Davina hampir jatuh tersandung karena karpet yang di hamparkan di dalam ruang kerja pria itu. Dalam hati Davina memaki kesal, mengutuk orang yang telah menghamparkan karpet di dalam ruangan besar ini.
" Kau sedang apa disitu? Apa mungkin kau sedang memikirkan bagaimana caranya mencuri karpet mahal itu ? Ujar Dave yang sudah duduk dikursinya.
" Sepertinya itu ide yang bagus pak " Davina mengangkat wajahnya untuk menatap Dave.
" Davina Arista ! " Bentak Dave dengan wajah memerah padam. Gadis itu memang pandai membuatnya darah tinggi. Baru sehari mereka bersama dan ia sudah menggunakan urat lehernya dengan maksimal pagi ini.
" Hihihi, maaf pak. Saya hanya bercanda"
" Kau kira aku anak kecil yang suka di ajak bercanda? " Desis Dave.
" Saya hanya mencoba mencairkan suasana diantara kita pak " Seloroh Davina. Dave menggeram tertahan, ia bangkit berdiri, mendorong kursinya ke belakang dengan sedikit kuat. Pria itu berjalan ke depan meja kerjanya, lalu menyandarkan punggungnya disana. Sambil bersidekap pria itu berujar pelan.
" Kau kuberi tugas untuk mengepel lantai di ruanganku sekarang juga tapi ingat, jangan memakai pel dorong. Kau harus memakai kedua tanganmu untuk mengepel"
" Kenapa pak bukan....." Davina ingin protes tapi ia tidak sempat menyelesaikan kata-katanya.
" Aku belum selesai " Potong Dave. Davina melipat bibirnya dalam-dalam.
" Setelah selesai, kau harus mengelap setiap lift di perusahaan ini lalu......jika aku menelpon kau harus segera meninggalkan pekerjaanmu dan segera datang menemuiku. Kau......mengerti? " Dave tersenyum sinis
Sambil menarik nafas, Davina menatap kedua mata hazel itu. " Baik pak, saya mengerti "
Davina hendak keluar untuk mencari kain pel, sebelum suara Dave berujar kembali.
" Jangan pernah berani mencuri di kantor ini, miss Davina "
Sial ! Dia selalu saja mengungkit-ngungkitnya.
Davina berlalu pergi, segera mencari kain pel ke ruangan para office boy dan girl.
" Permisi, apa aku boleh masuk? "
Semua pasang mata memandangi nya. Davina berdiri kikuk sambil mengusahakan senyum ramahnya.
" Kau budak itu " Salah seorang wanita yang lebih muda darinya berujar.
" Oh iya, budak pak Abraham" Salah satu wanita gemuk ikut bergabung.
" Hahaha budak kan. Bahkan posisinya lebih rendah dari kita. Berarti kau tidak dapat gaji kan? "
Davina sedikit mengangguk.
Ternyata gosip cepat menyebar di kantor ini
" Lalu, kau datang kemari ingin apa? "
" Aku ingin meminjam kain pel" Jawab Davina.
" Kain pel. Apa pak Abraham yang menyuruhmu? "
" Iya. Aku disuruh mengepel ruangannya dengan kain pel bukan pel dorong "
" Kasihan sekali " Ejek wanita yang lebih muda.
" Iya, tapi begitulah seorang budak di perlakukan" Sambung wanita gemuk. Lalu mereka sama-sama tertawa.
Davina memutar malas kedua bola matanya. Ia sudah muak mendengar ejekan dari para wanita-wanita itu. Lalu tanpa permisi lagi, Davina langsung masuk melewati ketiga wanita itu tanpa rasa sungkan lagi.
" Hei beraninya kau masuk begitu saja"
" Memangnya kenapa? " Davina sibuk membuka satu persatu lemari.
" Kau harusnya tidak mendahului kami seperti itu"
" Lalu aku harus apa? menunggu sampai kalian selesai mengejekku " Davina tersenyum senang saat menemukan apa yang ia cari. Baru ia akan berbalik pergi tiba-tiba sentakan keras membuat kepalanya terdongak ke belakang. Rambutnya di cengkram dengan kuat hingga rasanya hampir rontok semua.
