Dave And Davina
Malam masih panjang, namun para pria dan wanita itu masih berkumpul bersama di dalam ruangan yang besar dan megah sambil menyantap makanan lezat yang dihidangkan langsung oleh koki yang memasaknya. Dave yang hanya mengenakan kemeja putih mengangkat gelas anggurnya ke udara sambil tersenyum angkuh di hadapan para sahabatnya.
" Terima kasih, karena kalian telah sudi datang ke kediamanku untuk merayakan pesta ulang tahunku yang ke tiga puluh tiga tahun" Ujar Dave dengan begitu bangga. Semua orang yang mengelilingi meja ikut mengangkat gelas-gelas anggur mereka sambil bersorak penuh antusias.
" Kau yang terbaik Dave ! " Teriak pria yang berdiri paling ujung.
" Oh honey, aku mencintaimu! " Teriak wanita berambut pirang bergelombang dengan dada yang setengah menyembul dari gaun merah menyalanya.
" Sahabatku Dave, aku harap kau menemukan seorang wanita yang akan kau nikahi !" Teriak salah satu pria yang mengenakan setelan jas berwarna kuning.
Dave sontak langsung melirik pada pria itu lalu kemudian tersenyum miring. Semua orang yang ada di dalam ruangan pun ikut menoleh pada pria itu. Tak lama suara deheman keras berhasil membuat semua orang kembali menatap Dave.
" Sepertinya aku harus memberitahukan sesuatu pada kalian semua malam ini "
" Apa itu Dave?! " Tanya para wanita yang terlihat begitu antusias. Wajar, karena Dave ibarat magnet yang mampu menarik setiap wanita tanpa perlu bersusah payah untuk merayu mereka.
" Di malam ulang tahunku yang ke tiga puluh tiga ini, seorang Dave Abraham tidak akan pernah menikahi wanita manapun di dunia ini. Jadi tolong di ingat baik-baik agar besok tidak ada lagi yang mendo'akanku agar cepat-cepat menikah "
Sontak suara tepuk tangan dan siulan memenuhi ruangan itu. Apalagi para wanita seksi yang berada disitu, semua berteriak bahagia. Setidaknya Dave masih bisa di miliki oleh mereka.
" Ah, kau terlihat begitu sexy, sayang" Desah Dave sambil menarik kasar dasinya lalu melemparkannya ke sembarang arah. Wanita cantik itu meliuk-liuk liar di atas ranjang, berusaha memberikan tontonan vulgar untuk Dave, teman kencannya malam ini.
" Lepaskan gaunmu! " Perintah Dave dengan tatapan yang menggelap. Dengan tersenyum nakal, wanita itu melepaskan gaun ketat yang membungkus tubuhnya, menyisakan dua lembar kain mini di bagian atas dan bawah tubuhnya.
" Oh Dave kau begitu tampan "
" Aku tahu" Dave menelusurkan jemarinya ke bawah tubuh wanita itu. Membuat tubuh wanita itu menggelinjang geli oleh sentuhan panas jemari Dave.
" Sudah ada berapa banyak pria yang pernah berada disini? "
" Jangan bahas itu Dave, bukankah tujuanmu malam ini adalah untuk menikmati milikku" Wanita itu merasa sedikit terhina dengan ucapan Dave.
" Aku hanya ingin tahu, Miranda" Dave tersenyum miring. Dengan kasar ia mendorong tubuh Miranda hingga wanita itu jatuh terlentang di atas kasur. Setelah itu tanpa menunggu lebih lama, Dave langsung menghimpit tubuh Miranda dengan bobot tubuhnya yang tidak di tahan-tahan.
" Aku akan membuatmu menjerit malam ini "
" Lakukan Dave, aku sangat menyukai keahlianmu itu " Bisik Miranda sambil merangkul erat leher kokoh Dave.
