Tantangan Aqeel

Aqeel mencatat baik-baik nama yang disebutkan Arumi dalam ingatannya. Meskipun ia hanya memberikan tanggapan biasa saja di depan Arumi. Namun, nyatanya bocah kecil itu terbawa emosi dan berniat untuk membalas perbuatan lelaki yang bernama, David Baskoro.

"Lihat saja nanti, akan kubuktikan kalau aku tidak seburuk yang dia pikirkan," ketus Arumi mengepalkan tinjunya. Ia berjanji bila bisa memenangkan tender, ia akan bekerja semaksimal mungkin hingga laki-laki terkagum dengan prestasinya.

"Sudahlah, Bun. Terima saja jika dia mengejek mu, aku sendiri juga sebal melihat tompel mu itu," ucap Aqeel.

Bukannya tanpa alasan Aqeel bersikap biasa saja dan justru membenarkan ucapan lelaki bernama David itu. Sebab jika Aqeel ikut terbawa emosi, dialah yang akan mendapatkan ceramah yang tidak ada ujungnya. Dan lagi, Arumi pasti akan semakin gencar mencerca David. Padahal orang itu tidak ada di sini. Secara tidak langsung, Aqeel justru merasa bahwa cercaan itu tertuju padanya.

"Dalam situasi seperti ini, tidak bisakah kau sedikit saja membela Bunda!" Omel Arumi.

"Tapi ..."

"Sudah diam. Bunda lelah. Bunda mau istirahat," ucap Arumi memotong kalimat Aqeel.

"Biarkan saja dia mengatai Bunda semaunya. Biar nanti yang di atas yang memberi pelajaran ,mulut Jahanam nya itu." tandas Arumi sembari memejamkan matanya. Bukan hanya fisiknya yang lelah setelah perjalanan menguras tenaganya karena kemacetan, tetapi hati dan pikirannya juga. Hanya dalam sekejap, dengkuran halus mulai terdengar.

Aqeel menggeleng-geleng kepala menatap Arumi tak percaya. Setelah bercerita panjang lebar dan sang bunda hanya memberikan penutup kalimat pasrah? Kenapa tidak sejak tadi dia diam menerima? Bikin telinga panas saja. Pikir Aqeel.

Aqeel kini menutup buku yang sedari tadi ia baca. Ditatapnya lamat-lamat bundanya yang tengah terbaring. Setelah yakin bila wanita sudah tertidur, Aqeel mengembalikan buku yang ia baca ke rak dan mengambil ponselnya.

"Beraninya kau membuat bundaku marah. Awas kau, aku akan memberimu pelajaran, David Baskoro." Gumam Aqeel lirih.

Jemarinya lincah mengetik nama David Baskoro dikolom pencarian google. Hanya satu baris kalimat, tetapi setelah mengklik tanda seraching langsung muncul ribuan artikel tentang laki-laki itu.

Aqeel memilih artikel paling atas, membacanya dengan seksama. Disana terpampang dengan detail biografi tentang David beserta fotonya.

"Mamah pulang," seru Lulu lantang sembari memasuki pintu apartemen. Kedua matanya berbinar ceria dengan tangan yang dipenuhi tentengan kresek.

Aqeel menolehkan kepalanya sekilas guna menatap Lulu. Menatap tajam sembari menunjuk ke arah Arumi yang tengah bergelung di bawah selimut sukses membungkam mulut Lulu.

Wanita itu sontak membekap mulutnya dengan telapak tangan. Takut bila Arumi terbangun. Ia berjalan mengendap-ngendap mendekati Aqeel.

Aqeel sama sekali tidak tertarik untuk menanggapi Lulu. Ia kini memutar kembali kepalanya dan fokus pada ponselnya.

Lulu tidak lagi dibuat heran dengan sikap acuh Aqeel. Bila anak seusainya mungkin akan dengan senyum ceria menyambut ibunya pulang setelah berpergian, maka anak itu justru bersikap biasa saja. Atau malah anak itu menyayangkan ibunya yang pulang terlalu cepat sehingga akan menggangunya membaca buku.

Namun, Lulu justru dibuat penasaran karena Aqeel malah bermain ponsel. Biasanya ia lebih senang berkutat dengan buku.

Pelan-pelan Lulu berjalan mendekati Aqeel, diintipnya isi layar ponsel Aqeel yang menyala dengan terang.

"Waah, apa dia kembaran online mu?" tanya Lulu saat melihat foto David.

Aqeel tak menyahuti ucapan Lulu. Ia terus menscroll foto-foto David.

"Ku harap kau tidak ember," celetu Aqeel.

"Memangnya apa yang akan kau lakukan?" tanya Lulu penasaran.

"Bukan urusanmu."

"Ckkk. Kau hanya anak kecil, memangnya kau bisa apa?" Ujar Lulu meremehkan. Ia pun menjauh dari Aqeel. Siapa sih yang tidak mengenal David Baskoro? Pemilik rumah sakit terkenal di Jakarta Utara. Lulu hanya menganggap bila Aqeel hanya sekedar menganggumi David karena sering membaca buku kedokteran.

"Cukup menantang," komentar Aqeel setelah selesai membaca biografi David, Aqeel segera menutup pencariannya. Ia kini dengan cekatan membuat akun fake di salah aplikasi yang kini banyak digandrungi anak muda, Instagram.

Tanpa membuang waktu, ia segera mengirimkan Direct mesengger kepada akun David.

