"Itu apa?" Tanya Rhibie pada Eldanno, karena melihat ada dua orang pekerja suruhan pria itu mengangkut barang ke dalam kamar.
"Itu lemari es, biar kamu gampang kalau mau makan es krim atau mau makan yang lainnya. Ambil saja, apa yang kau inginkan. Sisanya abaikan saja!" Tutur Eldanno datar dan dingin.
Setelah mendapat penolakan dari Rhibie, tak ada lagi sikap hangat yang ditunjukkan oleh Eldanno. Dia hanya bicara seperlunya saja pada Rhibie. Bahkan dua hari belakangan ini, pria itu tak menyentuhnya sama sekali. Padahal biasanya, Eldanno ingin menikmati tubuh Rhibie siang dan malam.
Namun hal ini justru sangat diinginkan oleh Rhibie. Seharusnya sih, gitu! Tapi entah kenapa? Hatinya merasa ada yang kurang, ketika diacuhkan oleh Eldanno. Aah... Kok plin-plan gini sih, hatinya?
Eldanno mengambil sebotol whisky dari kotak lemari yang terpajang di dinding kamarnya. Entah sejak kapan pria itu mengoleksinya disana. Namun yang Rhibie tahu, selama dirinya berada di kamar itu Eldanno tak pernah menyentuhnya.
Sudah bisa diduga sih, kalau pria itu pasti suka dengan minum-minuman keras. Namun semenjak ada Rhibie, Eldanno tak pernah mengonsumsinya. Ini untuk pertama kalinya Eldanno kembali menenggak minuman kerasnya.
Eldanno berjalan ke arah balkon dengan sebotol whisky di tangan kanannya. Dan gelas kaca di tangan kirinya. Rhibie menatap punggung pria itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Entah berapa lama Eldanno menikmati kesendiriannya dengan ditemani pelarian andalannya. Ketika dirinya kembali masuk ke kamar, Rhibie sudah mendapatkan wajah dan mata Eldanno yang memerah, tatapannya sayu dengan rambut acak-acakan. Suaranya parau dan lamban khas orang mabuk.
"Bie, aku keluar sebentar. persediaan rokok-ku habis!" Pamit Eldanno dengan jalan yang hampir sempoyongan.
Rhibie hanya mengangguk. Tatapan matanya hanya fokus pada layar televisi. Hanya itu yang bisa dilakukan gadis itu untuk menghibur diri. Karena ponselnya belum bisa digunakan dengan sempurna. Percuma juga ponselnya yang berharga 23 juta jika tanpa SIM card, apa yang asyik dari barang tersebut? Meskipun ada WiFi. Namun fungsinya saat ini gak jauh beda dengan televisi android di kamar Eldanno.
*****
"Dell, lo udah siapin hotel buat kita nginep 'kan?" Tanya Marsha setelah sampai di tempat yang mereka rencanakan.
"Udah! Semuanya udah di urus sama Benni, asisten gue. Gue mau mampir dulu ke minimarket, apa lo mau ikut?" Sahut Adelle dan turun dari mobilnya.
"Boleh, deh!"
"Ghal, lo ambilin kacang! Gue pesan rokok" Perintah Eldanno seenaknya. Namun tetap disambut anggukkan dari Baghal.
"Mbak, rokok Ma******* Red-nya satu pak!" Pinta Eldanno pada penjaga kasir.
Penjaga kasir itu menatap Eldanno sejenak, kemudian mengangguk setelah mengenali wajah pembelinya. Karena meskipun baru hitungan minggu Eldanno tinggal disana, namun si penjaga kasir tersebut sudah mengenali pria itu, karena seringnya bolak-balik untuk belanja dengan jumlah yang tak sedikit.
"Eldan...?" Sapa Adelle saat pria itu berbalik badan.
Eldanno yang dalam kondisi setengah mabuk, mengernyitkan dahinya. Mencoba mengingat-ingat gadis yang ada di hadapannya. Kemudian menarik sudut bibirnya, setelah mengenali siapa yang menyapanya.
"Adelle?? Ngapain disini?"
"Aku lagi liburan bareng Marsha. Sekalian nyari kamu!"
"Kayak buronan aja! Ngapain di cari-cari?"
"Apa kau tak merindukanku, Eldan?" Sahut Adelle dan langsung menghambur. Tak peduli dengan keadaan sekitar yang cukup rame.
"Sorry, Dell! Aku buru-buru!" Tolak Eldanno. Dan mendorong lembut tubuh Adelle untuk menjauh.
"Ghal, gue tungguin di mobil!" Teriaknya pada Baghal.
Eldanno pun berlalu, keluar dari minimarket dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Namun belum sempat bagi pria itu menutup pintu mobilnya, Adelle sudah berlari mengejarnya dan langsung duduk di pangkuan pria itu.
"Eldan, kenapa kamu jadi dingin kayak gini ke aku?" Rengek Adelle seraya melingkarkan kedua tangannya di pundak pria itu.