Bibirnya sedikit gemetar dan tubuhnya juga menggigil karena terpapar udara malam, Davina berjalan di tepi jalan raya sambil melihat-lihat di sekitarnya mungkin saja, dirinya bisa mendapatkan makanan sisa untuk adik-adiknya malam ini. Hari ini ia belum mendapatkan gaji dari mencuci pakaian pemilik dari gubuk reot yang mereka tinggali saat ini. Saat Davina baru akan menyebrang, kedua matanya menatap penuh antusias pada rumah megah bertembok tinggi di depannya. Banyak mobil-mobil terparkir di depan sana dan Davina pikir si pemilik rumah pasti sedang mengadakan acara.
" Mungkin saja aku bisa mendapatkan makanan bekas dari sana" Gumam Davina dengan penuh semangat. Ia langsung berlari masuk ke halaman tersebut. Namun rupanya keadaan rumah itu membuat Davina seketika langsung memekik
" Ya Tuhan, rumah ini besar sekali! "
" Disini pasti banyak makanan, aku mungkin bisa membawa pulang makanan untuk adik-adikku malam ini "
Davina segera berlari ke arah tempat sampah besar yang berada tidak jauh dari sekitar taman. Ia membuka tutup sampah itu dan tanpa jijik sama sekali, Davina mengobrak-abrik tempat sampah tersebut.
" Ini dia " Satu kantong plastik besar berhasil ia angkat dari dalam tempat sampah tersebut.
" Semoga saja isinya makanan" Gumam Davina penuh harap. Begitu dibuka kantong tersebut, isinya benar yang seperti ia harapkan. Makanan yang padahal masih layak untuk dimakan, namun sudah dibuang begitu saja seolah-olah itu semua tidak ada harganya.
" Hei ! Kau siapa?! "
" Hah! Kabur ! " Pekik Davina sambil mengangkat kantong sampah itu lalu kemudian berlari cepat meninggalkan pria yang meneriakinya.
" Dasar pengemis jalanan! Berani-beraninya kau masuk ke lingkungan rumah ini ! " Teriak pria bertubuh tinggi besar itu. Ia mengejar Davina yang sudah lari terbirit-birit.
Davina memeluk erat kantong sampah itu sembari mempercepat langkah kakinya, ia tidak akan pernah memandang ke belakang karena hal itu bisa membuatnya tersandung dan Davina sudah ahli dalam hal melarikan diri seperti ini. Davina berbelok ke arah kiri, memasuki gang-gang sempit yang sudah sangat ia hafal. Pria besar itu mengikutinya namun, karena ia membawanya masuk ke dalam gang-gang sempit dengan jalan yang berlubang dan banyak kerikil, akhirnya pria itu berhenti mengejarnya.
" Dasar pengemis sialan! Awas saja jika kau berani kembali lagi ke rumah itu ! Aku akan menangkapmu !!" Teriak pria itu yang ternyata adalah seorang satpam di rumah mewah tersebut.
" Hampir saja aku tertangkap " Davina mengusap wajahnya yang telah basah oleh keringat. Deru nafasnya berlomba-lomba keluar memenuhi rongga hidungnya. Davina menoleh kebelakang, tidak ada orang yang mengejarnya lagi.
" Dasar orang kaya sombong, masa hanya mengambil makanan sisa saja aku di kejar sampai seperti ini. Tapi orang kaya itu tidak akan mampu menangkapku dengan mudah. Aku cukup tangguh jika sudah berlari " Davina tersenyum bangga. Kedua kakinya sudah terbiasa berlari cepat sejak ia tinggal di jalanan.
" Mereka pasti sudah menungguku sekarang " Davina segera berlari pulang untuk menemui adik-adiknya.
Di dalam kamar mewah itu, dua orang berbeda jenis kelamin sama-sama terengah setelah pelepasan cepat yang menghantam tubuh mereka. Selalu saja seperti ini, Dave merasa hubungan intimnya dengan para wanita tidak pernah bisa membuatnya berlama-lama berbaring di tempat tidur, apalagi sambil memeluk wanita yang baru saja ia gauli. Dave dengan cepat bangkit dan turun dari ranjang meninggalkan Miranda yang masih tertidur. Dave memasang celana pendeknya lalu kemudian mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
" Besok pagi, aku tidak ingin melihat Miranda di dalam rumah ini. Kau harus segera mengusirnya pagi-pagi sekali " Perintah Dave pada seseorang di seberang telepon. Setelah memberikan perintah, Dave kemudian melangkah pergi keluar untuk kembali menyendiri. Saat dirinya baru akan masuk ke dalam ruang kerjanya, Dave melihat beberapa orang satpam yang di pekerjakannya sedang berkumpul di dekat ruang tamu.
