Davina sedang makan bersama-sama adiknya saat ponsel ajaibnya berdering. Davina segera mengangkat panggilan itu lalu sedikit menjauh dari posisi adik-adiknya.
" Halo ? "
" Kau dimana sekarang? "
" Dirumah pak "
" Apa yang sedang kau lakukan ? "
" Saya sedang makan malam bersama dengan adik-adik saya, pak "
Terdengar dengusan dari seberang telepon.
" Bisa-bisanya kau menelan makananmu dengan tenang, sementara kau merusak kopi pesananku tadi siang "
Dave kembali mengungkit permasalahan kopi tersebut. Kopi itu memang berakhir mengenaskan karena terjatuh di lantai saat Davina terlalu kaget atas suguhan live show di depan meja kerja pria itu. Tapi, Davina pikir pria itu tidak mempermasalahkannya. Karena setelah Dave pergi bersama ibunya, sampai menjelang sore dan kantor tutup, Dave tidak memperlihatkan batang hidungnya.
" Kenapa kau diam ?! "
Bentak Dave dari seberang telepon. Davina gelagapan dan kembali fokus pada ponselnya.
" Itu pak, saya minta maaf. Besok saya akan membelikannya lagi untuk anda "
" Tidak ada besok, aku inginnya sekarang "
" Apa ??! " Pekik Davina.Sedetik kemudian, Ia baru teringat pada adik-adiknya yang sedang berada di dekatnya saat ini. Begitu Davina menoleh, semua pasang mata sudah tertuju padanya.
" Kau dengar, Davina ? " Ulang Dave sambil membentaknya. Davina mencoba menahan diri untuk tidak berteriak pada pria tak punya sopan santun seperti Dave
" Pak Dave, saya akan segera pergi lalu membawa kopi pesanan anda sekarang juga "
Tuuuuut !
" Oh **** ! " Dave melempar kasar ponselnya ke atas kasur.
" Davina....kenapa harus kau yang memergokiku hah?!" Gerutu Dave dengan begitu frustasi. Ia juga merasa aneh pada dirinya sendiri, mengapa ia harus merasa frustasi seperti saat ini. Padahal mereka kan tidak memiliki hubungan sama sekali. Davina hanya budaknya yang mau menuruti segala perintahnya karena tidak ingin masuk penjara. Gadis itu bukanlah pacar apalagi istrinya, namun Dave justru merasakan hal tersebut. Frustasi dan menyesal. Entah untuk apa kedua perasaan itu ada. Dave benar-benar bingung pada dirinya sendiri.
Ia kemudian berjalan keluar dari dalam kamarnya, menuruni tangga lalu berdiri di depan pintu depan rumahnya. Dave melihat ke sekitar, namun gadis pembangkang itu belum juga muncul. Dave mulai merasa khawatir.
" Aku menyuruhnya pergi malam-malam begini apa tidak bahaya ya " Gumam Dave yang mulai merasa gusar. Sedetik kemudian Dave sudah melompat masuk ke dalam rumahnya, dengan sedikit berlari untuk mengambil kunci mobilnya.
Dave mengendarai mobilnya dengan sangat cepat, menuju kedai kopi yang berada di dekat kantornya. Kedai kopi itu memang menyediakan kopi yang berkualitas dan sangat enak. Makanya Dave selalu memesan kopi favoritnya dari sana. Tapi sebenarnya ia tidaklah sedang ingin meminum kopi saat ini. Hanya saja Dave sedang merasa frustasi hingga mau tidak mau ia menyuruh Davina untuk membelikan kopi itu untuknya.
" Davina.....Davina....gadis pencopet itu harus menanggung akibatnya karena sudah berani membuatku merasa seperti orang aneh begini" Gerutu Dave sambil fokus memacu kendaraannya melewati mobil-mobil lain yang juga memadati jalan raya.
Begitu ia sampai di depan kedai kopi tersebut, benar saja seperti dugaannya Davina sudah berdiri dan mengantri di belakang orang-orang dengan setelan andalannya. Kaos oblong dan celana jeans pudar. Dave sudah langsung mengenali sosok itu dari jarak yang cukup jauh.
" Caramel Macciatonya satu mas " Ujar Davina pada pelayan kedai begitu gilirannya untuk memesan.
" Kau sudah hafal ternyata " Bisik Dave. Davina sontak langsung menoleh begitu hawa panas berhembus di daun telinganya
" Pak, kenapa anda...."
" Aku datang karena aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak membohongiku " Sela Dave dengan cepat.
" Mana berani saya membohongi anda pak"
" Lagipula kau tidak akan bisa membohongiku, Davina"
Dave mengekor di belakang Davina. Beberapa orang melihat mereka berdua. Yang satu pria tampan dengan setelan casual yang terlihat mahal sedangkan yang satunya. Gadis muda dengan setelan layaknya rakyat jelata. Sendal jepitnya bahkan sudah terlihat memudar. Davina sedikit merasa risih pada pandangan orang-orang. Ia mendorong bahu Dave sedikit.
" Jauh sedikit dari saya pak. Anda membuat saya semakin merasa hina "
" Kau sedang bilang apa? " Tanya Dave sembari mengangkat dagu.
