Tampan namun senyumannya seperti Iblis, begitulah gambaran yang ada di dalam pikiran Davina. Pria yang ia copet berhasil menemukannya hanya dalam hitungan jam. Uang haram itu bahkan belum habis, masih tersisa tiga juta rupiah. Dan pria yang ia copet sudah mendatanginya bahkan sampai ke rumahnya
Bagaimana bisa seorang Dave Abraham melakukannya?
" Kau pasti terkejut luar biasa, ya kan? " Nada suara pria itu terdengar sangat mengejeknya. Tangan dan kakinya langsung gemetar, tapi Davina berusaha menyembunyikan semuanya dari tatapan pria itu.
" Pak....tolong...."
" Apa adik-adikmu tahu bahwa kau telah me...."
" Pak ! " Teriak Davina memotong ucapan Dave sambil menatap kedua mata Dave dengan penuh permohonan.
" Kita bicarakan ini di dalam saja pak " Davina melangkah maju dan membisikkan kata-katanya ini.
" Kaupikir kau siapa hah?! Berani sekali memerintahku?" Ujar Dave dengan begitu angkuh. Dengan menggeram frustasi Davina dengan cepat menarik tangan Dave lalu membawanya masuk ke dalam rumahnya.
" Hei ! Apa yang kau lakukan?! " Bentak pria itu. Tapi Davina sengaja menulikan telinganya. Ia menyuruh Akmal untuk membawa keluar Amel, Sina dan Dami sebentar.
Dave tampak tercenung sejenak, ia kembali menatap kondisi rumah gadis muda itu. Sungguh menyedihkan sekali. Bahkan keadaan di dalam rumah ini jauh lebih buruk daripada saat ia melihatnya dari luar tadi. Dindingnya sudah banyak yang bolong dan ditumbuhi lumut, kayu rumahnya bahkan sudah menghitam dan tampaknya hanya dengan menendang sedikit, Dave bisa merobohkan rumah milik gadis itu. Dave menggelengkan kepalanya, menyingkirkan perasaan sejenis iba dan sebagainya. Ia adalah seorang Dave Abraham yang kejam dan tidak mengenal yang namanya belas kasihan.
" Kau kurang ajar sekali ! Beraninya meletakkan tangan kotormu di tubuhku ! " Bentak Dave
" Pak ! Bisakah kita bicarakan ini baik-baik? " Sela Davina ketika ia berbalik dan sudah menutup pintu rumahnya. Ia tidak mempedulikan kata-kata beracun yang keluar dari mulut pria itu.
Dave dengan cepat menepis tangan Davina dari lengannya seolah-olah tangan Davina adalah sebuah kotoran yang jika berlama-lama menempel di sana akan membuat Dave muntah.
" Bicara baik-baik dengan seorang pencopet? Kau waras? " Desis Dave dengan sorot mata tajam.
" Saya memang tidak waras. Pak, saya pikir mungkin ini akan terdengar sedikit gila bagi anda tapi tolong berikan saya pekerjaan apapun itu agar saya bisa melunasi hutang-hutang saya pada anda"
Sontak Dave terdiam sebentar lalu setelah itu pria itu menyipitkan kedua matanya, menatap wajah Davina dengan sangat geli.
" Hahahaha ! " Tawa sumbang langsung terdengar membahana di dalam rumah.
" Seorang pencopet meminta pekerjaan padaku? Ya, ya kau memang gila "
" Pak, saya akan bekerja pada anda dengan jujur, baik, tidak akan mengeluh meski pekerjaan itu sangat berat sekalipun. Saya akan tetap melaksanakan perintah anda dengan baik. Saya bisa melakukan banyak hal pak, memasak, mencuci, membetulkan toilet yang rusak, me......"
