Matahari baru akan menampakkan wujudnya dan ayam jantan pun baru akan berkokok, namun Davina sudah lebih dulu keluar dari rumahnya untuk kembali bekerja. Sangat susah mendapatkan kerja yang bagus disaat dirinya hanyalah lulusan SMA dan parahnya lagi, ia tidak memiliki ijazah, dan surat- surat penting lainnya. Karena ia tidak sempat membawa semuanya itu saat terusir dari rumah. Benar-benar menjengkelkan.Jadi, percuma ia menjelaskan kepada setiap orang bahwa dirinya lulusan SMA jika kertas selembar itu tidak ada di tangannya. Ia akan di cap sebagai seorang pembohong.
" Davina, kenapa kau tidak menjual dirimu saja? " Ujar pria yang merupakan salah satu teman kerjanya di bengkel. Davina memang bekerja di sebuah bengkel hanya sampai setengah hari saja lalu setengah harinya ia akan mencuci pakaian ke rumah-rumah yang memerlukan jasanya.
Seketika wajah Davina langsung berubah merah padam penuh emosi.
" Kau sedang bicara apa Farhan? " Desis Davina sembari melemparkan obeng di tangannya dengan kasar. Pria bernama Farhan itu tertawa santai sambil masih sibuk membenarkan mobil milik pelanggan.
" Yah, daripada kau bekerja serabutan seperti ini? Kau seorang wanita Davina, dan kau cukup cantik. Kenapa harus repot-repot mengerjakan pekerjaan kasar yang tidak cocok untukmu? "
" Sialan ! Kau sedang merendahkanku ? " Tunjuk Davina lalu melangkah cepat menghampiri Farhan. Beberapa orang tampak melihatnya namun Davina tidak peduli.
" Aku hanya ingin memberitahumu saja. Santai "
Davina terkekeh sinis, sambil menarik nafas penuh emosi ia menendang peralatan bengkel yang berada di samping tubuh Farhan.
" Kau keterlaluan sekali, kau pikir aku bisa diam saja saat kau mengolokku, merendahkanku ! " Bentak Davina.
" Kau marah ? Memang itulah kenyataannya." Farhan melemparkan alat bengkel ditangannya dan berdiri cepat. Mengangkat dagunya dengan begitu angkuh
" Aku tidak sudi melakukan pekerjaan hina itu, apa kau tahu sialan! "
" Kau hanya pura-pura baik saja, Davina. Jika ada yang menawarimu pekerjaan itu, kau tidak mungkin menolak "
" Apa masalahmu padaku? hah! " Davina melotot dan hendak menerjang Farhan namun segera di tahan oleh Andi.
" Sudahlah Davina, abaikan saja dia" Cegah Andi.
" Kau tahu Davina, kau cocok berada di bawah tubuh pria " Farhan semakin menjadi-jadi
Davina menyentak tangannya yang di tahan oleh Andi lalu kemudian menggapai tempat oli di bawah kakinya dan hanya dalam hitungan detik wadah yang berisi oli bekas itu pun melayang tinggi ke udara lalu mendarat mulus di atas kepala Farhan.
Byurrr !!
Oli yang berwarna hitam pekat itu membasahi seluruh tubuh Farhan tidak terkecuali mulut busuknya. Harusnya tadi ia melemparkan telur busuk saja pada wajah pria itu. Tapi sayangnya, Davina tidak bisa dengan mudah mendapatkannya.
" Kau terlihat kotor sekali Farhan, cocok dengan mulutmu yang juga kotor dan busuk " Ejek Davina dengan tersenyum puas.
" Wanita sialan ! " Pekik Farhan dengan marah, ia hendak menerjang Davina namun dengan cepat Andi menahan tubuh tinggi pria itu.
" Jangan Farhan, kau tidak boleh menyakiti seorang wanita "
" Minggir Andi, lepaskan aku ! " Farhan mencoba mendorong tubuh Andi agar ia bisa memberi pelajaran pada Davina. Andi sekuat tenaga menahan tubuh temannya itu.
" Kenapa kalian pada diam semua ! Bantu aku melerai mereka ! " Teriak Andi pada teman-temannya yang lain. Ia masih menahan tubuh Farhan yang penuh emosi.
" Kau hanya seorang pecundang tidak berguna, Farhan! " Teriak Davina
" Sudah, sudah. Jangan bertengkar disini, kalian dilihat oleh pelanggan kita "
" Aku tidak peduli. Pria itu memang pantas di permalukan"
" Sudahlah Davina " Ujar teman-temannya yang lain.