***

Di rumah sakit, David dalam perjalanan menuju ruang operasi. Menggunakan baju berwarna biru ciri khas seragam operasi rumah sakit, dia terlihat begitu tampan. Baju itu kontras dengan warna kulit miliknya.

Muka datar yang selama ini menjadi ciri pembawaan nya kini tiba-tiba ia tersenyum. Dalam benaknya ia mengingat si tompel besar yang sengaja ia buat marah.

"Dasar kacamata kuda, tompel besar, kampung." Kata-kata itu keluar dari mulut David sembari mengiringi langkahnya menuju ruang operasi.

Fauzan yang sejak tadi seperti dianggap tak kasat mata oleh David. Kini mulai sedikit penasaran, jarang- jarang David Baskoro yang 11 12 dengan kulkas dua pintu itu bisa tersenyum dan bergumam sendirian.

"Om. Siapa si kacamata kuda, tompel besar, kampung, itu?" tanya Fauzan.

David menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Fauzan. Wajah yang tadi tersenyum kembali seperti sedia kala datar, dingin.

"Pertama-tama, kau harus memanggil ku, dokter David, pak David, atau direktur David. Aku mengharamkan kau memanggilku dengan sebutan Om di rumah sakit ini."

"Kedua, kau tidak perlu tahu dan anggap apa yang kau dengar tadi sebagai angin lalu."

"Ketiga segera bersiap kau akan menjadi asisten dalam operasi ini!"

Fauzan mendengar nada perintah itu nyali nya menjadi menciut. Otaknya belum bisa mencerna setiap kata yang keluar dari mulut David, yang bisa masuk kedalam otaknya adalah asisten operasi.

"Astaga, Om. Eh, Dok. Kau tahu bukan aku masih anak magang peringkat pertama. Jika aku menjadi asisten mu, lalu dokter Marisa akan memutilasi ku!" Bukan tanpa alasan dokter Marisa adalah wanita yang ia kagumi dan ia puja-puja. Jika dia mengambil start, bisa saja dia tidak bisa menyantakan perasaan padanya.

"Sekalian bilang sama dia setelah dimutilasi, organ-organ mu donorkan pada rumah sakit ini!" Seru David.

"Apa?"

"Dari pada kau terus berbicara lebih baik segera bersiap!" Perintah David lagi.

David melangkah pergi meninggalkan Fauzan yang nampak masih mematung ditempatnya.

Baru beberapa langkah David beranjak, benda pintar yang ia letakkan di kantor baju terus saja berdering. Menandakan ada pesan masuk.

David sama sekali tak membaca pesan itu, saat nama pengguna akun tersebut bukanlah namas asli. Nalurinya langsung menduga bila itu hanya akun fake.

"Pesan sampah." Dirinya pun menghapus pesan tersebut dan mematikan ponselnya. Ia mencuci tangannya sebelum masuk kedalam ruang operasi.

1 jam berlalu, operasi yang dijalankan David telah selesai. Ia pun kembali menyalakan ponselnya.

Pesan masuk dari Ig terus bergulir. Namun, David masih tidak menghiraukan. Ia berpikir itu adalah orang iseng, atau orang yang ingin mendapatkan perhatiannya agar bisa menawarkan macam-macam produk kesehatan.

[Ku tantang kau bermain game Heart surgery:Emergency Hospital]

[Kenapa kau tak membalas pesanku? Apa kau takut?]

[Kupikir kau seorang dokter yang genius, ternyata tak lebih dari seorang pecundang]

David dibuat geram dengan pesan-pesan julid tersebut. Ia pun mengamati nama si pengirim, Pengagum Tompel.

"Siapa sebenarnya orang ini? Apa dia tidak tahu siapa aku?" Gumam David mendengus sebal.

Tak lama kemudian bukan hanya pesan saja kini akun itu mulai untuk menelpon David.

"Apa sih maunya? sejak tadi mengirim pesan untuk main game? Apa dia pikir aku ini manusia gabut yang kerjaan cuma rebahan? Sehingga bisa seenak jidatnya mengajakku bermain?" tanya David pada dirinya sendiri.

Memang David adalah penggila game Heart surgery: Emergency Hospital doctor Games. Dan hasilnya sering ia upload di akun Ig nya. Namun, ia hanya memainkan saat pikiran nya sedang penat dan butuh hiburan.

Ponsel David berdering lagi, ia melihat penelpon itu masih sama dengan yang tadi. David lagi dan lagi mengabaikan. Hingga satu pesan ia terima.

[Kau, aku tantang bermain game. Ini karena dendam ku padamu. Sebab kau sudah menyakiti orang yang ku sayangi, Arumi si tompel besar.]

David tersenyum mengejek saat membaca isi pesan tersebut. Ternyata wanita jelek itu juga ada yang membela. Cukup menarik, pikirnya. Ia pun menerima tantangan untuk bermain game.

[Baiklah. Aku terima tantanganmu.]

Terpopuler

Comments

Tantini Tan

Tantini Tan

aku ketawa2 sendiri tiap aqeel ngomongin tompel wkwkwk 🤣🤣🤣🤣

2022-06-01

0

Riana♕

Riana♕

pengagum tompel🤣🤣🤣🤣

2021-11-25

0

Langit Senja

Langit Senja

Aqeel, cuek di luar tapi lembut di dalam. good🖒

2021-10-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!