjalan gontai menuju dapur. Ia hendak membuat sarapan untuk mereka berdua. Hari ini ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Rasanya sayang sekali bila harus absen lagi. Lagi pula pening di kepalanya pun sudah mereda. Tubuhnya hanya terasa lemas sedikit.

***

Pagi buta Lulu sudah berada di rumah sakit Medika AB Grub, bukan karena sakit atau sedang menengok orang sakit. Namun, ia mencari salah satu keluarga yang sepertinya sudah lupa jalan pulang.

Kekesalan dan kekhawatiran hinggap di hatinya. Bagaimana tidak, Arumi sejak kemarin pergi tanpa memberikan kabar padanya. Ia tahu jika ponsel Arumi rusak dan untuk itu ia tidak membawanya.

"Kemana wanita itu? Apa dia tidak ingat jika punya anak dan saudara yang mengkhawatirkan nya?" Gumam Lulu menengok kesana kemari.

Kaki jenjang Lulu melangkah menelusuri tempat yang bisa ia kunjungi. Karena demi kenyamanan pasien rumah sakit memiliki peraturan untuk menutup tempat-tempat umum.

"Mungkinkah dia ada di salah satu ruang pasien? Lulu, dodol banget dirimu kenapa kau tak bertanya pada resepsionis!" Lulu mengutuki kebodohannya, tak lupa ia juga menepuk jidatnya sendiri.

Lulu bergegas bertanya pada salah satu resepsionis penjaga rawat inap.

"Permisi Bu. Apa ada nama pasien atas nama Arumi, usianya 28 tahun?" tanya Lulu.

"Tunggu sebentar ya mbak. Saya cek terlebih dahulu." Balasnya. Lulu pun mengangguk mengerti dan bersedia menunggu.

Sembari ia menunggu matanya menangkap lelaki yang pernah berbuat kurang ajar padanya. Beberapa saat tawa geli keluar dari bibir tipisnya, Lulu mengingat kejadian saat di supermarket.

"Mbak, kenapa tertawa? Ada yang lucu?" tanya Resepsionis.

"Tidak apa-apa, Bu. Bagaimana apakah sudah Ketemu?"

Fauzan yang sempat mendengar tawa Lulu. Kini fokusnya beralih pada Lulu. Dengan langkah seribu ia menghampiri Lulu.

"Dari data yang ada. Tidak ada pasien yang bernama Arumi." Jawab resepsionis itu lagi.

Baru saja Lulu ingin mengucapkan kata terima kasih, Fauzan tiba-tiba datang dan berkata, "Hai kau. Jangan pura-pura sibuk, kenapa kau tertawa tadi?"

"Apakah tertawa dilarang di rumah sakit ini?"

"Khusus untuk mu, tertawa dilarang."

"Atas dasar apa?" tanya Lulu dengan nada mengejek.

"Karena kau pasti menertawakan aku!"

"Kau terlalu percaya diri."

"Aku heran setiap bertemu denganmu kenapa, hari ku sepertinya sial!" Ungkap Fauzan.

"Berapa usiamu?" tanya Lulu.

"Dua puluh satu tahun!" Jawab Fauzan dengan nada tinggi.

"Kau kira kau saja yang merasa begitu? Hai kau brondong, kenapa kau tidak ada sopannya pada wanita yang lebih tua dari mu?" Kini Lulu berbicara panjang lebar dengan nada tinggi tanpa jeda.

Fauzan yang mendengar itu semakin geram, "Apa aku tidak sopan?"

"Apa perlu aku ingatkan kembali. Kau sudah mengambil ci ...." Lulu menghentikan ucapannya, hampir saja ia keceplosan jika waktu itu adalah ciuman pertamanya.

"Apa kalian tidak ada tempat lain untuk membicarakan drama keluarga kalian?" tanya resepsionis berusaha menghentikan perdebatan antara Fauzan dan Lulu.

"Tidak ada," jawab mereka secara bersamaan dan dengan sorot mata menuju pada resepsionis.

Seketika itu resepsionis memanggil satpam, dan menyeret mereka berdua untuk keluar dari rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

arumi arumi,,demi karir rela melakukan segalanya,tidur di tempat laki2 ,amit2

2023-05-29

0

Sri Maryani

Sri Maryani

karakter alena kasar thor padahal seorang ibu.

2021-10-07

0

Langit Senja

Langit Senja

lulu sama Fauzan debat trus. awas ntar cinlok

2021-10-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!