" Berani sekali kau melawan kami ya " Desis wanita gemuk yang kini sedang menarik rambut panjang Davina.
" Ayo Sima hajar dia! " Sorak kedua wanita itu dengan suara yang nyaring.
Si gemuk ini memang mencari masalah denganku. Baiklah aku akan meladeninya sampai selesai.
" Akh! " Pekik wanita gemuk itu tiba-tiba sambil memundurkan tubuhnya menjauhi Davina. Dengan tersenyum puas, Davina menatap wanita gemuk yang mengaduh kesakitan di depannya. Ia baru saja menginjak kuat kaki wanita itu.
" Dia menginjak kakiku "
" Beraninya dia " Mereka berdua hendak melangkah maju.
" Kalian ingin membuat keributan disini? Aku tidak keberatan untuk meladeni kalian bertiga. Kalian kira aku tidak bisa berkelahi? " Ujar Davina. Ia membenarkan ikat rambutnya yang berantakan karena ulah si gemuk tadi. Davina juga mulai sibuk memasang kuda-kuda.
" Kau....."
" Majulah, aku tidak takut pada kalian berdua" Tantang Davina. Seketika itu juga, kedua wanita itu langsung menghentikan aksinya.
" Kau....keluar dari sini! " Teriaknya pada Davina. Davina tahu bahwa kedua wanita itu pasti takut mendengar ancamannya. Padahal jika mereka benar-benar mengeroyoknya, ia tidak mungkin bisa melawan ketiganya.
" Jadi, kalian tidak jadi mengajakku berkelahi? " Davina tersenyum sinis pada mereka bertiga.
" Kau...."
" Itu pilihan yang tepat. Jika tadi kita berkelahi disini, kalian bertiga mungkin akan mendapat masalah dari Pak Abraham. Hal terburuk yang bisa dia lakukan adalah memecat kalian. Kurasa kalian tidak akan mau kehilangan pekerjaan kalian. "
Ketiga wanita itu masih diam mematung di depannya.
" Aku pergi kalau begitu. Semoga lain kali, kita bisa mengobrol dengan baik " Ujar Davina lalu pergi meninggalkan ketiga wanita itu.
Sambil menggerutu kesal, Davina masuk ke dalam ruangan pria itu dengan membawa satu ember berisi air dan kain pel.
" Kau benar-benar tidak beretika sama sekali" Gumam Dave dari atas kursi. Davina yang sudah berjongkok dilantai dan siap mengepel kembali mengangkat wajahnya.
" Apa saya melakukan kesalahan pak? "
" Mana sopan santunmu Davina. Kau masuk begitu saja tanpa mengetuk, tanpa permisi seolah-olah ruangan ini adalah milikmu "
Davina mendesah malas. Ia kemudian berdiri dan tanpa banyak bicara keluar lagi sambil membawa ember miliknya.
" Permisi pak, apa boleh saya masuk? " Davina sudah kembali berdiri di depan pintu. Dave menggeram marah. Davina selalu berhasil membuatnya kalah seperti ini. Wanita itu bukannya minta maaf, dia malah kembali mengulangi bagaimana seharusnya dia bersikap sebelum masuk ke dalam ruangannya. Dave benar-benar kesusahan untuk berurusan dengan gadis itu.
" Masuk !!! " Teriak Dave dari dalam.
" Bolehkan saya mulai mengepel pak? "
" Pel saja ! Jangan bertanya padaku ! " Bentak Dave tidak suka. Davina segera meletakkan embernya lalu mulai berjongkok dilantai.
Davina memerah kain pel itu lalu mulai mengusapnya di lantai keramik. Dave melirik sekilas pada tubuh kecil yang sedang sibuk berjongkok mengepel kesana kemari.
Dia tidak mengeluh? Apa dia tidak merasa tersiksa melakukan hal itu? Benar-benar sangat tangguh. Dia bahkan tidak menggerutu sama sekali, Dave
" Pel yang bersih "
" Baik pak, akan saya lakukan semua perintah anda" Sahut Davina dari bawah.