" Lihatlah, mereka terus melihat ke arah kita. Saya rasa mereka terus saja berpikir keras. Terus berpikir kenapa ada lelaki keren mau berdiri di belakang gadis usang seperti saya " Keluh Davina. Dave hampir tergelak saat itu juga mendengar Davina menyebut dirinya sendiri dengan kata usang.
" Memangnya kau barang? Usang? Yang benar saja. Tapi, kau memang terlihat usang sih " Dave menambahkan kata-kata hinaan pada Davina. Sambil mendengus kesal, Davina mengambil kopi caramel milik Dave.
" Makanya berdiri jauh-jauh sedikit dari saya, pak " Gerutu Davina. Gadis itu berbalik cepat untuk memandangi Dave.
" Ini pak pesanan anda ! Sekarang saya sudah boleh pulang kan pak ? "
Dave menatap sejenak pada kopi yang di pegang boleh Davina lalu dengan cepat pria itu menahan lengan Davina.
" Aku belum menyuruhmu untuk pulang" Ujar Dave.
" Tapi pak...."
" Bawa kopinya, kita pulang bersama " Putus Dave lalu menarik lengan Davina keluar dari dalam kedai kopi.
Davina menyentak kasar lengannya dari tangan Dave. Ia menggeleng cepat saat mereka sudah berdiri di dekat mobil mewah Dave.
" Saya tidak akan menginap pak "
" Kenapa kau selalu tidak mau? Padahal wanita lain berlomba-lomba ingin menginap di rumahku"
" Jangan membandingkan saya dengan mereka, pak. Kami memang sama tapi pikiran saya dan mereka berbeda. Saya tidak mau menginap dirumah anda pak" Tolak Davina. Memangnya ia istrinya Dave, harus tidur di rumah pria itu.
" Apa karena adik-adikmu, makanya kau tidak mau menginap dirumahku? "
" Pak, sudah saya katakan bahwa saya memang tidak ingin menginap di rumah anda. Seandainya saya tidak memiliki adik pun, saya tetap tidak akan mau menginap di rumah anda, pak. "
" Kenapa ? "
" Karena bapak dan saya bukanlah pasangan suami istri pak ! " Seru Davina pada akhirnya. Ia sudah tidak tau harus menjelaskan seperti apa lagi agar pria itu bisa mengerti.
" Kau ingin menikah denganku, jangan mimpi " Seloroh Dave dengan penuh percaya diri.
" Ya Tuhan! Pak Dave, saya berkata seperti itu bukan karena saya ingin menikah dengan anda. Saya mengatakan hal itu karena saya ingin memberitahu anda bahwa diantara wanita dan pria itu ada batasan. Saya tidak mau anda nanti tergoda pada saya atau sebaliknya " Ujar Davina dengan frustasi.
" Aku tertarik padamu, tidak akan.Tenanglah Davina, aku berani mengajakmu menginap dirumahku karena aku yakin bahwa aku sedikitpun tidak merasa tertarik padamu. Aku memang sering mengajak para wanita yang ku kencani pulang ke rumahku tapi setelah aku mendapatkan apa yang kumau dari mereka. Aku akan segera mengusir mereka keluar dari rumahku "
" Dan anda merasa bangga dengan hal itu pak? "
" Tidak. Hanya saja aku sudah bertekad untuk tidak menikah sampai kapanpun. Namun kebutuhan hasratku tetap harus terpenuhi ya kan? Jadi, aku akan menyalurkannya pada para wanita itu "
" Saya bisa gila jika berlama-lama bicara dengan anda, pak "
" Kenapa? "
" Anda hobi sekali meniduri para wanita yang berbeda, pak. Apa anda tidak takut jika nanti anda akan melakukan kesalahan pak? "
" Aku selalu memakai pengaman " Jawab Dave dengan santai.
" Bukan hanya itu pak, anda bisa saja membuat para wanita itu berharap pada anda. Kita tidak pernah tau perasaan seseorang. Lagipula, anda dan mereka bukanlah pasangan resmi pak "
" Jangan terlalu naif, Davina. Aku dan para wanita itu sudah sepakat untuk sama-sama tidak menaruh perasaan. Mereka tau aku tidak pernah menganggap serius hubungan kami. Aku hanya membutuhkan kehangatan tubuh mereka "
" Bukan naif, pak. Tapi dalam hidup itu ada aturan dan norma yang berlaku. Jadi, saya tidak ingin melewati segala norma yang ada. Anda benar-benar tidak bernorma sama sekali. Anda pria yang sangat bebas. Saya harap suatu hari nanti anda akan segera sadar, pak "
" Kau bicara serius sekali sih. Kau bisa cepat tua " Dave terkekeh kecil. Pria itu sudah membuka pintu mobil lalu segera masuk ke dalamnya.
" Cepat masuk ! " Perintah Dave.
" Tapi, antarkan saya pulang kerumah saya, pak. Bukan rumah anda "
" Baiklah " Dave mengalah.
Ya Tuhan, jangan jodohkan aku dengan pria seperti Dave ini. Bisa rontok semua rambutku jika sampai aku berjodoh dengannya.
To be continued....
Happy reading, love you guys😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Tieny Roesmiasih
jadi istri Dave.. ??!!??... blom 100 hari rambut langsung rata ma uban... 🤔🤭
2021-10-22
1
Santi Triyana
capek hati nanti kalo Davi jadi istri Dave
2021-10-18
1