Keadaan di depan bengkel langsung terlihat kacau karena perkelahian mereka berdua. Semua mata memandangi aksi keduanya, yang sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Apalagi Davina, suara terdengar nyaring saat ia mengatai Farhan.
" APA YANG KALIAN LAKUKAN ?!! " Suara menggelegar milik pemilik bengkel berhasil menghentikan Davina dan juga Farhan. Mereka semua dengan cepat menoleh pada bos gemuk mereka yang sudah berdiri dengan wajah persis seperti seekor gorila yang mengamuk di tengah kota.
" Davina duluan bos yang melempari tempat oli di wajahku "
" Aku melakukannya, karena kau mengataiku murahan, sialan ! "
" DIAM!! " Bentak bos mereka.
" Kau Davina, apa yang coba kau lakukan di bengkelku hah? "
" Bos aku....."
" Kau tidak sadar diri sama sekali, padahal aku sudah menerimamu bekerja disini meski kau tidak memiliki ijazah sama sekali. Dan kau malah membuat kekacauan di bengkelku. Apa yang kau pikirkan? "
Farhan tersenyum jahat.
" Apa karena aku tidak berpendidikan seperti ini lalu kalian semua boleh merendahkanku, hah? "
" Dengar Davina, Farhan itu sudah lama bekerja di bengkelku dan dia tidak pernah berbuat onar disini "
" Kau membelanya " Davina tertawa sumbang.
" Iya, sejak kau diterima bekerja disini ada-ada saja hal yang terjadi "
" Oh jadi ini karena salahku bukan karena si mulut busuk itu ! " Tunjuk Davina pada Farhan.
" Iya itu salahmu " Bosnya menunjuk wajah Davina dengan penuh emosi. Davina memejamkan kedua matanya dengan erat sembari tersenyum sinis. Ia kemudian perlahan membuka matanya lalu mendekati bosnya itu.
" Aku berhenti, bos. Kuharap suatu hari nanti bengkelmu ini akan bangkrut " Ujar Davina lalu setelah itu ia pergi meninggalkan bengkel dengan amarah yang berapi-api.
Farhan tersenyum puas, merasa senang karena berhasil membuat Davina keluar dari bengkel.
Itulah akibatnya jika kau berani menolakku, Davina.
" Aku tidak akan mengeluarkan gajimu! " Teriak bosnya. Memangnya Davina peduli.
Dasar bos bodoh!
Davina menjambak rambutnya dengan kasar, menendang kaleng bekas di pinggir jalan dengan begitu kesal. Mau makan apa mereka kalau begini jadinya. Sudahlah, semakin hari tetangganya sekarang sudah jarang meminta jasanya untuk mencuci di tambah lagi Davina harus kehilangan pekerjaan
nya yang sedikit banyak membantu kondisi keuangannya untuk memenuhi kebutuhan hidup serta membiayai adik-adiknya yang masih harus sekolah. Kenapa hidupnya selalu saja berakhir dengan menyedihkan seperti ini ?
" Aku pulang " Ujar Davina dengan suara yang terdengar lesu.
" Kakak kenapa? " Tanya Akmal yang membukakan pintu untuknya. Davina hanya tersenyum sekilas pada adiknya itu.
" Tidak apa-apa mal, dimana yang lainnya? " Tanya Davina sambil mendaratkan bokongnya di atas kursi.
" Masih disekolah kak, tunggu kak. Akmal ambilkan air minum untuk kakak " Akmal buru-buru melesat ke dapur mengambilkan air minum untuk Davina.
" Ini kak " Akmal menyodorkan satu gelas air putih dari tangannya.
Davina menyambutnya dengan senyum bahagia.
" Terima kasih mal "
" Kenapa mereka belum kembali dari sekolah? "
" Dodi sebenarnya sudah lebih dulu pulang kak, tapi dia masih menunggu Sina, Amel dan Dami "
" Lalu kenapa kau sudah lebih dulu kembali. Apa kau tidak masuk sekolah? "
Akmal menunduk sambil meremas kedua tangannya. Ia tidak berani mengangkat wajahnya. Davina merasa curiga dengan sikap Akmal. Ia dengan cepat bangkit berdiri dan menghampiri adiknya itu. Davina memegang bahu Akmal dan menguncangnya pelan.
" Akmal, katakan pada kakak kenapa kau tidak berangkat ke sekolah ? "
" Kak, aku tidak ingin sekolah lagi " Akmal mengangkat wajahnya, menatap Davina dengan kedua matanya yang berkilat penuh rasa menyesal.