" Apa yang kalian lakukan disini, kalian tidak melakukan pekerjaan kalian ? " Dave sudah menghampiri orang-orang tersebut.
" Tu...tuan, saya sedang memberi arahan untuk mereka agar memperketat penjagaan "
" Ada yang telah terjadi dirumah ini? "
" Iya tuan, saya baru saja kembali dari mengejar seorang pengemis yang sudah berani masuk ke dalam halaman rumah kita " Ujar pria bertubuh besar itu.
" Pengemis ? " Dave menaikkan sebelah alisnya.
" Iya tuan "
" Kenapa kalian membiarkan orang-orang rendahan itu masuk ke dalam rumah ini hah? Memangnya apa yang kalian lakukan sampai tidak menyadari seorang pengemis telah masuk dan mengotori tempat ini ?! " Bentak Dave dengan penuh amarah.
" Maafkan kami tuan. Kami telah melakukan kesalahan. Tolong maafkan kami "
" Untuk sekali ini aku akan memaklumi kejadian ini. Tapi ingat, jika hal ini terjadi lagi maka aku tidak akan segan-segan untuk memecat kalian. Apa kalian semua mengerti ? " Bentak Dave dengan suaranya yang keras dan menuntut.
" Kami mengerti tuan ! "
Setelah itu Dave langsung pergi membawa kekesalan akibat ulah para pekerjanya yang tidak kompeten. Dave membuka kasar pintu ruang kerjanya lalu kemudian mengambil wine miliknya yang berusia puluhan tahun yang tersimpan rapi di sudut ruang kerjanya. Dave menyesap minumannya dengan wajah yang masih terlihat kesal.
" Dasar pengemis, aku sangat membenci orang-orang lemah seperti itu. Mereka adalah orang-orang pemalas yang menggantungkan hidupnya pada orang lain." Gumam Dave dengan senyuman sinis menghiasi bibirnya.
Begitu sampai Davina langsung membuka bungkusan plastik besar itu dan mendapati isinya yang ternyata benar berisi makanan orang-orang kaya. Kerang, udang, bahkan daging steak pun ada di dalam kantong plastik yang ia ambil tadi. Hanya saja tampilan dari makanan tersebut sudah terlihat berantakan. Mungkin bagi kebanyakan orang makanan itu justru terlihat sedikit menjijikkan. Namun, bagi mereka semua makanan itu tampan normal dan masih layak untuk di makan. Bahkan ada daging steak yang tidak terpotong sama sekali.
" Kakak, darimana kakak mendapatkan semua makanan mahal ini? " Tanya adiknya yang paling muda.
" Dari tempat sampah orang kaya sayang. Mereka sudah punya banyak uang, hingga makanan sebagus ini saja sudah di buang " Davina mengambil beberapa kerang dan udang yang terlihat sama sekali belum di sentuh, memisahkannya dari makanan yang sudah dimakan oleh orang-orang itu.
" Kakak tidak mencuri dari dapur milik orang kaya kan kak? " Tanya Akmal. Dia adalah adiknya yang paling tua diantar yang lain berumur 14 tahun.
" Hush! Mana boleh mencuri mal. Itu dosa loh" Davina menyodorkan satu daging steak pada Akmal. Adiknya itu langsung menyambutnya, namun Davina bisa melihat jelas sorot ragu dari kedua matanya.