" Berhenti ! Percuma kau menjelaskan semuanya padaku karena aku tidak berminat untuk memperkerjakanmu. Sekarang ikut aku dan jangan banyak bicara, karena aku akan mengirimmu ke penjara" Tegas Dave sambil menarik kerah baju Davina. Wanita itu memberontak, hingga tangan Dave yang hinggap di kerah bajunya terlepas. Dalam sekian detik, rahang pria itu berubah mengetat.
" Mudah saja Davina, jika kau tidak mau ikut denganku. Aku hanya perlu memberitahu ini semua pada adikmu " Ujar Dave sambil melangkah cepat melewati Davina.
Seketika kedua mata Davina langsung terbelalak lebar, Davina mengejar Dave, ia merentangkan kedua tangannya, menghadang tubuh Dave yang hendak berlalu pergi keluar dari rumah.
" Minggir ! " Desis Dave.
" Pak ! Saya....."
" Aku bilang minggir atau aku akan berbuat kasar padamu " Ancam Dave dengan suara yang terdengar dalam.
Davina menggeleng cepat. Ia berusaha keras untuk berpikir agar pria bernama Dave ini tidak membawanya ke penjara.
Think ! Think ! Ah, aku tahu !
" Pak Dave tunggu sebentar ! "
Dave menaikkan sebelah alisnya dan menatap malas Davina.
" Anda yakin ingin memasukkan saya ke penjara pak? "
Dave berhenti memaksa maju, ia mulai menatap Davina dengan fokus. Melipatkan kedua tangannya di depan dada.
Tampaknya aku berhasil mengalihkan perhatiannya. Lanjut lagi Davi
Gumam Davina dalam hatinya.
" Pak, jika anda memasukkan saya ke dalam penjara, anda justru akan memberikan kemudahan hidup bagi saya yang telah mencopet dompet anda. Di dalam penjara, saya tidak perlu bekerja tapi tetap di beri makan, disana saya akan diajarkan banyak hal mulai dari memasak, menjahit sampai hal-hal menyenangkan lainnya. Saya sangat berterima kasih jika anda mau memasukkan saya ke dalam sana "
" Kau......"
" Tapi, jika anda menerima saya untuk bekerja. Anda bisa memeras tenaga dan keringat saya, anda juga bisa membuat saya membayar semua hutang-hutang saya pada anda. Dan anda bisa mendapatkan keuntungan dari saya " Potong Davina. Dave langsung kehilangan kata-katanya.
" Apa anda akan tetap memasukkan saya ke penjara pak? Pikirkan mana yang lebih buruk untuk seorang pencopet seperti saya ? " Davina tersenyum dalam hatinya.
Pria itu tampak sedang berpikir, keningnya berkerut dalam. Tampaknya ia sedang bimbang, bingung harus memutuskan apa.
" Pak Dave akan merugikan diri bapak sendiri, jika memasukkan saya ke dalam penjara. Saya bukannya bersedih pak, saya justru akan merasa sangat bahagia" Lanjut Davina. Kedua alis pria itu kini tampak menyatu.
Harus aku akui, apa yang dikatakannya terdengar masuk akal. Aku memang harus memanfaatkan gadis muda ini yang pandai sekali bicara. Jika dia kumasukkan ke dalam penjara, dia bisa makan dan hidup dengan tenang di dalam sana. Sedangkan jika dia bekerja denganku, aku bisa melakukan apapun yang kusuka untuk membuatnya menderita. Terdengar cukup menarik Dave. Kau harus membuat gadis muda itu hidup bagaikan di dalam neraka.
Kedua sudut bibir Dave tertarik kencang, Davina menunggu dalam diam sambil mengira-ngira apa ia sudah berhasil atau mungkin pria itu akan menolaknya.
Senyum apa itu? Terlalu sulit untuk di tebak. Dia menerima permintaanku atau tidak ?
" Kau cukup beruntung hari ini, nona Davina. Mulai besok kau harus sudah tiba di kantorku pukul enam pagi. Apa kau mendengar ? "
Seketika itu juga wajah Davina berubah cerah dan ceria.