"Lalu, aku harus kayak gimana?" Eldanno menarik tangan Adelle. Dan berusaha menjauhkannya. Namun gadis itu tetap ngeyel dengan kehendaknya.
Bukannya merasa malu dengan penolakan dari Eldanno, Adelle justru semakin menjadi. Dengan gerakan manja yang dibuat-buat, Adelle kembali memeluk Eldanno. Sambil mengecup dan menjilati leher pria itu, sesekali menghisapnya. Berusaha membangkitkan gairah Eldanno.
"Apa kau tak menginginkannya, Eldan? Sebelum kemari, aku service dulu loh! Belum ada yang pake!" Bisik Adelle dan mulai mengecup bibir Eldanno. Tangannya bergerak meraih tangan Eldanno, lalu ia letakkan di pinggangnya.
Seketika, Eldanno memalingkan wajahnya. Menghindar dari buaian Adelle. Mendengar rayuan gadis itu, membuat Eldanno tiba-tiba teringat Rhibie. Dimana gadis itu tak perlu melakukan service dulu, saat hendak dipakainya. Namun rasanya, tak ada satupun dari seribu Adelle yang bisa mengalahkan kehebatan Rhibie.
"Eldan, kamu kenapa? Biasanya, kamu suka kalau aku habis service kayak gini?" Adelle nampak kecewa dengan sikap pria yang membuatnya jauh-jauh datang kemari hanya untuk bertemu dengannya. Owh, sorry! Bukan hanya bertemu muka saja, tapi mempertemukan bagian paling pribadi juga.
"Sorry, Dell! Aku udah ada yang lain. Dan kali ini, aku berniat serius sama dia" Eldanno mendorong Adelle. Namun kali ini lebih keras. Membuat tubuh gadis itu terhuyung dan terjatuh dari pangkuannya.
"Dann, buruan cabut!" Seru Baghal yang baru datang dengan langkah tergesa-gesa. Dimana Marsha tengah mengejarnya di belakang.
Tanpa argumen lagi, Eldanno langsung menutup pintunya. Dan melajukan mobilnya kencang. Meninggalkan dua gadis yang berteriak-teriak memanggil nama mereka.
Sesampainya di rumah mereka...
"Perketat penjagaan keamanan! Jangan biarkan siapapun masuk, selain seisi rumah!" Perintah Baghal pada penjaga keamanan.
"Siap, Bos!" Sahut pria berbadan tinggi besar dan kekar itu. Tak menunggu perintah lagi, dia langsung menghubungi teman-temannya untuk memperketat pagar betis di depan rumah.
Eldanno kembali ke kamarnya dan langsung melepas pakaiannya. Menaruhnya di keranjang pencucian dan menggantinya dengan celana boxer. Eldanno melirik ke arah Rhibie yang tak bergerak sama sekali semenjak dirinya datang.
Dengan hati-hati, dia pun menghampiri gadis itu. Ternyata Rhibie sudah tidur. Eldanno pun ikut berbaring di sampingnya dan memeluk tubuh Rhibie yang tidur membelakanginya.
****
"Hallo, Ya!" Joanna mengangkat panggilannya, setelah ponselnya berdering beberapa kali.
"Bukan, Jo! Ini gue, Karmen. Hiks... Hiks..."
"Men, lo kenapa?" Joanna mulai panik. Membuat Jessie yang sedang berbaring di sampingnya, serentak menggeser kepalanya untuk lebih dekat dengan ponsel milik Joanna.
"Sandra, Jo..."
"Sandra? Kenapa dengan Sandra? Dia mau lahiran, ya? Oke, gue minta izin dulu sama bos!"
"Bukan. Sandra.... Sandra udah ninggalin kita" Tangis Karmen di sebrang sana.
"Apa??" Joanna tersentak. Hingga merubah posisinya menjadi duduk.
Dengan cepat, Jessie merebut ponsel itu dan melanjutkan topik pembicaraannya. Mulut Jessie menganga karena shock. Buliran air matanya mulai menjalar di pipinya.
"SANDRA!!!" Jerit Jessie tak kuasa.
"Jessie, kalian kenapa?" Axelle mendobrak pintu kamar kedua gadis itu. Setelah mendengar suara tangisan yang histeris dari mereka.
Joanna pun sudah menangis sesenggukan dengan wajah ditutupi bantal. Menangis sejadi-jadinya, meratapi kepergian Sandra.
"Kak Axelle, aku ingin pulang! Aku mohon!" Pinta Jessie sambil meraung keras saat pria itu menghampirinya.
"Kenapa kalian ingin pulang? Apa kalian tak betah disini?" Ucap Axelle seraya mengusap rambut Jessie yang sedang membenamkan wajahnya di perut Axelle, sambil memeluknya.
Jessie pun menggeleng dengan spontan.
Sambil menangis sesenggukan, Jessie menceritakan apa yang membuat mereka menangis secara tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
omg kshn km.sandra
2021-12-28
0
sandi
hah???? 😱😱😞😞😞😞😞😞😞
2021-10-01
2
Lily Andhini
mudah2an eldano g berubah pikiran y thor
2021-09-23
2