" Kenapa kau tidak ingin masuk sekolah? Bukankah kakak selalu membayar spp untukmu? Jangan bilang jika kamu tidak pernah memberikan uang spp pada gurumu?"
" Tidak kak. Akmal tidak sekolah bukan karena Akmal tidak pernah membayar spp. Akmal tidak sekolah, karena Akmal ingin membantu kakak mencari uang."
" Akmal ! " Bentak Davina. Ia menatap adiknya itu dengan perasaan kecewa bercampur marah.
" Kau harus bersekolah sampai SMA minimal. Setidaknya kau bisa mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya. Kakak tidak mau mendengarkan alasan apapun, kau harus tetap bersekolah. Kakak masih sanggup membiayai kalian"
" Tapi kak....."
" Kau harus bersekolah, itu keputusan kakak Akmal" Putus Davina dengan tegas. Ia kemudian berlalu pergi meninggalkan Akmal yang sudah menangis.
Davina memijat pelipisnya dengan begitu frustasi, ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Masalah datang silih berganti, seperti tidak ada habisnya. Davina menggigit bibir bawahnya dengan kuat, ia harus mencari pekerjaan lain hari ini. Davina segera berlari menuju pintu, hendak keluar rumah. Sekilas, ia masih sempat melihat Akmal. Anak itu masih terduduk sendirian.
" Akmal" Panggil Davina.
" Iya kak " Akmal mengangkat wajahnya lalu dengan cepat mengusap kasar wajahnya yang sudah basah oleh air mata.
" Jemput mereka, kakak harus kembali bekerja. Jika kakak belum pulang sampai larut malam, kunci pintu rumah"
" Baik kak"
Davina mendatangi seseorang, yang merupakan teman lamanya sekaligus tetangganya. Pria itu sudah banyak membantunya selama ini. Davina bisa bekerja di bengkel itu juga karena Jono yang memberitahunya.
" Ada apa Davi? " Tanya Jono begitu pintu rumahnya terbuka. Pria itu selalu memanggilnya dengan nama pendek tersebut.
" Aku butuh pekerjaan Jono. Aku sudah berhenti dari bengkel pria gemuk itu "
" Aduh Davi, kau ini kenapa selalu berhenti di tempatmu bekerja "
" Masalahnya, orang-orang di tempat itu selalu bermulut busuk. Mereka selalu saja merendahkanku karena aku tidak punya pendidikan sama sekali "
" Baiklah, aku punya pekerjaan untukmu"
Beberapa menit kemudian.......
" Apa? Memperbaiki toilet ini?!! " Pekik Davina sembari menatap horor toilet yang ada di hadapannya saat ini. Mereka sekarang sedang berada di pusat perbelanjaan.
" Hm, kau mau atau tidak? " Tanya Jono sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan malas.
" Aku mau, tapi masalahnya, aku belum pernah memperbaiki toilet sebelumnya. Aku hanya bisa memperbaiki motor atau mobil yang rusak"
" Coba saja dulu, aku akan menunggumu disini"
Sambil menyingsingkan lengan bajunya hingga kesiku, Davina langsung masuk kedalam toilet tersebut. Ia sempat merasa kebingungan, namun Davina yang sudah terbiasa memegang alat-alat tukang terlihat tidak canggung sama sekali untuk menggunakannya. Meski belum pernah membetulkan toilet, namun setelah beberapa menit berlalu akhirnya Davina berhasil melakukannya.
" Aku sudah memperbaikinya" Davina keluar dari dalam toilet dan menghampiri Jono.
" Kau berhasil melakukannya? " Jono kemudian masuk ke dalam toilet di ikuti Davina dari belakang.
" Coba saja " Ujar Davina. Dan Jono pun mencoba menekan tombol-tombol di toilet tersebut.
" Kau benar, toilet ini sudah tidak tersumbat lagi. Wah kau memang berbakat Davi " Jono menepuk pelan bahu Davina. Senyum puas terukir dari bibir tipis Davina.
" Jadi, aku akan mendapatkan uangnya sekarang kan?"
" Iya Davi "
Setidaknya malam ini dan besok kami masih bisa makan, syukurlah.
To be continued....
Happy reading, love you guys😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Mamah DevaniRaihan
kesian davi
2021-11-25
0
Tina Agus
kcian mssh PD kcil udah mrskn hdup susah😭😭
2021-10-25
0
Dee vee
kok lead female-nya emosi-an sih 😑. uda tau butuh kerjaan , bukannya mingkem aja tu bibir 😑
2021-10-25
0