" Kalian harus makan yang banyak. Jangan khawatir, semua makanan ini halal kok. Kakak tidak mencuri dari dapur orang kaya itu. Kakak hanya mengambil makanan yang sudah mereka buang "
Kelima adiknya mengangguk dan seketika wajah mereka semua langsung terlihat senang. Davina tahu bahwa adik-adiknya ini memiliki hati yang baik, meski mereka hidup susah dan melarat setiap hari begini tapi jika diberikan makanan hasil dari mencuri apalagi memalak orang lain mereka semua tidak akan pernah mau. Dan Davina pun tidak akan pernah melakukan hal sehina itu.
" Ini untuk Amel, Sina dan Dodi " Davina memberikan makan itu pada ketiga adiknya. Dengan begitu gembira mereka menyambutnya. Menghirup aroma makanan itu dengan cepat.
" Nah, yang ini untuk si bungsu kesayangan kita, Dami"
Davina menyodorkan steak daging pada Dami, adik bungsu mereka yang baru berusia 8 tahun.
" Kasihan Dami, dia alergi makanan laut. Jadi, dia hanya bisa memakan steak daging saja" Seru Akmal.
" Untung aku tidak alergi seperti Dami " Sambung Sina yang berusia 10 tahun.
" Dami kecil kita memang punya banyak alergi. Mulai dari alergi makanan laut, alergi dingin sampai alergi pada bulu kucing " Amel menarik pipi gembul Dami dengan gemas. Amel adalah anak yang paling aktif dan lincah, ia baru saja berusia 12 tahun.
" Kak Amel, sakit tau ! " Dami menggelengkan wajahnya, hingga jemari Amel yang menarik pipinya terlepas.
" Sudahlah, jangan begitu padanya Amel " Davina menarik pelan tangan Amel agar menjauh dari wajah Dami yang sudah cemberut.
" Dami mau menangis saja " Ancam Dami sambil berkacak pinggang.
" Jangan dong sayang, nanti malu kedengaran tetangga sebelah " Davina mengusap pelan puncak kepala Dami.
" Iya Dami, kak Akmal tidak ingin melihat Dami menangis. Dami tahu kenapa? "
" Kenapa ? " Tanya Dami.
" Karena Dami terlihat sangat jelek saat sudah menangis."
" Ih kak Akmal ! "
" Akmal, sudahlah " Tegur Davina sambil terkekeh geli menatap wajah Amel.
" Tunggu dulu semua, apa Dodi masih ada disini dengan kita? " Tanya Sina. Semua langsung melirik cepat pada Dodi si pendiam yang baru saja berusia 13 tahun.
" Dodi, kau sudah menghabiskan semua makananmu?" Tanya Amel dengan mulut yang menganga.
" Hm, Aku tidak suka berlama-lama ketika makan"
" Kak Davina, sepertinya kita harus mendaftarkan Dodi untuk ikut lomba makan kerupuk saat acara tujuh belasan " Ujar Amel.
" Ide bagus itu Mel " Seru Akmal dan Sina.
" Dami mau ikut nanti ! " Dami mengangkat tinggi kedua tangannya.
" Jangan Dami kerupuk itu kan dari udang " Sina tertawa lepas.
" Makanya jangan Alergi, kalau kau tidak alergi kau akan bisa ikut acara tujuh belasan nanti " Akmal ikut menimpali.
" Ih, kenapa semuanya suka membuli Dami sih ! Kak Davina tolong Dami, kak " Rengek gadis kecil itu.
" Sudah, sudah jangan membuli Dami lagi " Perintah Davina.
" Baik kak ! " Sahut mereka bersamaan. Hanya Dodi yang diam, asyik sendirian. Malam itu pun mereka lewati bersama dengan hidangan yang mahal dan berkelas di gubuk reot yang menjadi tempat tinggal mereka. Suara tawa memenuhi kesunyian malam.
To be continued...
Happy reading, love you guys😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Crystal
Baru nemuin nih cerita. Entah kenapa aku suka klo cerita tentang pengemis/gelandangan di kota2 besar bertemu orang kaya😁
2022-12-26
0
rose red
nyimak
2022-12-26
0
lovely
mnjijikan baru baca tokoh cowoknya tukang amianan jalang 🥵
2022-11-29
0