Kau tidak mau hanya menonton dia saja bukan. Tujuanmu adalah membuatnya tersiksa, Dave
Dengan tiba-tiba Dave bangkit dari kursinya lalu berjalan melewati lantai yang baru saja di pel oleh gadis itu. Bekas sepatu pria itu membuat lantai keramik itu kembali menjadi kotor.
" Ah, cuaca cerah sekali hari ini " Gumam Dave sembari berjalan ke arah jendela kaca, menatap hamparan bangunan bangunan di bawah gedung kantornya.
Kampret sekali pria ini ! Dia pasti sengaja ingin menyiksaku.
Gerutu Davina dalam hatinya. Namun, ia tetap mengelap seluruh bekas-bekas sepatu pria itu dengan cepat.
" Kau suka dengan cuaca hari ini Davina? " Tanya Dave sambil berjalan mendekati Davina yang masih sibuk berjongkok mengepel di bawah kakinya.
" Suka sekali pak" Davina menjawab asal-asalan. Dengan tersenyum senang, Dave kembali melangkah ke bagian yang baru saja di pel oleh Davina. Pria itu berjalan mondar-mandir disana sambil bersidekap.
" Kenapa kau mencuri dompetku? " Tanya Dave.
" Saya memerlukan uang anda saat itu pak. Benar-benar sangat memerlukannya, hingga saya terpaksa mencopet anda " Akui Davina dengan jujur.
" Kau tidak malu? "
" Saya malu, tapi mau bagaimana lagi saya tidak punya uang sedikitpun " Davina mengepel bekas-bekas sepatu pria itu. Dave kemudian melangkah ke arah lain. Davina menggertakkan gigi-giginya dengan geram.
" Memangnya kau perlu uang untuk apa Davina? "
" Untuk bertahan hidup pak"
" Tapi kan, kau masih bisa bekerja. Kenapa kau harus memilih untuk mencopetku ? "
" Saya perlu uang cepat. Saya sempat bekerja, tapi saya di pecat. Dunia memang selalu membuat orang miskin seperti saya jadi bahan mainan orang kaya seperti anda" Terang Davina sambil melemparkan kain pel di lantai.
" Apa yang kau lakukan?! " Bentak Dave saat melihat aksi gadis itu.
" Pak, bisakah anda tidak berjalan kesana kemari ? " Desis Davina sambil menahan amarah di dalam dadanya.
" Kau sedang memerintahku? " Dave melangkah maju hingga jarak yang tercipta diantara mereka lumayan dekat.
" Saya hanya sedang meminta pak "
" Kau pikir, kau layak meminta padaku "
Sambil menarik nafas panjang, Davina kembali berjongkok di lantai " Tidak " Jawabnya dengan singkat. Setelah itu dengan membabi buta Davina mengepel sepatu Dave hingga membuat pria itu berjingkat kaget karena serangan tiba-tiba itu.
" Jangan membasahi sepatuku dengan kain pel itu ! " Teriak Dave sambil berusaha menghindar. Davina mengejarnya dari bawah.
" Saya sedang mengepel pak, semua yang ada di depan saya harus saya bersihkan termasuk sepatu bapak "
" Berhenti ! " Teriak Dave sambil melarikan kedua kakinya menjauh dari Davina. Gadis itu sengaja menulikan telinganya. Ia tetap saja mengejar pria itu lalu mengepel kedua kaki Dave.
" Davina.....Berhenti !! "Teriak Dave
" Saya sedang mengepel pak! " Davina mengejar kemanapun kedua kaki pria itu melangkah.
" Davina !! Itu kotor !! " Teriak Dave
To be continued....
Happy reading, love you guys😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Chandra Dollores
wkwkwkwkwkwkek Davina gila.. sekalian telanjangi aja si Dave lalu pel tubuhnya sekalian
2023-02-02
0
Nur Annisa Syam
hahaha
2022-12-26
0
❄️ sin rui ❄️
nemu novel yg karakter cewe nya strong gini tuh susah, soal nya kebanyakan cerita karakter cewe nya lembekk semua kaya dodol
2022-02-05
2