" Dengan senang hati, pak " Seru Davina dengan begitu semangat. Dave tersenyum tipis, ia berderap maju mendekati Davina lalu kemudian sedikit menunduk untuk menatap wajah Davina dengan sangat lama.
" A...ada apa lagi pak? " Tanya Davina dengan tergagap karena tiba-tiba aura di dalam rumahnya berubah menakutkan. Ia mendongak, menatap wajah Dave yang lebih tinggi darinya.
" Jangan pernah berpikir bahwa aku akan memperkerjakanmu dengan sangat manusiawi. Aku akan membuatmu bekerja denganku siang dan malam. Bahkan hingga kau merangkak karena merasa tidak sanggup lagi, kau tetap harus bekerja. Begitulah aku akan memperkerjakanmu, nona pencopet " Bisik Dave. Sambil menahan nafas, Davina menelan ludahnya dengan susah payah. Dave menarik wajahnya menjauh, meninggalkan Davina yang gemetar menahan takut.
Sebelum Dave sempat berbalik dan membuka pintu rumah. Davina berujar dengan sangat pelan.
" Pak, tolong jangan panggil aku pencopet ketika di depan adik-adikku. Hanya itu pintaku, kumohon pak "
Dave tidak menjawab, ia keluar dari dalam rumah dengan membanting pintu rumah hingga bunyinya mengagetkan mereka yang berada di luar.
" Om, kenapa datang mencari kakak kami ? " Akmal mendekati Dave sambil menggandeng sebelah tangan Dami. Dave menunduk sejenak, menatap wajah polos-polos itu yang juga sedang menatapnya.
" Pak, tolong jangan panggil aku pencopet ketika di depan adik-adikku. Hanya itu pintaku, kumohon pak "
Kilasan ingatan tentang ucapan wanita itu menyadarkan Dave bahwa ia harus terpaksa berbohong pada anak-anak kecil itu.
" Aku datang kemari hanya ingin menyuruh kakakmu untuk datang dan bekerja di kantorku "
" Benarkah om ? " Tanya Akmal dengan sorot mata yang memancarkan kebahagiaan. Ia tahu bahwa kakaknya sedang sulit untuk mendapatkan pekerjaan sekarang ini hanya saja Akmal tidak berani mengatakan apapun pada kakaknya itu.
" Iya " Dave mengangguk singkat. Ia baru saja akan pergi saat tiba-tiba tubuhnya terhenti dan anak kecil yang bertanya padanya tadi sudah menahan sebelah tangannya.
" Om, terima kasih banyak " Akmal mencium tangan Dave dengan sangat sopan.
Dave membeku di tempat.
Sial ! Perasaan itu datang lagi ! Aku harus cepat-cepat pergi dari rumah ini !
Dave menyentak kasar tangannya, hingga Akmal sedikit terkejut. Namun wajah kecil itu masih tetap tersenyum padanya. Dave segera memalingkan wajahnya dari anak-anak polos itu. Ia melangkah cepat mendekati Morgan yang masih berdiri di dekat mobilnya.
" Kita harus segera pergi " Ujar Dave seperti orang yang ketakutan. Belum terlalu jauh Dave melangkah suara anak-anak itu kembali terdengar olehnya. Dave buru-buru masuk ke dalam mobilnya.
" Hati-hati dijalan om baik ! " Teriak mereka semua.
Dave ingin menyumpahi bocah-bocah itu. Namun ia tidak bisa.
" Cepat pergi dari sini, Morgan ! " Perintah Dave setengah berteriak pada Morgan yang baru saja mendudukkan bokong di sebelahnya.
" Baik pak "
To be continued.....
Happy reading, love you guys😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nur Sanah
lucu2 banget ade2nya devina😅
2022-12-27
0
Julian Agung Nugroho
om baik.... jadi inget Nino🤗
2021-10-23
0
Santi Triyana
wah Dave vs Davi wis pasti jodoh ini .. namanya samaan 👍🤩
2021-10-18
0